#7 - Luna berubah

67.6K 2.8K 39
                                    

Paginya, Luna terbangun setelah mimpi panjang yang ia alami. Segalanya terasa tidak nyata, hingga Luna berpikir segalanya hanya sekadar berilusi.

Akan tetapi, mau semenyakitkan apa pun hal yang ia hadapi, semua itu adalah nyata, ia tidak bisa menampik fakta itu. Termasuk obrolannya dengan Jeremy subuh tadi.

Untungnya, Zero sudah pergi dari sisi Luna, entah kapan. Saat kedua netra Luna terbuka, dia sudah tak ada di sana.

Saat hendak kembali tidur subuh tadi, Luna sempat membuka kembali semua bajunya sebelum masuk ke dalam selimut bersama Zero, hal itu ia lakukan agar Zero tak curiga.

Dan hal yang ia dapati membuatnya cukup tercengang untuk beberapa saat. Ya, Luna menemukan kalau seluruh tubuhnya membiru, seolah ia telah mengalami penganiayaan. Hal yang Luna sendiri baru sadari.

Meski dia tahu bagaimana menjijikannya ia memohon pada Zero untuk melakukannya dengan Luna, tetapi gadis itu tak bisa mengingat kejadiannya secara utuh.

Hanya beberapa scene yang melekat di benaknya, dan sisanya terlupakan.

Luna tidak tahu bagaimana liarnya permainan kotor antara ia dan Zero hingga seluruh tubuh Luna membiru, ia tidak mengingat kejadian itu sama sekali.

Hal yang harus Luna syukuri, karena ia tidak tahu akan seberapa jijiknya ia jika mengingat bagaimana tubuh mereka bersatu ... di antara cucuran keringat, dan erangan nikmat.

"Astaga, aku pasti sudah gila." Luna memejamkan matanya sejenak, merutuki diri sendiri. Seharusnya dia tidak usah mencoba mengingat malam panas menjijikan itu. Biarkanlah semuanya berlalu, karena Luna takut ... dirinya akan merasa bersalah dan mencoba untuk mengakhiri hidup lagi.

Ia mengingat perkataan Jeremy di dalam otak, kalau ia harus membuat si iblis Zero itu luluh lantak jika ingin keluar dari nereka ini.

Untuk membuat Zero luluh, tentu saja Luna harus berubah. Dia tidak boleh menjadi Luna yang terlalu melawan, karena hal itu akan membuat Zero emosi. Saat lelaki itu marah, situasi di pihak Luna sama sekali tidak menguntungkan.

Hal yang sama juga terjadi jika Luna terlalu pasrah. Lelaki itu bisa-bisa menginjak-injaknya, dan nantinya Luna akan terpancing emosi.

Yang harus ia lakukan adalah mengontrol emosi, membuang harga diri, memutuskan rasa malu, dan menggoda Zero. Membuat lelaki itu takluk akan pesona Luna.

Semuanya terasa mudah jika dipikirkan. Akan tetapi, ada satu masalah yang Luna pertanyakan ....

Bisakah dia melakukan semua itu?

***


Luna sudah selesai mandi saat rasa ngilu itu datang kembali. Dia berusaha menahan rasa sakit di antara pahanya, meski tidak separah tadi pagi, tetap saja perih itu membuat Luna berjalan dengan cara yang aneh.

Memar di tubuhnya memang masih terasa, tetapi tidak terlalu berpengaruh pada Luna dibandingkan dengan rasa perih di bagian bawah tubuhnya.

Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe dan sebuah handuk di bagian kepala, karena rambutnya basah.

Ini adalah kali pertama Luna menggunakan kamar mandi dengan bathube di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah kali pertama Luna menggunakan kamar mandi dengan bathube di dalamnya. Tadi, gadis itu nyaris tenggelam karena ketiduran di dalam sana. Rasa hangat yang membungkus tubuhnya terasa sangat nyaman hingga Luna hampir tertidur.

Gadis itu berkeliling ke penjuru kamarnya dan mencari sebuah pakaian saat dia tidak menemukan apa-apa di dalam ruangan ini.

Seluruh kopernya sudah dibakar ... oleh bajingan bernama Zero.

Suara knop pintu terbuka mengagetkan Luna, membuat gadis itu tersentak dari lamunannya. Zero berdiri di sana, sudah memakai jas lengkap dengan rambut yang tertata rapi.

Meski ia jahat, harus Luna akui, dia tetap memiliki pesona yang pekat. Mata abunya itu memikat, sungguh indah sekaligus kelam dalam waktu yang bersamaan.

Zero berdiri dengan membawa gantungan, itu sepotong gaun pendek yang tampak lucu. Sepertinya untuk Luna, mengingat sedaritadi gadis itu tidak bisa menemukan apa-apa di sini.

Gaun itu berwarna kuning, terlihat cerah, tetapi cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gaun itu berwarna kuning, terlihat cerah, tetapi cantik. Panjangnua melebihi lutut, dengan model terbuka yang menampilkan lengan. Tampak santai dan nyaman digunakan.

"Mencari sesuatu untuk dipakai, Luna?" tanya Zero sambil menaikan salah satu alisnya. Ia melepaskan baju itu dari gantungan, lalu melemparnya ke atas ranjang. Pintu kembali tertutup, dan entah kenapa Luna merasa gugup.

Dia tahu, saat ini adalah saat yang tepat untuk berubah dari Luna yang polos menjadi Luna yang liar. Jalan yang bisa membuatnya lari dari sini.

Masalahnya sedaritadi Luna terus meragukan dirinya sendiri. Bisakah dia melakukan hal-hal yang menjijikan seperti menggoda, demi menarik perhatian Zero?

"Kau begitu liar di malam pertamamu. Bagaimana? Apa obat itu membuatmu menggila?" Zero tampak menggoda Luna, dan Luna tahu lelaki itu mau membuatnya marah agar Luna kesal.

Akan tetapi, Luna tidak akan termakan pancingan Zero. Dia sudah mulai mengerti dengan cara permainan Zero, dan sekarang ... Luna ingin mencoba memegang kendali.

Gadis itu menarik tali bathrobe-nya dan melepaskannya dalam satu kali tarikan. Membuat tubuhnya langsung telanjang bulat dalam beberapa detik. Ia juga melepas handuk di kepalanya dengan gerakan seksi, lalu bergerak ke atas ranjang. Membaringkan diri di sana sambil menatap Zero lekat.

Zero tertegun, dia tidak pernah membayangkan seseorang seperti Luna bisa melakukan gerakan menggoda intens seperti yang baru saja ia lakukan.

Sialnya, lelaki itu langsung bereaksi. Secara tidak sadar, Zero meneguk salivanya kasar.

Gadis itu memang tidak memiliki tubuh seindah wanita lain yang pernah Zero kencani sebelumnya. Badannya cenderung ... terlalu kurus, dan tidak berisi. Layaknya anak-anak yang belum bertumbuh sepenuhnya. Well, sebenarnya Luna sudah bisa dibilang cukup dewasa mengingat umurnya sudah menginjak 18 tahun.

"Mr. Zero ...." Luna memanggil Zero dengan suara yang dibuat seserak mungkin, meski terkesan berhasil, Luna nyaris tidak bisa menahan rasa jijik pada dirinya sendiri atas apa yang baru saja ia lakukan.

Zero tidak menjawab, dia masih terpaku di tempat seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Setiap gerakan yang Luna lakukan membuat bagian bawah tubuhnya mulai mengeras, dan sialnya ... perlahan terasa sesak.

"Bisakah ... kau memakaikan gaun ini pada tubuhku?"

***

Triple update, aye!
Terima kasih atas 1k viewsnya (kurang dr 3hari loh, aku terharu🤧)

Semoga ke depannya aku lancar nulis supaya cepet tamat.

Percayalah vote dan komen kalian mempengaruhi semangatku.

Instagram : blcklipzz (follow yuk! Banyak info soal ceritaku di sana)

MY ARROGANT MAN (OPEN PO!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang