#2 - Tidak sebaik yang dibayangkan

79.7K 3.5K 103
                                    

❝Dengan semua yang dia punya, dia bisa memiliki segalanya. Akan tetapi, kenapa harus ... aku? Kenapa dia memilih seorang anak yang belum lulus SMA untuk dipersunting?❝

Laluna Laviora

***

Luna menganga saat dirinya sampai di depan pagar mewah yang tampak sangat tinggi setelah perjalanan panjang dari panti. Seseorang dengan pakaian jas rapi menjemputnya, katanya dia adalah suruhan Zero.

Sesungguhnya, ia masih tidak mengerti alasan lelaki kaya seperti Zero mau mengadopsi gadis miskin seperti Luna. Apa untungnya? Dengan kekayaan yang luar biasa seperti ini, Luna yakin dia bisa memiliki siapa pun yang dia mau.

Akan tetapi, kenapa harus Luna?

Kenapa dia tertarik menikahi gadis yang masih sekolah?

Apa dia pedofil?

Berbagai pertanyaan terus terngiang di kepala Luna sampai mereka memasuki halaman. Luna dibuat kagum saat mereka harus melintasi jalanan panjang untuk sampai di depan rumah. Tempat ini benar-benar indah, membuat Luna serasa tak bisa percaya kalau ada area yang seindah ini di kota Jakarta.

 Tempat ini benar-benar indah, membuat Luna serasa tak bisa percaya kalau ada area yang seindah ini di kota Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita sudah sampai, Nyonya."

Perkataan itu keluar dari mulut supir yang mengantar Luna. Dipanggil dengan 'Nyonya' membuat Luna kebingungan sendiri. Pasalnya, sampai dengan saat ini dia masih menggenakan seragam sekolah, dan tentunya panggilan itu terasa canggung untuknya.

"Jangan panggil aku Nyonya, aku belum menikah dengan siapa pun," sela Luna pada supir itu, tetapi pegawai Zero mengabaikannya dan malah membukakan Luna pintu.

"Silakan keluar, Nyonya."

Luna menghela napas. Situasi apa ini? Dia merasa canggung sekaligus tak nyaman.

"Terima kasih," kata Luna dengan sopan saat supir Zero membawakan barangnya dan menuntun Luna masuk ke dalam rumah.

Gadis itu belum selesai dengan rasa kagumnya dengan rumah yang lebih mirip dengan istana ini, saat sekelompok pelayan dengan balutan seragam serupa datang menyapanya.

"Selamat datang, Nyonya Luna!" Mereka semua menyapa dan berbungkuk ke arah Luna, membuat Luna salah tingkah hingga ikut membungkukan badan.

"Halo ...," sapa Luna ramah dengan senyumnya. Dia merasa sedikit lebih senang dengan pelayan-pelayan ini daripada dengan supir yang terus mengabaikannya sedaritadi. Meski tidak bisa Luna pungkiri, dia lagi-lagi kagum karena rumah ini mempekerjakan sangat banyak pelayan, bahkan jumlahnya melebihi penghuni panti asuhan Matahari, tempat tinggal Luna sebelumnya.

Para pelayan itu hanya berkumpul sebentar, karena setelahnya mereka langsung berpencar. Memberi jalan kepada Luna untuk lewat.

Luna ingin berbincang dengan mereka, tetapi mereka semua menundukkan wajah dan berbungkuk, membuat Luna mengurungkan niatnya.

MY ARROGANT MAN (OPEN PO!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang