#16 - London?!

60.2K 3K 50
                                    

Langit yang menggelap belum mulai menampilkan sinarnya lagi saat Luna terbangun lebih pagi dari biasanya, dengan suasana hati yang luar biasa bagus karena perlakuan Zero semalam.

Baru jam empat lewat ternyata, ia tidak bisa tidur dengan baik saking bahagianya. Bahkan, semalam Luna tidak bisa berhenti tersenyum karena Zero memberikannya sesuatu yang sangat ia sukai, bahkan sejak dulu.

Katakanlah dia lebay hanya karena hadiah kecil yang Zero berikan, ia bersikap berlebihan sampai tidak bisa tidur dan terus-menerus tersenyum bahagia.

Namun, sejak kecil ia memang tidak pernah menerima hadiah apa pun, bahkan dari Bu Fahmi sekalipun. Dia selalu merayakan ulang tahunnya sendirian, karena keterbatasan sang ibu panti untuk mengingat seluruh tanggal lahir anak yang tinggal di sana.

Luna sesungguhnya tidak mengingat tanggal lahir aslinya, karena ia kehilangan semua memorinya sebelum ia sampai di panti asuhan, entah apa yang terjadi.

Oleh karena itu, Bu Fahmi memberikannya tanggal lahir yang sama dengan saat ia pertama kali menginjakkan kakinya di panti asuhan. Sedangkan untuk nama Laluna sendiri tertulis di kalung yang selalu ia pakai sejak kecil, untungnya namanya tidak diganti dengan yang lain.

Gadis itu masih tidak bisa menghentikan kebahagiaannya kala ia mengangkat tangan tinggi-tinggi ke udara, dan memandangi sebuah perhiasan yang masih berada di sela jari-jarinya dengan pesona yang bahkan tidak berkurang sejak semalam.

Gadis itu masih tidak bisa menghentikan kebahagiaannya kala ia mengangkat tangan tinggi-tinggi ke udara, dan memandangi sebuah perhiasan yang masih berada di sela jari-jarinya dengan pesona yang bahkan tidak berkurang sejak semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna tidak tahu berapa harga cincin ini, tetapi dari warnanya dia menyimpulkan kalau ini terbuat dari emas, dan emas bukan benda yang murah. Namun, mengingat Zero yang sangat kaya raya membuat perasaan tidak enak itu segera terangkat dari hati Luna.

Kekayaannya bahkan tidak berkurang satu persen hanya karena ia memberikan aku ini, batin Luna bersuara, menenangkan dirinya sendiri dari rasa tidak enak yang mengganjal meski perasaan bahagia masih mencuat nyata.

Ia menganggap hadiah ini sebagai permintaan maaf atas sikap Zero yang selama ini sangat buruk pada Luna, meski gadis itu sendiri masih bertanya-tanya alasan kenapa lelaki kasar itu berubah menjadi lembut dan romantis dalam sekejap.

Akan tetapi, syukurlah, bukan? Ada sedikit perasaan yang senang luar biasa di hati Luna, kala menyadari Zero mungkin akan terus bersikap seperti ini, dan membuang segala tabiat buruknya.

Suara pintu yang dibuka secara paksa membuat Luna terlonjak dari tempatnya. Ini masih terlalu pagi untuk bangun dan beraktivitas, apa iya Zero akan masuk ke dalam kamarnya di subuh buta seperti ini? Lagipula, memangnya lelaki itu sudah bangun?

"Zero?" Luna memiringkan kepalanya saat menemukan Zero tengah berdiri di ambang pintu dengan pakaian yang rapi, tetapi bukan jas kantoran seperti biasanya. "Kau ... sudah bangun?"

Pertanyaan bodoh, jelas Luna tanpa sadar melayangkan hal itu karena terlalu bingung. Ada rasa sedikit minder yang ia rasakan, karena ia masih mengenakan baju tidur dengan wajah yang acak-acakkan saat Zero sudah rapi dengan wajahnya yang menawan selalu.

MY ARROGANT MAN (OPEN PO!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang