#15 - Jatuh cinta?

64.1K 2.4K 36
                                    

Luna pikir menyetujui ajakkan makan malam bersama dengan Zero akan menjadi penyesalan terberatnya, karena situasi yang canggung mengingat bagaimana lelaki itu biasanya memperlakukannya. Kasar, kejam, tidak berperikemanusiaan, dan ... dingin.

Namun, yang terjadi sesungguhnya justru di luar ekspetasi Luna. Jika sebelumnya dia membayangkan acara makan malam yang membosankan dengan situasi canggung di antara mereka, maka Zero justru berhasil mematahkan semua angan-angan kosongnya.

Tidak ada makan malam canggung dengan situasi membosankan, karena pada nyatanya Zero mengajaknya ke bagian luar rumah milik lelaki itu yang belum pernah Luna jamah sebelumnya.

Kolam berenang. Tempat dengan luas yang luar biasa, air biru bening itu tampak indah di malam hari dengan hiasan lilin-lilin kecil di atas kapal mainan yang berlayar. Entah siapa yang menyiapkan segalanya, Luna sendiri tidak yakin.

Lantunan musik lembut juga menemani malam mereka, Luna mendongakan kepala menatap langit yang tampak lebih gelap daripada biasanya, tetapi bintang-bintang menjadi lebih hidup karenanya.

Selain itu, ada sebuah meja makan kecil diletakkan di dekat kolam, sudah terisi penuh dengan segala lauk pauk yang jauh lebih sedikit dari jumlah yang biasa pelayan Zero sajikan saat sarapan atau makan malam biasa, tetapi tampilan makanannya jauh lebih mewah.

Angin sejuk membelai pipinya lembut, membuat Luna mau tak mau tersenyum, merasa nyaman dengan suasana ini. Dia sempat melupakan betapa kasarnya sifat Zero, karena terlalu terbuai dengan godaan di hadapannya.

Dari segala keindahan yang ada, Luna tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Dia terus-terusan berdecak mewah kala menyadari rumah Zero benar-benar luar biasa, mirip seperti istana yang memuat Raja dan Ratu di dalamnya. Persis di negeri dongeng.

Kepala Luna menoleh ke samping saat ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bagian bahunya, dan kala dia menengok ia menemukan mata abu dengan lirikan lembut tanpa intimidasi itu tengah menatapnya lekat. Membuat Luna tanpa sadar mundur satu langkah dari tempatnya karena gugup sekaligus terpesona.

"Dingin, bukan? Pakai, udara malam tidak bagus untuk dirimu yang baru sembuh."

Setelah mengatakan hal yang membuat Luna nyaris menjatuhkan rahangnya karena heran, Zero berlalalu begitu saja. Dengan santainya, lelaki itu mendekati meja makan di dekat kolam tadi dan duduk di sana.

Luna menggunakan jaket hitam yang beraroma parfum Zero dengan patuh meski dia baik-baik saja tanpa balutan pakaian tebal ini. Sesungguhnya, ia hanya tidak ingin merusak suasana yang sudah telanjur membuatnya jatuh cinta.

Sejujurnya memang Zero terlihat aneh malam ini, biasanya lelaki itu memperlakukannya dengan semena-mena, tetapi malam ini ia justru mengajak Luna untuk makan malam di tempat yang bahkan tidak pernah Luna bayangkan sebelumnya.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

"Tidak mau duduk?" Zero bertanya kala ia melihat Luna masih berdiri di depan pintu sambil menatap kolam dengan pandangan terpesona, persis seperti orang bodoh. Terbesit rasa nyeri di hatinya kala lelaki itu menyadari kalau ia telah menyakiti seorang gadis kecil yang bahkan senang dengan hal-hal yang wanita lain anggap 'biasa saja'.

"Eh? Iya!" seru Luna tanpa sadar saat ia tertangkap basah tengah melamun. Lalu, dengan langkah cepat ia berjalan mendekat ke arah Zero dan duduk berhadapan dengannya.

Musik masih mengalun dari dalam, tetapi bunyinya terdengar sampai ke luar. Luna menunduk dan menatap ke arah makanan kala sadar kalau meja makan ini terlalu kecil daripada yang biasanya, hingga jaraknya dan Zero menjadi begitu dekat saat ini.

Napasnya terasa semakin sesak kala menyadari Zero tengah menatapinya dengan cara yang tak biasa. Bukan menusuk, tajam, ataupun intimidasi. Entahlah, Luna sendiri juga tidak mengerti. Akan tetapi, hanya dengan sorotan mata, lelaki itu berhasil membuat jantungnya menggila di dalam sana.

MY ARROGANT MAN (OPEN PO!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang