#13 - Kesalahpahaman yang mematikan

62.4K 2.6K 33
                                    

"Kusadari, selama ini aku tak membencinya. Aku hanya terlalu pengecut untuk mengakui, kalau yang kubenci sebenarnya ... adalah diriku sendiri."
— Zero Bennedict A.

***

Luna sudah selesai diperiksa dan sekarang ia terlelap kembali karena pengaruh obat. Kata dokter, dia demam dan butuh banyak istirahat, mendengar hal itu membuat Zero sadar tentang betapa berengseknya dia malam itu kepada Luna.

Rekam medis Luna diserahkan kepada Zero. Ia merasa malas untuk berangkat ke kantor, dan lebih memilih untuk menyerahkan semua urusan ke tangan Jeremy demi stay di rumah.

Zero masuk ke dalam kamarnya dan duduk di kursi kerja, saat dia mengeluarkan selembar kertas dari amplop dokumen yang diberikan oleh dokter tadi. Itu rekam medis milik Luna, ada kelegaan yang luar biasa di dalam diri Zero saat tahu gadis itu tidak menderita penyakit yang serius.

Mata Zero bergerak dari atas ke bawah, meneliti isi dari kertas itu. Meski tidak paham dengan bahasa asing yang membuat kepalanya mulai berdenyut, ada satu hal yang menarik perhatian lelaki itu.

Sesuatu yang terasa salah ... di sana.

Zero melemparkan kertas itu ke sembarang arah dan bangkit dari tempatnya. Dia mengambil ponsel dan kembali menelepon dokter yang bertanggung jawab atas Luna tadi.

Telepon berdering diiringi dengan degup jantung Zero yang mulai menggila. Bibirnya bergetar, sedangkan tubuhnya terus bergerak karena cemas.

Dia biasanya selalu bertindak dengan hati-hati dan penuh pemikiran. Namun, ketika dendam menyelimuti, bagaimana bisa Zero tetap bersikap waras dan rasional?

Selama bertahun-tahun dia diselimuti dendam pada Laluna, karena gadis kecil itu dianggap sebagai penghancur kebahagiaannya. Zero mengikuti Luna dan membelinya, bahkan dengan perjuangan yang keras setelah ditolak berkali-kali oleh Bu Fahmi.

Dia mengurung Luna di sini, membakar semua bajunya, merebut hal yang ia jaga selama ini, kesuciannya. Lalu, Zero memaksanya melakukan hubungan seksual, memintanya untuk tidak kabur, berniat menikahinya secara paksa.

Setelah semua yang dia lakukan itu .... Jangan katakan padanya ... kalau sebenarnya ... dia ... salah paham?

"Halo?"

Suara bapak-bapak khas Dokter Ryan membuat Zero tersentak dari lamunannya. Dia membulatkan mata sejenak, berusaha untuk tidak terlihat panik sebelum bertanya, "Dokter, apa mungkin jika seorang bapak bergolongan darah A, dan Ibu yang bergolongan darah AB menghasilkan anak bergolongan darah O?"

"Hah?" Alih-alih menjawab, Dokter itu justru bergumam heran. Mungkin, dia tidak siap dengan pertanyaan Zero yang terlalu tiba-tiba. Atau, lebih jelasnya, Zero tidak pernah berbicara sepanjang itu kepadanya.

"Jawab aku!" seru Zero kesal saat tak mendengar jawaban yang ia mau. Rahangnya mengeras dengan urat yang mulai menonjol di sekitar leher. Lelaki dengan mata abu itu menyimpan kekhawatiran di dalam sana.

"Ehem. Baik. Begini, menurut medis, hal itu tidak mungkin. Jika ada orang tua dengan golongan AB dan A, maka anak-anaknya kemungkinan akan bergolongan darah di antara A, B, dan AB. Bukan O."

Penjelasan itu terdengar ribet, tetapi Zero mengerti maksudnya. Dia paham soal golongan darah, karena itu dia memutuskan untuk menelepon dokter akan kebenarannya.

MY ARROGANT MAN (OPEN PO!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang