Belum Berakhir

9 3 0
                                    

Hari ini adalah hari pemakaman untuk bunda. Aku sangat merasa sedih karena, aku tidak menyangka bunda akan pergi secepat ini. Kini hanya ada kami bertiga.
Andai saja dulu aku mengetahui siapa sebenarnya ayah yang kami sayangi itu, dan andai saja semua ini tidak terjadi.

Aku memikirkan semua itu dengan rasa yang bercampur aduk. Dengan kekesalan dan kesedihan yang masih berbekas didalam hatiku, aku berjalan menulusuri pemakaman demi pemakaman mengantar bunda pada tempat terakhirnya. Disana aku berdoa kepada Allah SWT semoga bunda diterima disisinya dan diterima semua amal ibadahnya.

Setelah selesai acara pemakamana aku dan yang lainnya memutuskan kembali pulang kerumah. Hari ini hanya aku yang sanggup mengantarkan bunda, kak Meera dan adikku Arnold masih terpukul dengan kejadian yang menimpa keluarga kami.

Tak berapa lama aku sampai diambang pintu. Kuketuk pintu sambil menahan kesedihan yang masih menghantuiku, aku takut jika aku menampakan kesedihan dihadapan kedua saudaraku, maka mereka akan kembali bersedih.

" Tok..tok...tok "

Namun tiada yang membukakan pintu. Ku ketuk kembali. Namun tetap tiada yang menjawab. Kuketuk sekali lagi namun masih saja tidak dijawab.
Kini rasa khawatir akan keselamatan kedua saudaraku memuncak. Segera aku mendobrak pintu dan berlarian kesegela arah mencari adik dan kakakku.

Yang membuat ku keheranan ialah mengapa tidak ada seorangpun dirumah ku, padahal sebelumnya banyak sekali orang yang memadati rumahku untuk memberikan duka citanya padaku. Namun aku segera menyingkirkan pikiran itu aku kembali mencari saudaraku. Hingga tepat dikamar yang tidak di isi sebelumnya oleh keluargaku. Aku membuka  pintu kamar itu dengan perlahan.

Begitu terkejutnya aku ketika melihat kak Meera sedang mengamuk - ngamuk sambil menodongkan pisau ke satu arah, yang ternyata disana ada orang  setres yang pertama kali kami jumpai ketika pindah kerumah ini.

Aku yakin Angela telah menguasai tubuh kak Meera. Dengan kesedihan yang tergambar diwajahnya dia berteriak teriak sambil memanggil manggil nama suaminya itu. Aku segera masuk kedalam untuk menghentikan segala apa yang terjadi, karena selain melukai orang tersebut secara tidak langsung Angela juga telah melukai tubuh kak Meera.

Aku segera mengambil pisau yang dipegang oleh kak Meera, dan segera menghentikan kemarahan yang tengah dirasa oleh Angela.

"Berhenti Angela!!! kau bukan hanya melukai dia tapi kau juga melukai kakakku." Kataku sambil menenangkan Angela.

Namun sorot mata Angela tidak mengiyakan perkataan ku. Dia malah menunjuk - nunjukku sambil berkata.

"Tidak ada seorangpun yang dapat menghentikan ku untuk membalaskan dendam ku. Pada suami yang tidak memiliki hati nurani ini." Begitu teriaknya. Sambil memelototi ku.

"Jika kau ingin membalaskan dendammu pada suamimu maka jangan seret kelaurgaku dalam pembunuhan ini. Karena sudah cukup aku kehilangan bunda orang yang sangat kami sayangi. " Kataku kembali meraih lengan kak Meera.

Namun tergambar dalam wajah kak Meera bahwa Angela tidak menampakan persetujuan pada perkataan ku. Dia menggibaskan tanganku seraya berkata.

"Dasar anak tidak tahu diuntung. Sudah kuberitahu kau tentang ayah palsumu, namun kau tidak tahu belas kasih. Jika kau terus mengusirku untuk menghentikan pembalasan dendam ini maka akan ku bunuh kau seperti dia." Sambil menunjuk ke arah suaminya.

Ketika Angela berdebat denganku suaminya melarikan diri, namun Angela segera sadar dan mengejarnya.  Akupun sadar bahwa Al menyaksikan semua itu dibawah meja rias.
Al seger berlari dan memeluk tubuhku Dan menagis, aku merasa iba pada Al karena usiaanya belum cukup untuk mengahadapi semua kekacauan yang terjadi dalam hidupnya.

Ghost In Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang