Chapter 14 " Terluka "

1.7K 162 5
                                    

"Manusia hebat adalah dia yang mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Namun seseorang yang paling hebat, dia yang mau menerima kesalahan orang lain dan memaafkannya."

AZKIYA POV

Malam ini sepertinya aku akan sibuk. Sebab Mbak Maisya menyuruhku untuk datang ke Ndalem guna membantu memasak disana. Aku disuruh menggantikan Mbak Maisya lagi sekarang.

Sambil melangkahkan kaki ke arah dapur Ndalem, aku membulatkan niat sebagai ketulusanku membantu disini.

"Assalamualaikum..." ulukku begitu membuka pintu dapur.

Ada Mbok Aminah yang sedang sibuk di pantri. Memasak sesuatu. Lalu ia menoleh ke arahku. Sambil tak lupa melempar senyum ramahnya. "Eh, Mbak Azkiya..." katanya saat melihatku "Ayo masuk. Bantuin Mbok masak."

Aku mengangguk dan segera masuk. Menyusul Mbok Aminah yang sedari tadu berkutat dengan masakannya.

"Apa yang harus Azky kerjakan, Mbok?"

"Itu, iris-iris bawang merah sama cabai. Mau buat capcai goreng..." Mbok Aminah menunjuk pada bahan-bahan tersebut.

Aku segera melaksanakan tugas. Sambai beberapa menit bawang merah dan cabai telah selalesai kuiris.

"Mbak Azky sudah selesai?"

Aku mengangguk. Siap menerima tugas lain.

"Tolong buatin minuman teh hangat 5 gelas, ya. Terus nanti antarkan ke ruang keluarga."

Aku kembali mengangguk dan lantas melaksanakan tugas. Membuatkan 5 gelas teh hangat untuk keluarga Ndalem. Namun entah kenapa aku sempat membingungkan sesuatu. Keluarga Ndalem hanya berjumlah 4. Sementara aku membuatkan 5 gelas. Lalu untuk yang 1 gelas buat siapa?

Ah, barang kali ada tamu yang sowan ke Ndalem.

Selesai sudah aku membuat 5 gelas teh hangat. Tinggal mengantarnya ke ruang keluarga. Butuh stok mental yang kuat sebenarnya setiap akan menghadapi keluarga Ndalem. Harus mampu membuat sikap sesopan mungkin demi mentaati sang guru.

Langkahku terus melenggang sempurna menuju ruang keluarga. Aku telah tiba di depan pintu ruang keluarga.

"Dia adalah gadis yang Baihaqi cintai. Baihaqi hanya ingin menikah dengan Azkiya."

DEG...!
Aku terkejut luar biasa ketika mendengar suara tersebut. Suara yang tak lain muncul dari suara Gus Syihab. Aku melihatnya, ia berdiri di tengah-tengah 4 orang yang duduk menatapnya serius. Termasuk juga Mbak Maisya.

Masya Allah... apa ini yang terjadi? Benarkah apa yang aku dengar barusan?

PYAAAAAARRRR....!

Tanpa kusadar, rupanya nampan berisi 5 gelas teh hangat telah merosot dari genggamanku. Jatuh dan membuat seluruhnya pecah dan tumpah ruah. Semuanya berantakan.

Dalam sekala detik ini juga, duniaku rasanya behenti. Kehidupan seperti tak lagi berarti. Semua pasang mata di ruang keluarga yang tengah berkumpul itu lantas menatapku terkujut. Seperti menuntut atas perlakuan cerobohku. Terutama Gus Syihab. Ia menatapku terkejut luar biasa.

Aku dilanda panik. Bingung. Takut lebih tepatnya. Pikiranku benar- benar sudah macet total. Tidak mampu berjalan untuk memikirkan perkara ini.

"Maaf... tidak senga..ja..." suaraku bergetar hebat. Aku gemetar. Lantas berjongkok untuk memunguti serpihan beling yang sudah pecah.
Apa yang kau lakukan Azkiya...?

Berulang kali aku merutuki diriku. Membodohi diri ini yang begitu tolol dalam menghadapi sebuah perkara. Meski satu hal yang terus terngiyang di kepalaku. Yaitu kata-kata Gus Syihab. Ada apa dengannya? Kenapa ia tiba-tiba menyebut namaku dihadapan keluarganya. Bahkan di hadapan Mbak maisya...

30 Juz dalam Cahaya Cinta [ SUDAH TERBIT ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang