Chapter 18 "Kehancuran Azkiya"

1.8K 146 12
                                    

"Tidak semua ujian itu berupa kesusahan dan kesedihan. Tetapi kebahagiaan, kenikmatan dan kesenangan juga termasuk ujian. Cara Allah untuk memberi ujian melalui jalur yang tak terduga. Tinggal bagaimana cara seseorang untuk memahami apa itu sebuah ujian."

AZKIYA POV

Kehidupan...
Benarkah ini kau?
Benarkah ini yang dinamakan sebuah kehidupan?
Realita hidup yang buruk
Dan terasa mencekikku...

Kukira...
Ini hanya mimpi
Mimpi buruk yang datang tib-tiba
Dan hinggap untuk sejenak
Lalu pergi...

Namun rupanya...
Ini bukan sekedar mimpi
Bukan pula sebuah halusinasi
Apalagi imajinasi
Yang terangkai dalam sebuah ekspektasi...

Aku sunghuh lelah...
Bila aku boleh jujur, Allah...
Aku sungguh bosan
Akan sampai kapan engkau akan mempermainkanku?
Kenapa tidak Kau akhiri saja hidupku?

Sekarang aku benar-benar muak
Aku lelah...
Aku menyerah...
Ingin pergi...
Menghilang...
Tak berbekas...


Ya, kehidupan ini rasanya begitu sadis dan kejam. Tidak pernah aku merasakan sebuah kebahagiaan hidup semenjak aku berjuang pada 30 Juz itu. Meskipun itu hanya untuk sekejap.

Aku sadar, aku bukanlah perempuan yang tercipta dengan hati yang suci dan putih. Aku juga perempuan yang tak mempunyai jiwa tinggi dan kokoh. Aku hanya perempuan yang diciptakan untuk merasakan jutaan perasaan. Namun akhir-akhir ini, yang kurasakan hanyalah kata sedih, sakit dan menyayatkan. Entah sampai kapan aku akan terus terjebak dalam lembah nestapa ini. Bahkan Allah sendiri pun nyatanya juga tak ingin membantu.

Sejak tadi, semenjak aku berusaha mengenyahkan rasa derita hatiku, pikiran dan perasaanku sama sekali tak ingin berdiam. Bahkan dengan muroja'ahku yang berada di ruang khusus--sebuah kamar milik Neng Afwa, nyatanya tak berhasil menenangkanku. Sekarang aku benar-benar terpuruk. Benar-benar lemah dan benar-benar tidak mempunyai arti apa-apa.

Menghitung satu demi satu ujian semenjak aku memutuskan untuk terjun kepada kitab suci ini, hatiku selalu meradang. Teringat saat-saat perjuanganku untuk meng-Khatam-kan Al-Qur'an, namun yang kudapat bukanlah sebuah kado atau hadiah apapun yang membuat bahagia. Alih-alih sebuah kejutan terburuk. Dari Ayah dan Ibu yang memutuskan untuk bercerai, dari Tuhan yang dengan kejamnya mengambil Ibu langsung dengan cara yang sadis itu, dan dari Ayah yang akhirnya menikah lagi, bahkan sampai Tuhan membiarkan aku dijebak dengan sebuah fitnah yang amat sangat memalukan ini...
Allah, apakah ini yang dinamakan hidup? Kenapa hanya sebuah hitam pekat saja yang kualami semenjak aku meraih 30 Juz itu?

Diam-diam, senyum getir mengembang dari bibirku. Aku menertawai nasib diriku sendiri. Mencoba berusaha sadar bahwa rupanya 30 Juz itu penuh dengan sebuah kejutan.

Setahuku, semua orang yang bisa meraihnya, pasti akan merasakan hidup bahagia, penuh makna, dan terjamin keindahannya. Bukankah Allah sendiri yang telah menjamin bahwa tidak ada kerugian sedikitpun bagi seorang ahlul Qur'an? Bahkan Allah sendiri telah menjanjikan bahwa setiap jiwa yang mau memelihara Al-Qur'an telah disediakan kedudukan yang paling tinggi dan mulia?

Tetapi lihatlah! Realita yang kuterima tak sesuai dengan jaminan dan janji Allah. Allah sendirilah tang telah mengingkarinya.

30 Juz dalam Cahaya Cinta [ SUDAH TERBIT ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang