Chapter 19: "Tragedi di Kontrakan"

1.9K 127 2
                                    

"Allah menciptakan ujian bukan untuk membinasakan manusia. Melainkan untuk menguatkan seseorang. Tujuan Allah menguji seseorang sebab Allah akan melihat seberapa besarnya iman seseorang saat diuji."

*

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di restoran Ratu Plaza. Aku mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Entah dari segi penampilan, mental dan fisik. Aku tidak ingin membuat kesalahan dan kekecewaan di hari pertamaku ini. Aku juga ingat betul, kemarin saat aku diwawancarai aku hanya sebatas menjawab alakadarnya saja. Jika ditanya mengenai pengalaman kerja, aku pun menjawab 'nol' alias tidak pernah ada. Karena sebelumnya aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya bekerja.

Seperti apa yang kulakukan di pagi ini, aku sudah siap di bagian tempat penerimaan pesanan pelanggan. Di jam 08.00 pagi saja sudah banyak pelanggan yang hadir di restoran ini. Kebanyakan di antara mereka rata-rata seorang pegawai yang tengah mempersiapkan energinya dengan asupan makanan di sini.

Waktu demi waktu aku lalui dengan sungguh. Lelah juga rupanya meskipun aku hanya sekedar mencatat pesanan pelanggan dan bersikap seramah mungkin sambil melontarkan kalimat, 'Selamat datang Bapak/ Ibu/ Saudara/ Mas/ Mbak, mau pesan apa?' itu saja. Aku berusaha untuk bersabar demi melanjutkan hidupku yang kubuat sebahagia mungkin tanpa ditentukan oleh takdir Tuhan.

Tepat ketika di jam 04.00 sore aku memutuskan untuk pulang. Mengingat jadwalku habis untuk hari ini, aku keluar dari area restoran guna mencari angkutan umum yang bisa mengantarku pulang.

Rasa lelah karena bekerja seharian membuatku sedikit mengeluh. Kenapa angkutan umum tak juga datang? Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara klakson dari sebuah mobil silver yang sudah berhenti di tepat di hadapanku.
Aku mengenali mobil ini. Kalau tidak salah mobil ini milik David yang sudah berbaik hati membantu hidupku.

Jendela kaca mobil turun secara perlahan. Penampakan sosok David yang terbingkai oleh jendela mobil itu. Ia tersenyum dan sedikit menyondongkan tubuhnya ke arahku. Jaraknya sedikit jauh.

"Mau pulang?" tanyanya hangat.

Seperti biasa, aku selalu kikuk. "Eh, iya Mas..."

"Bareng saja biar kuantar..." tawarnya yang membuatku semakin tidak enak diri.

"Tapi aku lagi nunggu angkot. Mas David duluan saja."

"Tidak baik menolak niat baik orang lain. Ayolah, masuk biar kuantar!" ia seolah memaksa.

Tentu saja aku tidak bisa menolaknya lagi meski rasa gugup dan grogi mesin membumbungiku. Aku tetap memberanikan diri untuk membuka pintu mobil, duduk disebelah David.

"Nah, begini kan lebih manis..."

"Eh..." aku bingung mengenai kata-katanya.
Apa maksudnya?

"Maksudnya, kau lebih terlihat manis jika di dalam mobil ini daripada kau naik angkot yang pengap itu. Di sini kau tidak akan berkeringat karena kepanasan." ralatnya.

"Wah, sombong sekali Anda, Bung..." celetukku, terkekeh.

"Hahaha... terserah kau saja, Azkiya. yang jelas aku ingin menolong saja. Bukankah kau suka ditolong orang setampan aku?" Kakehnya yang sontak membuatku mencibir.

"Tampan? Ku rasa kesombonganmu terlalu over dosis, Mas." Ku sambut dengan tawa ringan. Begitu pun dengan David. Sungguh, baru kali ini aku merasakan kebebasan dan gelak tawa yg dibuat oleh gurauan ringan bersama orang yang baru kenal. Kurasa David memang benar-benar lelaki yang asik dan menarik.

Sepanjang perjalanan, aku dan David terus bercanda. Entah itu membahas tentang pengalaman yang paling memalukan diantara kami, bahkan sampai juga membahas tentang perasaan ke hati seseorang. Tak kusangka David orangnya begitu asyik untuk dijadikan sebagai teman cerita. Namun kurasa cerita yang menyebabkan aku menjadi seperti ini aku tidak akan menceritakannya. Ini terlalu memalukan dan pasti akan berujung menyakitkan. Sungguh, aku tidak akan pernah menyentuh sebuah penderitaan yang menyakitkan. Aku hanya ingin bahagia di jalan ku sendiri.

30 Juz dalam Cahaya Cinta [ SUDAH TERBIT ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang