Chapter 17 " Penyelamatan "

1.7K 167 17
                                    

"Tak ada lagi hal yang lebih menyakitkan di dunia ini selain melihat seseorang yang paling berharga dalam hidup tengah hancur."
-(Syihab Baihaqi)-

***


SYIHAB POV

Keputusan ku pergi dari rumah membuat semua orang panik. Saat itu aku tidak peduli pada siapapun. Perasaanku sungguh kacau. Memikirkan pernyataan Abah yang terus mendesakku untuk menikah dengan Maisya. Aku tidak pernah Mencintainya.

Harus kuakui, yang aku cintai hanyalah Azkiya. Dialah satu-satunya perempuan yang berhasil menaklukkan hatiku. Tidak ada cara lain untuk menghindar dari perjodohan itu kecuali harus pergi dari rumah. Menghilang untuk sejenak tanpa kabar mungkin akan sedikit membuat Abah dan Ummi jera. Hampir dua minggu aku sudah menghilang tanpa kabar. Kak Afwa tidak henti-hentinya mencari informasi tentang diriku.

Setiap saat selalu memintaku untuk bertemu. Aku tahu ia adalah seorang kakak yang pengertian. Ia sedikit protective denganku. Menyayangiku walau kadang dia begitu menyebalkan.

Entah kenapa hari Jumat rasanya aku ingin masuk ke kantor setelah beberapa hari yang lalu izin masuk tepat di jam setengah 02.00 siang. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sesuatu kabar bahwa aku kedatangan tamu. Seorang petugas resepsionis mengatakan bahwa tunanganku datang. Seketika itu aku bingung. Sejak kapan aku mempunyai tunangan? Perasaanku saja sedang tidak jelas. Hatiku mencintai seseorang. Namun saat ada nama yang dilibatkan entah kenapa hatiku terasa lega.Azkiya Mumtaza datang ke kantarku dan mengatakan bahwa dirinya adalah tunanganku.

Awalnya aku ragu untuk menerima nya ke ruanganku. Namun rasanya hatiku benar-benar ingin melihat kehadirannya. Sudah hampir 2 minggu penuh aku tidak melihatnya. Awal pertemuan itu sesungguhnya membutuhkan persiapan hati dan mental yang ekstra s. Setiap kali bertemu dengannya jantungku tidak pernah bisa diajak kompromi. Terbukti sekarang, perempuan itu sudah tepat berada di hadapanku. Kurasa aku harus mempersiapkan ketahanan diri atas kerja jantungku.

Dari pancaran matanya dan gurat wajahnya seperti menyimpan sebuah kepiluan. Apa karena ia tengah bersedih lantaran insiden malam itu saat aku membawanya pada orang tuaku?

Kata demi kata kami saling bertukar. Terdapat pertanyaan-pertanyaan khusus yang ia lemparkan. Mengenai perasaanku. Sesungguhnya aku nyaris kehabisan kata untuk menjawab. Hanya sebuah rangkaian kalimat seadanya yang ku jawab. Semuanya diluar kendaliku.

Terakhir kalinya ia memohon kepadaku agar aku mau bertemu dengan Kak afwa. Awalnya sempat kutolak namun pada akhirnya aku menurut. Bagaimana mungkin ia mengeluarkan segala jurus memilukan itu hingga membuat aku seolah terhipnotis olehnya?

Akhirnya aku bertemu dengan Kak Afwa. Kami bertiga berkumpul di sebuah restoran sederhana yang terdekat di sana. Hanya sekedar ingin membahas sesuatu hal penting dan melepaskan rasa rindu. Di tengah-tengah perbincangan aku dan Kak Afwa perhatianku tertuju pada Azkiya. Ia terdiam. Terdapat titik cairan bening yang menyembul dari ujung matanya hingga akhirnya terjun. Aku tidak tahu hal apa yang menyebabkan ia mendadak menangis. Apakah ia sedang ada masalah?

Sungguh, melihatnya penuh dengan luka itu aku ingin tetap berada di dekatnya untuk menjadi orang pertama yang menenangkannya. Namun apalah aku? Bukankah ia pernah mengatakan bahwa aku bukanlah orang yang berada dalam hidupnya?

Tiba-tiba ia izin ke toilet. Kami menunggunya hingga memakan waktu yang begitu panjang. Kak Afwa sempat menyusulnya ke toilet. Namun rupanya ia sudah tidak ada. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar restoran. Mencoba mencari keberadaan Azkiya. Pikiranku sudah panik saat itu mengingat firasat ku mengenai Azkiya yang sedang tidak baik-baik saja.

30 Juz dalam Cahaya Cinta [ SUDAH TERBIT ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang