10. Egois [END]

7.7K 511 17
                                    

Sehun menyadari perubahan sikap Lisa sejak kepulangan mereka dari pesta itu. Semalam bahkan Lisa tak mengijinkannya tidur di kamar gadis itu, pagi ini pun walau mereka makan bersama tapi Lisa hanya diam, tak mengatakan apapun.

Sehun hanya menghela nafas panjang. Ia masih menunggu Lisa berbicara.

Ponsel Sehun berdering. Sebuah panggilan dari Hayi. Semalam mereka memang sempat bertukar nomor telpon.

"Hallo...."

Lisa menatap Sehun, mencuri-curi pandang pada Sehun yang tengah mendengarkan dengan serius panggilan di sebrang sana. Lisa hanya menghela nafas lelah kemudian beranjak meninggalkan Sehun untuk mencuci tangannya.

"Bagaimana mungkin dia pingsan? Semalam dia baik-baik saja."

Lisa berusaha menulikan pendengarannya. Sudah ia duga, pasti itu dari Hayi atau Hanbin yang mengabari keadaan tentang Hayi.

"Dirumah sakit mana? Aku kesana sekarang."

Lisa menarik nafas berat saat mendengar pernyataan itu. Apa ia harus mulai merelakan Sehun?.

Lisa merasakan sebuah usakan di kepalanya. Ia berbalik lalu mendingak.

"Aku keluar sebentar. Jangan kemanapun." ujar Sehun diiringi sebuah kecupan ringan di dahi Lisa. "Kau tampak lelah sayang, istirahatlah. Aku akan segera kembali."

Lisa hanya menatap Sehun saja, tanpa mengatakan apapun lagi. Meski hati meminta Sehun untuk tidak pergi namun raganya tak bisa mengatakan hal itu.

Ia tak ingin egois.

***

Lisa melipat tangannya didada seraya menatap pada rintikan hujan yang menemani siang harinya. Hujan seharusnya tak datang di musim ini, tapi akhirnya turun juga seolah mengerti perasaan Lisa yang dirundung kesedihan.

Tangannya terangkat kembali menyeka air mata yang mengalir begitu saja.

Sehun bilang hanya akan pergi sebentar, tapi sampai tengah hari pun pemuda itu belum juga datang.

Apa Sehun-nya memilih untuk tinggal disana?

Lisa beranjak kemudian duduk lemas diatas tempat tidurnya. Ia masih memikirkan ucapan Hanbin tadi malam.

"Aku mohon...."

Lisa menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak ingin bayangan itu kembali lagi.

Suara ketukan pintu menyadarkan Lisa dari lamunannya. Ia mendongak lalu tersenyum saat melihat Sehun sedang berjalan kearahnya. Pemuda itu kini berlutut dihadapan Lisa.

"Sayang, apa yang sedang kau pikirkan?."

"Aku mohon kau jangan egois." itu ucapan Hanbin sebelum mereka berpisah, tadi.

Lisa menggeleng palan seraya memukul kepalanya.

"Hey Sayang...."

"Hun... Kau taukan aku sangat mencintaimu?."

Sehun tersenyum. "Sangat Lisa. Aku sangat mengetahuinya. Kenapa bertanya seperti itu?."

"Apa aku sangat egois jika ingin memiliki dirimu sendiri hanya untukku?."

"Tidak Sayang... Kau tidak egois."

"Tapi dia membutuhkanmu Hun."

Sehun tersenyum tipis. "Tidak Lisa. Dia bukan membutuhkanku sekarang."

Lisa sedikit membulatkan matanya. Ia tak berpikir Sehun akan merespon seperti ini. Ia pikir Sehun akan menanyakan 'Dia siapa?.'

"Kau tak bertanya siapa yang aku maksud?."

Sehun terkekeh pelan. "Maksudmu Hayi-kan?."

Lisa mengangguk. "Dia sangat menyukaimu Hun."

Sehun menggeleng. "Dia hanya terobsesi. Kau tau, saat seseorang memiliki keinginan berlebihan? Itu obsesi sayang. Bukan cinta. Dia membutuhkan Hanbin untuk mendampinginya. Kau tak perlu risau."

"Hanbin bilang...."

"Aku sudah mengatakan pada Hayi jika kita akan segera menikah dan memiliki keluarga kecil. Aku juga sejak dulu hanya menganggapnya adikku. Tak pernah lebih. Saatnya dia melihat ketulusan Hanbin. Bukan aku. Aku tak memiliki perasaan apapun padanya. Denganku dia hanya akan sakit. Begitu juga aku. Karena kebahagiaan dia adalah Hanbin dan kebahagiaanku adalah kau, Lisa."

Lisa menangis haru, ia menghambur memeluk Sehun yang kini memberinya ciuman-ciuman singkat di wajahnya.

"Hun.... Jangan tinggalkan aku."

"Tak akan sayang. Aku tak akan meninggalkanmu. Aku akan tetap bersamamu."

Lisa tersenyum lirih. Lega sekali rasanya mendengar penuturan Sehun. "Bagaimana keadaannya sekarang?."

"Baik." Sehun tersenyum. "Tak perlu membahasnya lagi. Sekarang hanya tentang aku dan kau saja. Aku tak ingin kita membahas orang lain lagi. Kau mengerti?."

Lisa mengangguk. "Aku mengerti. Terimakasih Hun."

Sehun tersenyum, ia mengusak puncak kepala Lisa sesaat kemudian mengangguk.

Jantung Lisa berdebar saat melihat tatapan Sehun yang sangat intens padanya. Perasaan ini.... Ia tak ingin kehilangan perasaan mendebarkan ini.

"Aku ingin menciummu." ujar Sehun seraya mencium bibir manis milik kekasihnya itu. Melumatnya perlahan kemudian melepaskannya.

"Hun...."

"Aku tak tahan lagi."

Sehun membaringkan Lisa, mengukung gadis itu dibawah kuasanya.

"Masih siang Hun."

Sehun terkekeh. "Apa masalahnya?."

Lisa mengatupkan bibirnya seraya memejamkan mata saat secara tiba-tiba Sehun menyerang lehernya. Area sensitifnya.

"Hun...." Lisa mengerang saat merasakan tangan lebar itu mulai mengelus perut datarnya.

"AUNTY LISA, UNCLE HUUUNNNN...."

"Sial." umpat Sehun seraya menjauhkan diri dari Lisa. Bertepatan dengan itu muncul lah bocah kecil memasuki kamar Lisa.

"Taeoh....." Lisa bangun kemudian menyambut anak itu dengan pelukannya.

Sehun mendesis. "Dasar bocah pengganggu."

"Ya... Siapa yang kau sebut pengganggu Oh Sehun!!!." seru sebuah suara dari Luar kamar.

"Daddy...."

Pria paruh baya itu menatap curiga pada Sehun. "Apa yang coba kau lakukan Oh?."

"Daddy....."

***

END

***

SORRY GANTUNG. HEHEHEHE

KEBIASAAN YA. MAAF CERITANYA GAJE. DARIPADA AKU KEHILANGAM FEEL JADI LEBIH BAIK AKU TAMATIN AJA.

MAAF TIDAK MEMUASKAN PEMBACA.

TERIMAKASIH UDAH MENYEMPATKAN NUNGGU DAN BACA CERITA GAK JELAS INI.

SALAM
DY

DIJODOHIN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang