Setelah melalui beberapa hari tanpa kabar darinya, aku pun akhirnya sampai di kota ini. Denpasar merupakan kota di mana dia, laki-laki itu pergi dengan izin melanjutkan pekerjaannya. Lalu bagaimana bisa sampai seperti ini? Bagaimana bisa tak ada satu pun kabar darinya selama beberapa hari, tepat setelah dia menyatakan akan kembali dan membawa hubungan kami ke jenjang pernikahan?
Hal ini tidak biasanya terjadi. Laki-laki yang memintaku menjadi isterinya bukan laki-laki tidak bertanggung jawab yang akan meninggalkanku tanpa penjelasan. Aku pun tidak bisa menerima kenyataan. Kuputuskan menemuinya di kota ini. Padahal memang sudah ada rencanaku untuk mengunjungi kota ini, sesuai sarannya terakhir kami berbicara.
Aku khawatir bukan hanya karena hubunganku yang terancam kandas, melainkan aku khawatir tentang keselamatannya. Tidak ada tanda dan pesan sama sekali, sebelum mendadak dirinya menghilang tanpa kabar. Hari pertama aku sampai di sini, tujuan pertamaku adalah kantor tempatnya bekerja.
Kantor tempat calon suamiku bekerja ini tampak masih beraktivitas tanpa ada tanda-tanda kehilangan. Aku mencoba memasuki kantor tersebut. Aku menemui penerima tamu di depan dan menyebutkan namanya untuk bertemu. Penerima tamu itu terlihat kaget mendengar aku menanyakan keberadaannya. Dia berkata, “mba mencari mas Adi? mba belum tahu ya?”
Situasi seperti ini sungguh tidak aku sukai. Suatu situasi di mana aku tahu akan ada suatu berita tidak mengenakkan yang akan aku dengar, namun aku tidak bisa menghindari berita ini. Aku menjawab, “belum tahu apa mba? memang ada apa ya?”
Penerima tamu di kantor tersebut kebingungan untuk menjawab. Setelah beberapa saat dia bertanya, “mba hubungannya dengan mas Adi apa ya? apa mba mau bertemu dengan pihak kantor saja yang lebih berwenang untuk menjelaskan?”
Aku mengangguk pelan, bingung dengan keadaan. Kuikuti langkah penerima tamu tersebut yang mengantarkan aku ke sebuah ruangan bertuliskan HRD. Setelah masuk, aku dipersilahkan duduk dan kemudian seorang wanita menghampiriku. Wanita itu bertanya, “mba kerabat dari mas Adi ya? perkenalkan mba aku Inta HRD kantor ini.”
“Aku tunangan Adi mba. Adi kenapa ya? Adi di mana?” tanyaku tidak dapat lagi membendung kekhawatiran ini. Pihak dari kantor itu menjawab “mas Adi termasuk beberapa karyawan yang menjadi korban dalam kecelakaan kerja mba. beberapa hari ini kami telah mencoba menghubungi keluarga mas Adi tapi belum ada jawaban. saat ini mas Adi dalam keadaan koma mba. kami bisa mengantarkan mba menuju ke rumah sakit sekarang.”
Aku terkejut dan menangis, tidak bisa menerima kenyataan ini. Beberapa pihak kantor mengajakku pergi ke rumah sakit. Adi tidur terlelap di ruang ICU. Adi koma. Aku diperbolehkan masuk untuk menemuinya. Aku menyentuh tangannya dan menangis tersedu melihat keadaan Adi. Tapi tidak ada jawaban, tidak ada suara Adi yang menenangkan keadaan hatiku yang tidak karuan ini.
Tidak beberapa lama, terdapat pergerakan tangan Adi. Matanya pun membuka dan melihat ke arahku. Setetes air mata keluar dari matanya. Aku ikut menangis. Aku terisak, “Adi…”
Wajahnya tersenyum, sekali lagi Adi mengarahkan matanya padaku dan mendadak menutupnya kembali. Berbagai mesin mulai berbunyi. Dokter dan tim medis datang dan aku tidak bisa lagi berpikir jernih. Apa yang terjadi dengannya?
Dokter pun keluar dan menyampaikan Adi telah tiada. Dia pergi meninggalkanku dengan senyumnya. Dia pergi membawa cintaku hanya untuknya. Raga adi telah pergi, namun jiwanya tetap ada di sini di dalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Story
Short StoryKata orang cinta itu manis di awal-awalnya saja. Setuju dengan pernyataan itu? gw pribadi sih tidak. Memang cinta itu seperti bunga yang harus dirawat dan diberi pupuk serta air, sehingga ia tetap segar dan hidup. Demikian juga dengan kisah asmara...