Hanya dia yang bisa

7 2 0
                                    

Namaku Jay, aku seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di makassar. Aku dianugrahi oleh Tuhan wajah yang ganteng. Tinggi 180 cm, tubuh jangkung, kulit putih, hidung mancung, dan populer. Aku bekerja sambil kuliah. Aku bekerja di salah satu stasiun tv lokal menjadi bintang film. Semua kaum hawa tergila-gila padaku kecuali seorang gadis berumur 16 tahun, yang baru saja lulus SMA. Namanya Salsabila Asy-syifa. Ketika semua teman-temannya berteriak histeris saat aku lewat, kecuali dia.

Dia hanya berkata dengan dingin, ‘Kalian kenapa? Tergila-gila dengan Jay itu? Aduh. Guys please deh lebih ganteng nabi Yusuf keles.’ itu kata-kata yang sempat ku dengar. Pastilah kalau aku dibandingkan nabi Yusuf pasti dia mengalahkanku. Suatu ketika aku melihatnya sendiri di aula sekolah yang berdekatan dengan studio stasiun tv tempat kerjaku. Dengan sengaja aku mendekatinya. Sepertinya dia tidak merasakan kedatanganku karena sedang membaca sebuah novel fiksi.

“Hai.” sapaku canggung. Dia menoleh kepadaku. Masya Allah sepasang mata tajam itu.
“Oh, hai. Ada apa?” tanyanya dengan nada datar.
“Siapa namamu?” tanyaku sambil duduk di sampingnya.
“Salsabila Asy-syifa boleh dipanggil Salsa, Bila, Syifa, ataupun Salsyi yang jelas bukan Asy. Tak usah memperkenalkan dirimu, aku sudah tahu kau Muhammad Jaya Firdaus. Bintang film lokalnya makassar kan?” terangnya.
“Iya, kok kamu tahu?” tanyaku pura-pura tak tahu.
“Siapa yang tak mengenal Muhammad Jaya Firdaus, cowok ganteng, cool, keren, dan seorang bintang film. Siapa sih yang nggak kenal kamu?”

“Aku pikir tidak akan sampai terkenal seperti itu.” ujarku.
“Terserah deh. Aku ingin masuk kelas. Sampai ketemu lagi.” ucapnya.
“Hei, boleh minta nomor handphone-mu?”
“Untuk apa?” tanyanya kembali.
“Mungkin ada sesuatu yang ingin ku tanyakan.”
“Baiklah. Tangkap!” serunya sambil melempar buku novel fiksi yang dibacanya tadi.
“Nomor handphone-ku ada di dalamnya!” teriaknya lagi.
“Oke!” aku berteriak sambil berlalu dari aula sekolah.

“Dari siapa itu Jay?” goda Ahmad.
“Bukan dari siapa-siapa.” jawabku.
“Oh ya? Kenapa judul novel percintaan. Tidak biasanya kamu suka baca buku gitu.”
“Aku kan bisa berubah Mad.”
“Bisa berubah atau ada yang buat kamu berubah?”
“Terserah deh. Aku mau masuk dulu bye.”
“Ciee.. Ngambek.”

Malamnya aku mencoba menelepon nomor handphone yang tertulis dalam buku novel tersebut. Ada nada sambung.
“Halo?” Ucap seseorang di ujung sana.
“Halo.” Jawabku.
“Maaf dengan siapa saya bicara?”
“Saya Jay. Yang tadi siang kamu temui.”

“Oh Jay. Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu janjian besok di aula seperti tadi siang bagaimana?”
“Besok. Insya Allah nanti kita lihat.”
“Itu saja. Sampai jumpa besok.”
“Sampai jumpa.” Aku mematikan sambungan teleponnya. Menurutku hanya dia yang bisa membuat aku salah tingkah. Karena baru pertama kali aku bertemu dengan seorang gadis yang sangat dingin terhadapku.

............. tamat...........

Udaah gitu aja. Gantung? Iya, maaf ya. Gada ide

Roman StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang