Part 7

1 1 0
                                    

"Untuk mendapatkan hati manusia
Dibutuhkan cara yang lebih
Seperti wanita mebutuhkan kasih sayang yang lebih, dan lelaki membutuhkan pembuktian yang lebih, jika keduanya saling tertukar maka akan berakibat buruk pada keduanya"

Liara

Sinar matahari telah menembus kaca yang bersih mengenai beberapa benda menjadikanya bayangan dari benda itu. Pagi yang cerah membawa keberatan hati untuk meninggalkan keluarga. Sebelum aku berangkat menuju rumah ibuku dan berpamitan padanya sekaligus menjemput adikku untuk pergi ke sekolah.
"Kak" dengan nada kecewa
"Ya"
"Kakak, pergi lama atau sebentar?"
"Aku... Pergi agak lama, sekitar 22 hari, maafkan aku, aku tidak bisa menepati janjimu, maaf" satu tetes air mata jatuh dari mataku
"Lain kali saja janji itu, aku akan memberikan tiket nonton itu ke Niel, karena ia sahabat terbaikku" 2 tetes air matanya terjatuh
"Aa... Film itu, film favorit kita" sambil menangis ala anak kecil
"Iya, kakak.. Aa"
"Avenger Endgame"
"Aa.. Ngak bisa nonton dengan kakak"
Sebenarnya itu bukan tangisan perpisahan untuk berpergian jauh, tapi itu tangisan karena tidak bisa nonton film Avenger terbaru yang berjudul Endgame. Memang aku dan adikku dari dulu suka bangen sama film action terutama tentang pahlawan super.

Aku mengerem mobilku di depan pagar sekolah Faiz.
"Daa.. Kak, gua mau belajar dulu"
"Tumben lho pake kata gua"
"Biar lebih kece"
Aku segera menekan gas dan melaju ke kantor IDI.

....

Salim

Seperti biasa aku mengantarkan Niel ke sekolahnya. Aku menginjak rem tepat di depan pagar sekolahnya. Diapun bergegas turun dari mobilku, sebenarnya aku ingin memberitahunya jika sekarang aku akan pergi ke URK selama 22 hari, tapi ia dengan cepat menuruni mobilku dan menyapa temanya. Kemudian ia berjalan bersama temanya ke arah mobilku dan memperkenalkan temanya padaku.

"Kak, perkenalkan ini temanku yang selalu aku ceritakan padamu, namanya Faiz" jelas niel
"Ini toh yang namanya Faiz, kamu mirin temanku, hanya saja dia perempuan bukan laki laki kayak kamu" jawabku
"Oh.. Ini kakakmu Niel" sahut faiz
"Iya"
"Ok, sekarang aku mau pergi ke rumah sakit, dah" sambil menginjak gas dan melaju

...

Faiz

Aku hanya penasaran pada kakak niel yang sifatnya terlalu cuek, dan aku bertanya pada diriku sendiri apakah niel tidak dipedulikan sama kakaknya, dan aku juga kepo dengan namanya.
"Eh.. Sipa sih nama kakakmu itu?, cuek banget orang itu"
"Kepo lho, meskipun dia cuek tapi dia perhatian banget sama gue, terutama tentang agama"
"Yuk masuk nih udah jam 06.47 kurang 13 menit jam masuk sekolah, nanti lho kenak hukum lagi" sambil menarik tangan niel dan masuk ke ruang kelas mereka

Aku dan niel selalu duduk berdua dan bertepatan kelas kita juga sama.
"Eh.. Siapa nama kakak lho, jawab donk, dan apa pekerjaanya?"
"Kok kepo banget lho"
"Soalnya gue pernah lihat tuh orang di rumah sakit, tapi rumah sakit mana gue lupa"
"Jelaslah kerjanya aja di rumah sakit"
"Ayolah" sambil memasang pupy eyes
"Ih.. Ngak sok imut gitu deh, oke namanya Abdullah As Salim, pekerjaanya menjadi doktet umum"
"Tuh kan, gua pernah tau tuh nama"
"Emangnya dimana?, jangan bilang di rumah sakit"
"Engak tapi di sebuah surat di mobil kakakku"
"Lho.. Punya kakak, hah, apa isi suratnya"
"Isinya tentang undangan sukarelawan"
"Coba cerita"

...

Waktu itu aku diantar kakakku pergi ke sekolah, aku meraba jok mobilnya untuk mencari sebuah permen yang dimaksud kakaku, di jok depan tidak ada di jok belakang sebelah kanan juga tidak ada, tapi aku menemukan sebuah surat di dalam amplop yang sudah terbuka. Karena aku lancang aku membukanya. Di surat itu tertulis beberapa nama relawan para dokter yang bergabung di IDI.

Disitu tertulis nama Dr. Abdullah As Salim dan sebelahnya tertulis Dr. Umum. Surat itu mengundang beberapa dokter untuk pergi ke negara URK selama 22 hari. Setelah itu aku mengembalikan surat itu beserta amplopnya ke tepat semula.

Aku melanjutkan tugasku untuk mencari permen yang dimaksud oleh kakakku. Aku menemukan permen itu di jok sebelah kanan dan berterima kasih padanya

...

"Oh.. Seperti itu"
"Tapi kakak tidak memberitahu soal itu"
"Mungkin ia tak sangup meninggalkanmu mangkanya ia membatalkanya, mungkin"
"Iya juga sih, emangnya kapan keberangkatan kakakmu itu"
"Oh.. Iya, hari ini ia berangkat"
"Serius"
"Iya, kita lihat apa yang akan terjadi"

...

Salim

Aku mengambil selembar kertas dari binderku, dan menuliskan sesuatu di dalamnya, tak lupa aku menaruh kartu kreditnya yang pernah aku sita dan mengisinya dengan uang yang sekiranya lebih untuk biaya kehidupanya. Aku menaruh kertas itu dan kartu itu di kamarnya di atas meja belajarnya.

Aku memasuki mobil serta menekan gasnya untuk menuju ke kantor IDI.

...

Pintu depan kantor mulai terbuka secara otomatis jika ada seseorang yang melewati garis sensor itu. Aku berjalan menuju aula pertemuan. Di sana sudah ada beberapa dokter yang sudah datang terlebih dahulu. Waktu berkumpul di aula kurang 5 menit lagi. Aku duduk di kursi yang telah disediakan untukku.

3 menit kemudian

Aku melihat Dr. Lia dengan Dr. Sarah masuk ke rungan. Dia duduk di kursi paling depan bersama dengan Dr. Sarah. Ketika ia duduk, seketik itu pula ia membuka Notebook yang ia bawa. Entahlah apa yang ia kerjaka. Karena sifatku cuek aku tak terlalu mempedulihan hal seperti itu.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

snowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang