Part 2

5 2 0
                                    

"Cinta itu diawali dengan pertemuan, dan pertemuan
akan menjadi
perkenalan,
dan perkenalan akan
menjadi sebuah cinta"

Liara

Hari yang penuh kejutan. Sebuah pagi dimana tidak ada kopi instan di lemari dapur. Aku lupa membeli kopi instan.
   "Aduh... Aku kok bisa ya kelupaan untuk membeli kopi, gimanasih diriku ini.... Uh...bisa gila kalau aku begini terus" seruku sambil marah marah.
   "Uh... Iya di dekat rumah sakit kan ada cafe... Y gpp lah.."seruku bersemangat.

Aku pun segera menuju ke Rs. Citra raya. Sesampainya aku di sana aku memarkir mobilku di tempat parkiran mobil dokter dan keluar dari mobilnya menuju ruanganku. Seperti biasa aku mengerjakan tugasku dengan sepenuh hati. Jam kosong pun dimulai, aku pergi ke cafe di dekat Rs. Citra raya. Di sana aku memesan menu kopi favoritku yaitu capucino. Tak lama kemudian salim datang dan ke kasir memesan sesuatu. Kemudian ia duduk di depanku.
   "Kamu suka banget ya ngopi...?" seru salim.
   "Iya....sehari tanpa kopi rasanya hari tidak akan lengkap" jawabku
   "Apa kopi favoritmu?" tanya salim
   "Kopi kesukaanku adalah kopi campuran antara espresso dan susu yaitu capucino"
   "Uh.. Itu kopi kesukaan ku tapi dulu..."
   "Emangnya kamu suka kopi apa?"
 

  "Tunggu aja pesananku tiba"
   "Uh... Baiklah"seruku dengan nada yang agak kesal

Tak lama kemudian pesanan salim sudah datang.
   "Uh... Kamu pesan espresso, kamu suka ya... Sama espresso" seruku
   "Ya... Seperti yang kamu bilang, itu memang fakta yang ada dalam diriku" jawab salim.

Kami tertawa sejenak. Kemudian kami berhenti tertawa, dan dilanjutkan dengan saling menatap.
   "Um... Maaf ya aku, akan kembali ke ruanganku" seruku
   "Hm... Ya... Silahkan" jawab salim
   "Aku pamit" seruku
Salim hanya mengangukkan kepala.
Setelah aku pergi ia tersenyum kecil. Sebenarnya aku tak mau meningalkannya, ya apa daya karena aku juga banyak tugas dengan berat hati aku meninggalkanya.

Aku pun segera ke ruanganku. Tak lama setelah itu perawat memberinya sebuah dokumen dokumen hasil x-ray.
   "Ini... Dokemen siapa?" tanyaku
   "Ini adalah dokumen dari pasien yang mengidap penyakit ginjal" seru seorang perawat
   "Baiklah aku akan ke IGD untuk memeriksanya, tapi setelah aku tenang...ok..." jawab

Hatiku yang masih berdetak kencang, membuatnya tidak karuan. Aku masih bertanya tanya kepada diriku sendiri.
   "Apa yang aku rasakan ini?"
   "Perasaan apakah ini?"
   "Aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya?''
   "inikah yang disebut dengan cinta?"
   "Kenapa begitu?"

Aku terus kebingungan, dan berusaha mencari jawabanya. Tak lama kemudian aku pergi ke tempat pasien yang mengidap penyakit ginjal.
   "Sus... Apakah batu ginjalnya besar?" tanyaku kepada salah satu suster.
   "Ini... Sangat besar dok, sepertinya ia butuh operasi" jawab suster tersebut.
   "Baiklah... Siapkan ruang operasi nomer 3"
   "Baik dok" jawab suster tersebut.

Aku pun berangkat ke ruang operasi, dan mulai membedah. Satu ayunan pisau yang membelah perut pasien, dan mengeluarkan banyak darah.

Terdengan suara tit...tit...tit...tit... Menandakan detak jantung pasien masih stabil. Tak lama kemudian Dr. Hari (Dr. Sepesialis organ dalam) datang dan membantu proses operasi.
   "Batu ginjalnya cukup besar ya..." seru Dr. Hari
   "Lebih besar dari apa yang pernah aku lihat" jawabku

Satu persatu batu ginjal dikeluarkan, jumlah keseluruhanya ada 4 batu ginjal yang berukuran besar.
   "Uh... Akhirnya selesai"seruku
   " iya... Tinggal menutup dan menjahitnya" jawab Dr.hari

Tak lama kemudian seorang suster yang ikut serta dalam operasi telah lancang. Ia menusuk bagian perut pasien mengunakan pisau yang berukuran kecil dan panjang yang ada di sampingnya. Ia menusuk pas pada bagian pembuluh darah arteri, dalam hitungan detik darah memancar mengenai pakaian petugas oprasi yang ada di dalam ruang operasi.
   "Apa yang kamu lakukan?, berani beraninya kamu mengacaukan operasi" bentakku dengan nada kasar.
  "Apa maksudmu itu?" tanya dr.hari dengan nada tinggi

Tak lama kemudian terdengar suara tit......................... Dari alat pendeteksi detak jantung. Tidak banyak omong aku dan petugas lainya mulai bergegas menyelamatkan pasien tersebut. Seorang suster laki laki membawa keluar suster perempuan yang mengacaukan operasi.

2 jam kemudian

   "Akhirnya sudah selesai operasi nya"
   "Iya nih kakiku mulai capek berdiri terus"jawab dr. Hari
   "Liara... Apa semua baik baik saja?" tanya asisten pribadiku
   "Aku tidak apa apa"
   "Oh...syukurlah" seru asistenku
   "Suster tadi ada di mana ya?" tanyaku
   "Dia ada di sana" jawab Dr.hari

Aku pun segera menghampiri suster yang mengacaukan operasi tersebut. Tak segan segan aku telah terbawa emosi aku menampar suster yang mengacau tersebut.
   "Apa maksudmu itu?" seruku
Suster itu tak mau bicara sepatah kata pun
   "Hei... Bro santai aja, memangnya ia salah apa?" tanya dr. Rafi (dr.gigi)
   "Dialah yang mengacau di ruang operasi... Dan dia lah yang hampir membunuh seorang pasien" jawabku
   "Apa?... Berani beraninya kamu melakukan hal yang bodoh seperti itu" seru Dr. Rafi kepada suster tersebut.
   "Dia harus masuk pengadilan, dan jika perlu dia harus masuk kurungan. Ini adalah percobaan pembunuhan" seru dr. Hari
   "Petugas tangkap dia" seru
   "baiklah" seru petugas
Petugas keamanan menangkapnya dan segera membawanya ke kantor polisi.
   "Tunggulah pembalasanku dokter" seru perawat tersebut

Aku pun segera kembali ke ruanganya. Di ruangannya ada dr.salim yang sedang menungu
  "Kenapa kau ada di sini?" tanyaku dengan nada yang agak kesal karena hal tadi.
   "Aku hanya ingin memberikan ponselmu yang tertinggal di kafe" jawab salim
   "Um... Tema kasih, kenapa engkau tidak menitipkanya pada asistenku atau asistenmu?" jawabku dengan nada yang agak lembut
   "Aku tidak ingin merepotkan mereka, dan aku juga ingin bertemu denganmu" seru salim
Kemudian salim berdiri dan berjalan, ia berhenti tepat di depanku
   "Darah, kenapa ada darah di kerudungmu dan wajahmu?" tanya salim
   "Aku habis tugas" jawabku dengan gugup

Salim mengambil tisue basah di kantungnya dan mengelapkanya ke wajahku yang ada darahnya.
   "Gantilah kerudungmu itu, karena kerudungmu itu najis terkena darah walaupun itu sedikit" suru salim
   "Aku akan mengantinya, asalkan aku sudah tenang" jawabku
   "Kau habis marah ya... Gara gara suter itu kan" seru salim
   "Bagaimana kamu tahu soal itu?" tanyaku agak degan nada yang prnasaran
   "Tentu saja, aku bisa membaca ekspresi raut mukamu dan matamu itu" seru salim "pendam rasa marah itu, jangan dilampiaskan. Karena kau sudah digangu setan" tambahnya
   "Uh. Begitu" jawabku
   "Hei percayalah, jangan angap itu enteng" seru salim sambil memegang bahu ku.

Aku menatap bola matanya yang indah dan menawan. Membuatku bangkit dan bersemangat.
   "Oke baiklah" jawabku dengan nada agak mengejek
   "Gitu donk" seru salim
   "Aku mau kembali ke ruanganku"tambahnya
   "Silahkan" seruku
Salim pun segera pergi ke ruanganya.
                        
                            ...

  

snowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang