"A-ah, kau ini bicara apa sih?"
"Aku ingin kau kembali, Lisa. Kumohon, kembalilah."
"Jung—"
"Jika kau memang benar-benar tak ingin menerimaku lagi, aku tak apa. Aku akan tetap menunggumu untuk mengatakan bahwa kau ingin kembali padaku ataupun tidak. Aku tidak akan memaksamu untuk menjawabnya dengan kata 'iya', kau bisa pikirkan baik-baik. Dan jika kau sudah mempunyai keputusanmu, datanglah menemuiku. Aku akan menerima jawaban itu apapun resikonya. A-ah, baiklah aku akan pamit," laki-laki itu mengangkat bokongnya seraya tersenyum, "aku akan terus menunggumu, Lisa." lalu melangkah meninggalkan Lisa.
"Aku juga merindukanmu, Jeon Jungkook." Lisa berucap lantang.
Langkah Jungkook terhenti ketika mendengar kalimat itu. Jantungnya kembali berdebar lebih hebat dari sebelumnya. Seperti jatuh kedalam lambungnya yang paling dalam.
"Mianhe. Aku sudah memaksamu untuk melupakan semuanya."
Hati Jungkook terperangah seperti ada sesuatu yang bermekaran dalam hatinya. Ia berusaha menahannya agar kebahagiaan dalam hatinya tidak terlalu tumbuh bermekaran, ia hanya tak ingin mengambil resiko yang membuatnya kembali jatuh berkeping-keping.
Laki-laki itu menoleh dengan tatapan sayunya. Gadis itu juga ikut mengangkat kepalanya menatap dua manik milik laki-laki itu dalam.
"Benarkah?" Jungkook menatap dengan berbinar.
Gadis itu mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Sontak saja seulas senyum milik Jungkook mulai merekah dan hatinya mulai menghangat.
Laki-laki itu kembali duduk disofa hitam cafe tersebut seraya menampilkan perasaannya yang bahagia. Gadis itu ikut tersenyum untuk meyakinkan atas jawabannya pada Jungkook.
"Jadi, kau ingin kembali padaku?" tanya laki-laki itu.
"Tidak, aku hanya berkata itu saja."
Senyuman yang semula merekah kini kembali muram. Ekspresinya kembali datar bagaikan papan selancar.
Tak lama, gadis itu justru tertawa. Bahkan ia tertawa sampai terpingkal-pingkal, yang membuat matanya sedikit menyipit disana. Apa sekarang gadis itu sedang mengerjai dirinya? Ah, yang benar saja.
"Aku bercanda, Jungkook." suara tawa itu mulai melemah, "Mianhe." gadis itu tersenyum dengan gummy smile-nya membuat Jungkook hampir tak berkedip melihatnya.
Laki-laki itu tersadar bahwa ia sedikit melamun karena gadis itu. Ia menggigit bibir bawahnya lalu menunduk sebentar mengubah ekspresinya sebelum kembali mengangkat kepalanya dan menatap gadis yang sekarang sangat menjadi pujaannya.
"Iya benar. Kau bercanda. Mana mungkin kau ingin kembali pada laki-laki tak tahu malu sepertiku." terlihat jelas dimata laki-laki itu bagaimana suasana yang sedang dirinya alami benar-benar sangat emosional saat ini.
Lisa mengubah raut wajahnya saat mendengar penuturan laki-laki itu yang bahkann sekarang ingin melangkahkan kakinya untuk pergi.
"A-ani, maksudku kali ini aku serius, Jungkook." gadis itu menatap sayu pada Jungkook, "Apa kau tak percaya padaku?"
Laki-laki itu bungkam dengan mata yang terbelalak hebat. Apa gadis itu sedang tidak bercanda saat ini?
Manik-manik yang semula fokus pada atensi masing-masing kini saling menatap. Saling diselimuti dengan kegugupan, tapi mereka berusaha menutupinya. Beruntung sekali Jungkook mendapatkan kesempatan itu, mungkin Tuhan sudah mempunyai rencana lain untuk mereka, maka dari itu Tuhan mempertemukan mereka kembali, seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness | Lizkook ✔
FanfictionStory about Lizkook. Happy reading! [ if u hate or don't like my story, just skip it. and i also don't need u for read this story. thankyou👌 ]