•4• Suasana rumah

82 21 12
                                    

Happy reading:)

Banyak orang bilang 'Rumahku istanaku'. Namun itu tidak berlaku untukku, karena keluargaku tidak seperti keluargamu. ~Kayra Syaquilla Virranza.

Mengapa hati dan fikiran ini selalu saja tertuju padanya? ~Davian Rafisqy Pratama.

****

"Mau langsung pulang ke rumah?" tanya Arvind.

"Heem." jawab Ayra.

"Okayy."

Beberapa menit kemudian, mobil Arvind sudah memasuki pekarangan rumah Ayra.

Mereka pun keluar dari mobil.

"Mau mampir dulu ga Vind?"

"Ngga deh, gue langsung balik aja ya."

"Oke dehh makasih yaa udah neraktir dan nganterin gue balik."

"Sama sama."

"Hati hati di jalan."

"Sip."

Setelah mobil Arvind keluar dari pekarangan rumah Ayra, Ayra segera melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Saat membuka pintu, Ayra disuguhkan dengan pemandangan yang menyesakkan dadanya.

Dia melihat ke arah ruang keluarga, disana terdapat ayah, bunda, beserta kakak perempuannya sedang asyik menonton tv sambil bercanda tawa.

Mereka terlihat bahagia tanpa kehadiran Ayra. Seolah ada dan tiadanya Ayra tidak berpengaruh pada kehidupan mereka.

"Assalamualaikum." ucap Ayra.

"Waalaikumsalam." jawab Calysia-bundanya sambil menoleh ke sumber suara.

"Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang." bentak Bramantio-ayahnya.

"Maaf yah, bun, tadi aku nganter temen dulu, jadi agak telat pulangnya." jawab Ayra.

"Bisa kan ngabarin dulu?" tanya Calysia.

"Maaf bun, waktu aku mau ngabarin, hp nya lowbatt." jawab Ayra.

Ayra tidak berbohong. Karena tadi saat di mobil, hp nya tiba tiba mati.

"Halah bohong tuh pasti, alesan aja." ucap Gauri-kakaknya dengan sinis.

"Aku gak bohong." bela Ayra.

"Kalau emang niat, lo bisa kan pinjem hp temen lo buat ngabarin bunda." ucap Gauri.

"Ya tapi kan a.."

"Udah udah gak usah ribut. Ayra, apa yang diucapkan kakak kamu itu benar, gak usah ngelak terus. Dan harusnya kamu mencontoh kakakmu yang selalu mengabari kami jika hendak pulang terlambat. Dasar kerjaannya bikin khawatir aja." ucap Calysia dengan sinis dan memotong perkataan Ayra.

"Khawatir? Aku sakit aja, kalian gak pernah peduli." gumam Ayra dengan pelan, namun masih bisa terdengar oleh kuping mereka.

"Heh bilang apa kamu? Kalo bicara jangan sembarangan, gak pernah diajarin sopan santun hah?" bentak Calysia.

"Dasar anak gak tau diuntung. Kalo saya dengan Calysia tidak memperdulikan kamu, gaakan tuh saya kasih uang buat kamu." bentak Bramantio.

"Masuk sana ke kamar kamu!" bentak Gauri sambil menunjuk ke arah pintu kamar Ayra yang berada di lantai dua.

Ayra pun mengangguk dengan lesu dan segera melangkah menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, dia langsung menutup pintu dan menaiki tempat tidurnya.

Kayra ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang