Di Ambang Kebimbangan!

1.8K 201 53
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

"Pasien tidak memiliki penyakit yang serius. Dia hanya sakit maag biasa dan mungkin penyebab dia pingsan adalah kelelahan saja, serta..."

"Serta apa, Dok?"

"Uhm, ini bukan sesuatu yang serius, tapi cukup fatal akibatnya. Kemungkinan besar pasien alergi satu makanan dan tidak sengaja mengkonsumsi makanan itu."

"Alergi makanan?"

"Iya. Tapi kalo dilihat dari fisik dan kondisinya, sepertinya pola makan pasien terlihat kurang teratur dan sering begadang. Ini terlihat dari mukanya yang pucat seperti kekurangan darah. Hal itu bisa memicu suatu kondisi menjadi drop dan pada akhirnya kalo tidak kuat bisa pingsan."

"Gitu ya, Dok?"

"Saya sarankan sih, tolong jaga pola makan pasien, hindari makanan yang membuatnya alergi dan istirahat yang cukup serta jangan begadang."

"Baik Dok, nanti saya akan lebih memperhatikan pola makan saudara saya."

"Hm. Untuk sementara biar dia dirawat disini dulu sampai kondisinya pulih seperti sedia kala."

"Baik, Dok. Terima kasih banyak."

"Sama sama."

.
.
.

Kinal menerima suapan dari Naomi dengan perasaan takut takut. Gadis cantik yang selalu ia panggil dengan panggilan Bunda itu pasalnya menyuapi dirinya dengan mimik muka datar dan tatapan yang dingin serta diam tanpa sedikit pun bersuara. Hal yang paling tidak ia sukai dari gadis itu, karna ia tahu itu tandanya gadis itu sedang marah ke dirinya.

"Maaf," Lirih Kinal tertunduk dan melirik takut takut setelah ia meminum obat yang diberikan Naomi.

"Untuk?" Bertanya Naomi dengan nada datar.

Kinal hanya diam dan itu sukses membuat Naomi menghela napas lelah.

Huft!

"Udahlah. Kamu istirahat aja, aku mau pulang sebentar, nanti aku balik kesini lagi." Ujar Naomi. Kinal pun mengangguk.

"Bund!" Panggil Kinal ketika Naomi hendak melangkah keluar dari ruang rawat inap. "Sekali lagi aku minta maaf dan makasih banyak," Ucapnya.

Naomi tak merespon, dia hanya diam menatap Kinal penuh arti, lalu melangkah keluar tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Huft!

Kembali Kinal menghela napas antara lelah, lega dan tidak enak hati.

Lelah, karna memang tubuhnya sangat lelah saat ini dan butuh banyak istirahat.

Lega, karna ia seolah seperti terlepas dari suatu kondisi yang sangat menakutkan. Pasalnya, Naomi itu termasuk salah satu dari wanita yang mampu membuat dirinya merasa jeri, mati kutu dan takut serta bikin dirinya merasa terintimidasi. Naomi itu persis Bunda Rani, Bundanya di Panti Asuhan dulu. Itu makanya ia memanggil Naomi dengan panggilan Bunda, karna mirip sifatnya.

Tidak enak hati, karna ia selalu merepotkan Naomi. Gadis itu selalu ada di saat dirinya kesulitan dan juga sakit. Contohnya saat ia terluka sehabis tawuran, maka yang merawat lukanya adalah Naomi dan sekarang dirinya terbaring di rumah sakit, lagi lagi Naomi ada untuknya.

Entah berapa banyak hutang budi yang telah Naomi tinggalkan untuknya. Mungkin ia tidak akan pernah bisa membalas semua hutang budi gadis itu seumur hidupnya. Benar benar membuat dirinya merasa tidak enak hati ke Naomi.

Rencana Sang SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang