Sebuah Perasaan dan Keinginan!

1.8K 202 74
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

"Yaudah, Tante pulang dulu, ya? Kamu cepet sembuh."

Kinal mengangguk, tersenyum melihat Tante Marisa, Maminya Naomi. "Tan, sekali lagi makasih banyak ya? Gak tahu lagi deh, Kinal harus membalas seperti apa ke Tante dan Naomi yang udah begitu baik sama Kinal. Makasih banyak ya, Tan?" Ujarnya.

"Iya, sama sama. Gak usah dipikirin. Kamu itu udah Tante anggap seperti anak sendiri, jadi jangan merasa sungkan, apa lagi sampai berhutang budi. Pokoknya, kamu harus cepet sembuh, ya? Tante pulang dulu. Daagh!"

"Iya, Tan. Hati hati!"

Tante Marisa tersenyum dan mengangguk, setelah itu ia mengajak Naomi keluar ruangan sebentar dan sedikit memberi pesan pada putrinya itu untuk menjaga Kinal yang tentu saja diangguki Naomi.

Cklek!

Naomi kembali masuk ke dalam ruangan dan mendapati Kinal terdiam seperti sedang melamun.

"Kamu udah denger sendiri'kan gimana tadi nasihat, Mami? Jangan dipikirin yang harusnya gak kamu pikirin," Ujar Naomi. Ia duduk di soffa hitam yang tersedia di ruang rawat inap tersebut. Menatap Kinal sejenak, lalu meraih ponsel pintarnya yang ia taruh di atas nakas di samping bangsal.

Huft!

Kinal mengembuskan napas panjangnya, ia menatap Naomi tuk beberapa lama. Setelah itu membuang pandangan matanya keluar jendela dimana langit berwarna jingga tersaji di kejauhan sana, Senja.

Naomi kembali menoleh, melihat Kinal dalam diam. Ia tidak tahu apa yang saat ini laki laki yang diam diam ia cintai itu pikirkan. Ia pun enggan mengusiknya dan memilih membiarkan laki laki itu larut ke dalam pikirannya sendiri.

"Bund."

"Hm?"

Kinal menoleh, "temenin aku ke taman sebentar yuk!" Ajaknya.

Naomi terdiam sejenak, lalu ia pun mengangguk mengiyakan ajakan Kinal.

---

Veranda duduk di bangku taman yang berada di dekat komplek daerah rumahnya. Duduk dalam diam sembari menatap ke kejauhan sana, dimana langit berwarna jingga tersaji indah di depan mata.

"Kamu beneran gak mau jenguk Kinal?"

Bungkam. Ia tak menjawab pertanyaan laki laki yang duduk di sampingnya. Matanya masih betah menatap rona merah yang membentang luas di atas sana, Senja.

"Baru kali ini aku melihat seorang Kinal terbaring di bangsal rumah sakit dalam keadaan pucat gitu. Gak nyangka aja seorang Kinal yang begitu ditakuti dan disegani bisa sakit juga. Hehehe!"

No respon. Veranda tetap diam seribu bahasa. Tak ia hiraukan celotehan laki laki tampan tetangga depan rumahnya itu, yaitu Kevin.

"Kamu tahu, Ve? Di antara banyaknya cowok di sekolah kita, mungkin hanya dia satu satunya cowok yang beruntung mendapatkan hatimu. Aku yang notabene lebih awal mengenal dan lebih dekat sama kamu, cuma gak lebih kamu anggap hanya sebagai teman aja. Ak,-"

"Kita udah berkali kali bicarain soal ini, Kev. Aku harap kamu gak mengungkit ungkit masalah itu lagi," Sela Veranda datar memotong ucapan Kevin. Ia melirik laki laki di sampingnya itu sejenak, lalu matanya kembali melihat ke langit jingga dan tak lagi buka suara.

Huft!

Kevin menghela napas panjang dan lelahnya. Ia tatap wajah samping Veranda yang terpapar cahaya jingga dalam diam. Ia tak lagi buka suara untuk mengusik ketenangan gadis cantik yang ia cintai itu. Membiarkan gadis itu melakukan kesenangannya, yaitu selalu melihat senja.

Rencana Sang SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang