Intermezzo: GGS; Ganteng Ganteng Sableng

193 16 0
                                    


"Kalian ada yg mau tau pertama kali mas Hafis dg teh Fani ketemu? Yuk ikutin channel youtube aku, yaaa," kata Rinjani pada kamera vlogger yang ada pada tangannya.

"Nah gaes, ini dia kamar kakak aku." Rinjani duduk di kasur dalam kamar Hafis.

"Hahaa, aku sengaja bikin vlog buat menyambut keponakan aku..., sayangnya mungkin nanti waktu teteh lahiran aku bakalan udah ke pulau jawa buat kuliah." Rinjani pura-pura menangis kemuidian curhat ala Awkarin saat pertama kali viral di youtube.

"Kisah pertemuan mereka sebenarnya sudah lama. Bahkan ketika mas Hafis masih pacaran sama mbak Zenia. Kalian jangan pacaran ya, ntar kalau putus punya mantan, wkwk," kata Rinjani kemudian mulai mengambil sebuah buku album berisi foto lamaran dan resepsi pernikahan sang kakak. Walaupun saat resepsi dia membuat kekacauan.

"Oke. Silahkan saksikan kisah kakakku.  Oke, cekidot!!!"

❤❤❤


"Maaaas! Baju putih biruku kemana? Jangan bilang belum diambil di laundry?!" Teriak anak perempuan sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai sambil terus menggedor-gedor pintu kamar kakak laki-lakinya.

"Apa sih Lo!?" Sahut sang kakak dari sebrang pintu.

"Ya Allah, hari ini aku ujian praktek IPA, bikin telor asin. Gimana mau sekolah kalau seragamku belum diambil. Mas Hafis keluar gak?! Kalau nggak aku bakar kamarnya!" Ucapnya kesal sambil terus menggedor pintu kamar si kakak.

"Dek, ngapain?" Tanya Malik, ayah gadis yang sedang beratraksi di depan pintu kamar, Rinjani.

"Seragam Rinjani masih di laundry," jawab Rinjani dengan mata berbeling-beling.

"Hmm."

"Mas Hafis, ini tolong diambilkan dulu seragam adeknya, Mas," bujuk Malik sambil mengetuk pintu kamar anak sulungnya.

Cklek...

"Hafis lagi ngurus laporan sawit sama nyiapin dana pengiriman ke kaltim, Bah," jawabnya setelah pintu terbuka.

"Sayang adek atau sayang sawit?" Tanya Malik.

"Jelas sayang sawit dong," jawabnya enteng yang selanjutnya mendapat cubitan kecil namun sakit luar biasa dari sang adik.

"Aw! Aw! Aw!" Pekik Hafis sambil menepis tangan Rinjani.

"Iya-iya, gue ambilin. Manja bener jadi adek!" Hafis mengiyakan kemudian menyambar jaket kulit dan kunci motornya.

Dengan kecepatan yang sedang Hafis melaju membelah jalanan yang nampak lengang karena masih pagi. Sampai di tujuan ia memeriksa penampilannya. Biar bagaimanapun ia juga peduli dengan wajah oriental ganteng khas indonesianya. Belum lagi fakta bahwa ia masih belum mandi bahkan cuci muka. Selepas sholat subuh di masjid tadi memang ia memutuskan untuk langsung mengerjakan laporan.

Hafis merapikan rambutnya dari kaca spion dan menegakkan tubuhnya. Dan fakta baru. Dia masih memakai sarung! Hafis menepuk jidatnya pelan.

"Kok bisa lupa gini, malah dalemnya cuman pakai kolor lagi! Caelah gambar tayo lagi!" Desahnya kesal sambil melirik dalamannya.

"Bodo amatlah! Orang ganteng mah bebas!"

Sampai di dalam laundry ia melihat petugas kasir yang sedang menata barang yang telah selesai.

"Bang Hafis, mau ngambil apaan?" Tanya petugas kasir tersebut seolah sudah paham.

"Seragam Rinjani sekalian baju hem gue deh! Pokoknya semualah ya," jawabnya santai.

"Bentar ya." Hafis mengangguk mennaggapinya. Kemudian menumpukan sikunya pada meja kasir yang setinggi dadanya.

"Assalamu'alaikum," salam seorang gadis yang baru saja masuk.

Hafis menoleh," Wa'alaikumussalam, Ya Wanita," jawabnya ngasal. Sedangkan gadis yang baru saja masuk tak menghiraukannya dan memilih berdiri dengan jarak jauh dari Hafis.

"Bang, ini," ucap kasir tersebut sambil menyerahkan dua peperbag pada Hafis. Hafis mengeluarkan uang dari dompetnya dan membayarnya.

"Thanks ya," jawabnya kemudian segera beranjak setelah menatap sekilas gadis tadi.

Manis.

"Adek, mau ngambil seragam juga?" Tanya petugas kasir tadi. Gadis itu mengangguk.

"Nih, atas mama Fani kan ya?"

***

Hafis tiba di rumah dan langsung menyerahkan peper bag tersebut pada adiknya yang sedang menonton kartun Putri Sofia.

"Makasih, mamas cogan," ucap adiknya sambil tersenyum senang.

"Sofia, aku ganti baju dulu ya. Babay," ucap Rinjani kemudian mematikan tv.

Hafis melepas jaketnya dan memilih rebahan di kasur empuknya. Mata Hafis kian meredup akibat semalam yang kurang tidur.

"Maaaas!!!"

Gubrak.

Hafis menjikrak kaget sebab pintu kamarnya yang dibuka paksa sang adik. Hafis menoleh ke arah pintu dimana Rinjani dengan wajah kesalnya melempar sepasang seragam SMA.

"Aku masih SMP. Kenapa jadi ngambil baju orang?! Balikin! Aku tidak mau know pokoknya. Jangan sampai aku marah! Dalam waktu lima belas menit harus sudah balik seragamku!" Ucapnya dengan nada yang tidak santai.

"Yaudah. Tinggal lo gak usah sekolah aja. Jadi gak ribet!" Jawab Hafis santai.

"Kasian kakak yang punya itu nanti gak bisa sekolah. Hari ini UN SMA, mas Hafis!"

"Iya-iya," jawab Hafis ogah-ogahan sambil memungut seragam di lantai kamarnya dan memasukkannya ke dalam peperbag.

Hafis berjalan gontai menuju dimana motornya terparkir. Namun, kemunculan gadis berkerudung pink di depan pagar rumahnya yang hanya sebatas pinggang orang dewasa mengurungkan niatnya dan memilih menghampirinya.

"Dek, cari siapa? Temannya Rinjani ya?" Tanya Hafis.

"Oh, itu anu, kak. Kata mbak laundry tadi, seragam saya sama seragam adeknya kakak ketuker. Jadi saya mau ngambil seragam saya," jawabnya sopan.

"Astaghfirullah, iya ini seragam Lo!" Jawabnya sambil mengulurkan peperbag.

"Makasih, ini punya kakak," sahut gadis itu sambil menyerahkan peperbagnya.

"Yo, thanks ya. Sorry, untung UNnya siang," ucap Hafis. Gadis tadi mengangguk kemudian pamit untuk pergi.

❤❤❤

Hehee intermezzo yaw

Sebenarnya ini part awal cerita Laurensia Ahkan, cerita si mas Hafis dan teh Fani. Tapi setelah dipikir pikir, kalian udah tau juga ya lewat cuplikan di cerita ini jd gak jd deh bikin ceritanya mas Hafis.

Nantikan aja cerita TARO setelah ini tamat heheheee

Jan lupa baca al-qur'an

Salam
Dzi💕

TARO [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang