Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan terang-benderag, malamnya bagaikan siang harinya. Setelahku tidak akan ada yang tersesat kecuali orang yang celaka (HR. Ahmad)
💦💦💦
Rinjani menatap orang-orang yang sedang berlalu lalang dengan gamang. Ia menumpukan dagunya pada telapak tangan kanannya sambil tangan kirinya men-scroll laman instagram.
Ia duduk sendirian di tengah pesta resepsi yang cukup megah ini. Heran saja. Baru kemarin memilih baju, sekarang sudah resepsi. Rinjani memakan bolu coklat yang tersaji di mejanya, mencomot dodol dan mulai mencicipi apa saja makanan ringan di sana.
Pandangannya beralih pada sosok laki-laki yang tengah memakai jas hitam lengkap dengan peci hitamnya tengah terima tamu bersama sang kakak, Arfan. Sedangkan Fani masih asik dengan memilah makanan. Si abah yang malah ikutan juga ngatur sound system.
Pernikahan Ratna. Adiknya Arfan.
Rinjani melihat ke arah pelaminan. Ratna dengan sang suami duduk sambil bercengkrama. Tiba-tiba perhatiannya terusik dengan suara Lamgit yang tengah mengecek microphon di atas panggung.
"Selamat datang di pernikahan kakak kedua saya. Saya mau bawain satu lagu ya," kata Langit mulai membuka acara hiburan.
Satu lagu berjudul Perfect mulai mengalun dengan diiringi keyboard seadanya. Suara Langit sedikit fals namun ia tetap pede.
Tak lama Fani duduk di samping Rinjani.
"Mau nyanyi?" Rinjani menggeleng menanggapi pertanyaan Fani.
"Nyanyi? Gak mau, teh. Malu-maluin," jawab Rinjani sedikit kesal.
"Kenapa?" tanya Fani yang menyadari mood adik iparnya tengah buruk.
"Stress. Besok bagi rapot." Rinjani kemudian menyenderkan kepalanya pada bahu Fani sambil membuka ponselnya dan membaca isi grup kelasnya.
"Memang bukan Arfan yang nikah, tapi adeknya. Mangkanya kalau belum pernah liat Laras secara nyata jangan asal ngomong," kata Fani sambil tertawa mengingat uring-uringannya Rinjani.
"Ngidam dong, Fan! Gak seru nih, gak ada perjuangannya. Orang ngidam kek, minta apa kek," keluh Hafis sambil mengusap-usap perut Fani yang belum terlihat.
"Gimana sih, A?! Istrinya gak rewel malah disuruh rewel, 'kan dedek bayinya gak nyu--"
Gubrakk.
"Eh, Rinjani kenapa? Kok pakai baju hitam semua?" tanya Fani heran, Rinjani duduk ke meja makan tanpa babibu kemudian menuang segelas air putih dan meneguknya dalam sekali.
"Tuh calon mantu idaman abah! Yang dibangga-banggain! Bakalan jadi mantunya orang lain," seloroh Rinjani.
"Arfan?" tanya Hafis memastikan.
"Bukan, mas. Atta Halilintar. Ya siapa lagi?" Sahut Rinjani sewot.
"Apa tadi kata lo? Mantu kesayangan abah? Udah mau buka hati, huh? Acieee cieee," ejek Hafis.
"Huh! Mas Hafis nih gak ada bawa semangatnya sama sekali sih! Tau ah! Gak usah gangguin aku lagi!" Kata Rinjani sambil mengambil langkah seribu menuju kamar.
"Maksudnya apa, dek?" tanya Fani sedikit meninggikan suaranya karna Rinjani sudah di depan pintu kamarnya.
"Kak Arfan mau nikah! Sama Laras! L.A.R.A.S! Udah 'kan? Bye!" Kemudian pintu kamar dibantingnya keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARO [COMPLETE]✔
Teen FictionDi cerita ini, kalian hanya akan menemukan kisah anak SMA yang gak seru-seru amat, tapi ya sayang kalau gak diceritakan. Berlatar kelas XI IPA 3. Yang telah mendeklarasikan kelas mereka sebagai kelas receh, ipa rasa ips dsb. Kamu hanya akan menemu...