"Mikirin dunia boleh, tapi coba deh maknai tiga pertanyaan ini;
1. Dari mana aku berasal?
2. Untuk apa aku di dunia?
3. Akan kemana aku setelahnya?
Dunia ini sesungguhnya hanya tempat kita bersinggah"💦💦💦
"Gue mau ngomong," kata Arfan datar, kemudian membalik badannya untuk keluar menuju teras.
"Ngomong aja, gak usah jadi alasan buat berkhalwat alias berduaan sama yang bukan mahramnya," sungut Rinjani kesal.
"Gue udah ajuin lo sebagai mahram, tapi lo nolak kan?!"
"Terus kak Arfan dendam gitu!?"
"Lo gak beres!"
"Mau ngomong apa? Abah disini," sela abah Malik.
"Oke. Rinjani Oktaviani, selama ini apa kamu bener-bener gak ada perasaan sama gue?" Tanya Arfan tanpa melihat raut wajah Rinjani yang kini berubah pias.
"Gak ada." Singkat, Rinjani menjawabnya singkat.
"Oke. Abah, saya minta maaf. Maaf jika tindakan saya terlampau jauh untuk putri abah. Saya yang dengan lancang menyukainya dan berniat menikahinya. Karena umur Rinjani belum 17 tahun, bisakah tahun depan saya datang?" Jelas dan tanya Arfan tegas. Tak elak pernyataannya membuat Rinjani membolakan matanya.
"Gak. Aku gak mau terikat oleh apapun sama laki-laki. Kak Arfan, bukan begini caranya. Jatuh cinta itu fitrah, dan masuk dalam gharizah nau' (naluri kasih sayang atau meneruskan keturunan) dan mungkin semua ini bisa juga karena ada campur tangan setan. Nafsu. Nafsu itu fitrah, tapi bukan untuk dipelihara, dia bisa dicegah dengan kakak gak memancingnya.
Gak ada gunanya kakak datang tahun ini atau tahun depan. Kalau kita emamg gak jodoh ya jangan dipaksakan, aku gak suka sama yang namanya terikat. Aku gak mau menikah muda!" jelas Rinjani setengah frustasi.
"Rinjani, tenang!" lerai abah Malik sambil memusut punggung sang anak yang mulai kembang-kempis menahan amarah.
"Kalau kamu tau sunnah, pasti kamu tau menikah adalah sunnah. Dan kamu belum diakui ummatnya jika kamu menolak sunnahnya," kata Arfan skeptis.
"Aku tau! Dan nggak untuk sekarang! Aku masih punya cita-cita."
"Cukup!" jeda tiga detik, "Arfan, biarkan Rinjani dengan pendiriannya. Jangan paksakan, gak baik," tutur abah Malik. Rinjani menatap horor pada Arfan yang berdiri mematung dengan mata memerah.
💦💦💦
Hari ini, misi akan dimulai. Classmeeting tinggal pertandingan final dan kelas Rinjani tidak ada yang masuk final. Tanggal bagi raport juga sudah diumumkan setelah rapat wali murid.
Dengan langkah gontai Rinjani berjalan menuju klinik sambil menenteng kamera. Tepat beberapa meter dari ruangan klinik remaja yang kini mulai ramai, Rinjani melihat Wawan yang sepertinya sedang berkonsultasi dengan Kak Wiwin.
Langkahnya otomatis berbalik, namun dari arah belakang Naifa menarik tangan Rinjani untuk mendekat.
"Kak, ayo! Kita hari ini ngurus kajian perdana loh!" Kata Naifa antusias.
"Gimana caranya mengendalikan perasaan, mbak? Wawan gak pengen juga punya perasaan sementara Wawan gak bisa apa-apa. Belum sanggup menikah," jelas Wawan. Rinjani yang berdiri tak jauh dari pintu memilih berhenti dan menguping.
"Ngawur! Siapa yang nyuruh kamu nikah! Masih bau kencur gini. Belajar kencing dulu, baru nikah!" seloroh Kak Wiwin jenaka. Sedangkan Wawan memberengut mengerucutkan bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TARO [COMPLETE]✔
Teen FictionDi cerita ini, kalian hanya akan menemukan kisah anak SMA yang gak seru-seru amat, tapi ya sayang kalau gak diceritakan. Berlatar kelas XI IPA 3. Yang telah mendeklarasikan kelas mereka sebagai kelas receh, ipa rasa ips dsb. Kamu hanya akan menemu...