Allah tidak menjaminkan pernikahan pada dua orang yang saling mencintai tetapi Allah menjaminkan cinta untuk sebuah pernikahan.
💦💦💦
“Arfan, cepet ngomong, ini sudah jam dua belas malam kurang,” bisik sang papa pada Arfan yang menunduk. Arfan mengangkat tegak wajahnya dan menatap Hafis dengan mata mengantuk.
“Fis, nanti gue kesini ya, ngantuk. Rinjani, aku pamit ya,” pamit Arfan sedikit tak sopan dan langsung berdiri menyalami Hafis dan mengangguk pada Rinjani.
💦💦💦
Sekolah telah diliburkan, rumah tahfiz juga libur jadi kegiatan Rinjani hanya duduk di rumah dan beribadah. Rinjani sengaja duduk di gazebo rumahnya dengan abah Malik dulu, mencoba bernostalgia dan jika sangat rindu ia akan mengirim al-fatihah pada sang abah.
“Kalau kata teteh, pernikahan itu ta’aruf seumur hidup. Gak perlu musingin soal perasaan, karena Allah telah menjanjikan cinta untuk pernikahan. Sekarang niatnya nikah itu untuk mesra-mesraan atau mau nyari surga sama pahala?” katanya bermonolog sendiri.
Tak lama, seorang anak kecil berlarian datang dengan seorang perempuan cantik berkerudung coklat—Atta dan Fani. Rinjani memutar bola matanya malas, bosan dengan tingkah pola Atta.
“Yoyo A team, oke gaes hari ini gue mau nge-vlog ringan bareng ibu dan Amma di rumah kai’ dan gue mau bikin konten Q and A aja ya. sebelumnya jangan lupa subcribe, share dan komen yaaaaaa. Atta love kalyan, muah muah.” Atta mengambil tripotnya dan mulai menatanya di depan gazebo dan mulai mensetting kamera dibantu dengan Hafis.
Sebenarnya Atta tidak memiliki channel youtube, Hafis hanya memindah video-video Atta ke laptop dengan nama folder Atta Junior. Hafis tidak ingin anaknya menjadi sorotan—padahal belum tentu terkenal. Atta sendiri memang dibolehkan membuka youtube tapi youtube untuk Atta yaitu youtube for kids dan Rinjani yang mendownloadkannya.
“Oke, pertanyaan pertama ya, Amma?” kata Atta, dia mulai duduk di samping Rinjani dengan dipangku oleh Fani.
“Kapan Amma nerima Ammi Apan?” Pertanyaan Atta membuat mata Rinjani membulat sempurna. Bagaimana bisa Atta tau?
💦💦💦
Sorenya Rinjani memenuhi undangan bukber rekan-rekan gurunya. Belum sempat ia melangkah masuk ke tempat yang telah dijanjikan sebuah suara mengintrupsikannya untuk berbalik.
“Kita harus ngobrol,” kata Arfan terdengar dingin. Rinjani menuruti dan mulai duduk di sebrang Arfan dan terhalang meja. Kafe ini juga terbuka dan banyak dilalui orang-orang.
“Jangan terima lamaran papa.”
“Siapa yang mau jadi mama tiri?!”
“Maksud gue—lamaran atas nama gue,” ralatnya.
“Kenapa?” tanya Rinjani.
“Semua udah beda, Rin. Gue gak mau maksa, papa juga sebenarnya gak maksa. Jadi semua kuncinya ada di kamu, saranku jangan,” jelasnya. Rinjani mengamati sekitar dan kembali menatap ke arah Arfan namun tidak pada matanya.
“Iya, tapi kenapa? Kalau memang gak niat ngapain dateng ke rumah? Jadi ragu saya, kalau masalah kaya gini aja kamu labil apalagi nanti kalau nikah. Aku jadi makin mempertimbangkan kepemimpinan kak Arfan,” keluar sudah semua hal yang mengganjal dada Rinjani. Bahkan Rinjani memakai bahasa random dengan menggunakan ‘saya’ dan ‘aku’ ‘kamu’ ‘kak Arfan’, saking gugup dan bingungnya.
“Bagus, pertimbangin lagi, Rin, bahkan gak usah mikir langsung tolak aja. Yang jelas gue—gak akan bisa,” kata Arfan sambil mengambil posisi berdiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/157983521-288-k772345.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TARO [COMPLETE]✔
Teen FictionDi cerita ini, kalian hanya akan menemukan kisah anak SMA yang gak seru-seru amat, tapi ya sayang kalau gak diceritakan. Berlatar kelas XI IPA 3. Yang telah mendeklarasikan kelas mereka sebagai kelas receh, ipa rasa ips dsb. Kamu hanya akan menemu...