__Yang katanya peradapan kegelapan, justru membawa peradapan keemasan saat ini. Siapa lagi kalau bukan islam? Semua itu ada dalam perpustakaan rahasia__
💦💦💦"Masya Allah, kereeen banget sumpah. Niat banget kamu ajakin semua peserta kisra ke tempat kayak gini. Wah, keren nih. Kamu juga perhatiin pembatas antara akhwat dan ikwan-nya," kata Rinjani terkagum-kagum.
Wawan tersenyum menatap para anggota IMTAQ yang lain sibuk mengatur tempat untuk para peserta kisra. Sejenak mereka melupakan bahwa hari ini bagi rapot. Rinjani tersenyum kemudian matanya mulai meneliti buku-buku yang ada di perpustakaan ini. Perpustakaan rahasianya Wawan.
"Bentar lagi mbak Wiwin datang. Lo mending ke belakang dan suruh pesertanya jangan ribut," kata Wawan mengintrupsi langkah Rinjani yang akan berjalan ke rak buku.
"Oke deh, yaudah." Rinjani mulai melangkah menjauhi Wawan.
"Rin," panggil Wawan. Langkah Rinjani berbalik.
"U-udah ba-c-c-a?"
"U-udah."
💦💦💦
Awalnya Rinjani sempat tercengang melihat Wawan beserta anggota IMTAQ lainnya membawanya ke sebuah gudang kosong yang berpintu usang, namun setelah dibuka isinya sangat rapi dan terlihat klasik. Wawan membuat perpuastakaannya sendiri di sekolah ini.
Tempat gudang ini berada di balakang kantin, dulunya merupakan gudang penyimpanan makanan prasmanan. Namun Wawan dengan sikap telatennya berhasil menyulap tempat ini. Sekitar 3 tahun lalu, tempat ini dikosongkan karena sudah tak layak pakai. Dan Wawan menemukannya dan mulai membersihkannya dan menyimpan buku-buku yang ia tulis dengan tangannya di sebuah pojok ruangan ini.
Ruangannya lumayan luas, sehingga bisa menampung sekitar 50an orang yang memang ingin ikut kajian remaja. Memang tidak memaksa dari anggota IMTAQ karena bagi mereka sedikit orangnya akan lebih efektif.
Rinjani menatap senang saat satu persatu para teman-temannya keluar ruangan. Kajian yang hanya memerlukan waktu kurang lebib satu jam itu sudah berakhir. Menyisakan sisa perintilan botol mineral dan tisu.
"Selamat liburan, Rinjani." Rinjani menoleh, kemudian mengulas senyum tipis pada Wiwin yang telah banyak membantu membangun klinik dan mensukseskan kisra hari ini.
"Oke, Kak Win, mau pulang?" tanya Rinjani kemudian menyalami Wiwin dan cepika-cepiki.
"Iya, aku lagi pengen makan ayam geprek, duluan ya, udah ditunggu suami," pamit Wiwin kemudian nyelonong pergi.
Rinjani mengangguk. Rinjani berbalik badan, menatap para anggota lainnya yang memunguti sampah, Rinjani ikut membersihkan ruangan ini. Bisa jadi basecamp anak IMTAQ next generation.
"Kajian tadi kok tentang hijrah?" tanya Wawan saat melintas di depan Rinjani yang sedang menyapu.
"Gak papa, 'kan biar temen-temen tau kalau hijrah bukan cuman tren dan penampilan doang yang berubah tapi semuanya juga bersiap berubah, ya 'kan memang hijrah butuh proses tapi juga harus ada progres," jelas Rinjani. Rinjani menyapukan debu ke serok dan membuangnya ke bak sampah.
"Kak Eko." Rinjani dan Wawan sama-sama menoleh saat mendengar Naifa memanggil nama Wawan. Rahasia umum jika adik kelas satu ini naksir berat dengan Wawan. Sejak ia yang minta bantuan Wawan untuk belajar menulis cerpen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARO [COMPLETE]✔
Fiksi RemajaDi cerita ini, kalian hanya akan menemukan kisah anak SMA yang gak seru-seru amat, tapi ya sayang kalau gak diceritakan. Berlatar kelas XI IPA 3. Yang telah mendeklarasikan kelas mereka sebagai kelas receh, ipa rasa ips dsb. Kamu hanya akan menemu...