[01]

576 14 26
                                    

Alena sedang berjalan keluar kelas bersandingan dengan karisa yang tak henti hentinya mendumel.

Sejak tadi karisa masih belum rela jika ia harus membayar bakso jumbo ala alena yang harganya 2x lipat dari harga bakso biasa yang ia makan. Jadilah seperti ini, mendumel sepanjang pelajaran hingga pelajaran selesai pun masih terus mendumel.

"Gue tekor gara gara lo" ucap karisa sakartis.

"Gue gak mau tau. Lo harus ganti!" lanjutnya.

"Tapi,ris. Tadi aku gak janji buat gantiin uang kamu, tau!" jawab alena dengan santai.

"Gak mau tau! Ganti" ucap karisa mengebu gebu.

Alena menghela nafasnya, memasang wajah yang lumayan menyedihkan. Sambil menatap karisa dari samping dengan tangan yang disatukan didepan dada. Alena mulai memerankan dramanya, dan kali ini targetnya adalah Karisa Oktavia. Anak dari juragan tanah diputaran jakarta, yang kini terkenal karena kesuksesannya.

"Ku mohon, nona karisa. Apa anda tidak merasa kasihan terhadap saya? Saya ini tidak punya uang sebanyak yang anda punya! Jadi jangan suruh saya ganti rugi ya ya ya?" ucap alena dengan sesenggukan palsu. Dan dengan nada seolah ia yang teraniaya.

Karisa mendengus, mendengar alena yang selalu merendahkan dirinya pada orang lain. Apalagi pada karisa, sahabatnya sendiri. Mungkin memang karisa terlalu malas jika ia harus melihatnya pura pura bersedih, walau pun karisa tau, kenyataannya alena memang masih suka bersedih semenjak kejadian tempo dulu.

"Gue gak minta ganti rugi!! Sekarang lepas tu tangan. Jangan mohon mohon sama gue" ujar karisa pelan sambil menurunkan tangan alena yang menyatu didepan dada gadis itu tadi.

Senyum lebar, alena suguhkan pada wajah ayunya. Dengan sorak gembira alena mengajak karisa untuk segera melanjutkan perjalanan.

Sampai diparkir sekolah, alena menghampiri sepeda motor maticnya. Mengambil helm bermotif doraemon dan duduk didepan sebagai pengemudi.

"Jadi. Kamu mau aku antar? Atau sudah dijemput?" tanya alena pada karisa yang masih diam, sambil memandang gadis itu yang selalu saja lincah dan seperti tak punya beban.

"Gue udah dijemput didepan. Gue cuma mau nebeng sampai gerbang aja ya?" ucap karisa masih terus memandang alena yg manggut manggut.

"Ok. Ayo naik!! Biar ku antar menggunakan kuda besi ku" ucap alena masih dengan keceriaan.

Karisa menaiki motor alena. Dan dengan perlahan motor itu mulai berjalan menuju gerbang utama, untuk mengantarkan sang sahabat bertemu dengan kendaraan aslinya.

"Dahh.. Aku duluan ya,ris! Sampai besok" alena melambaikan tangannya, dan kembali melajukan motornya membelah jalan luas dan ramai dengan kendaraan lainnya.

Melaju menyusuri jalanan sendiri, selalu sendiri. Terkadang alena berfikir, apakah masih ada orang yang jauh lebih sulit dari alena. Apa hanya alena satu satunya yang berjalan dan berdiri sendiri, tanpa ada yang menemani.

Alena menghembuskan nafasnya lirih, berusha untuk terus tersenyum apa pun itu cobaannya. Hari ini alena tidak ingin kembali menangis diderasnya air hujan, seperti kemarin. Alena ingin menguasai hatinya agar tak kembali jatuh dan terpuruk.

Senyum manis kembali tercetak dibibir mungilnya. Senyum yang tersembunyi dibalik helm bermotif doraemon itu. Senyum palsu yang sejak 4 tahun ia tunjukan tanpa siapa pun tahu. Kecuali sahabatnya, karisa.

Hanya tinggal melewati satu belokan lagi, alena sampai dirumah minimalis yang selama ini menjadi tempat bersinggah, tempatnya mengenang, tempatnya beraktifitas selain diluar rumah. Tempat ternyamannya.

Ketika Bad boy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang