[03]

348 15 14
                                    

Lapangan basket terlihat begitu ramai, hampir semua pemuda-pemudi berkumpul disana menyaksikan teman-temannya yang sedang latihan untuk acara tahunan, yaitu pertandingan antar kelas menyambut akhir semester.

Terkecuali seorang julian, yang kini sedang sendiri didalam gedung kantin yang lenggang tidak ada seorang pun selain dirinya yang berada disana.

Julian makan dengan santainya, menikmati kesendiriannya. Rasanya julian begitu malas untuk menonton basket, memang ia jago dalam bidang olah raga itu. Tapi tidak tau bagaimana ia sedikit merasa malas melakukan apa pun akhir akhir ini.

"Kang jojo.. Alena dateng lagi!!"

Sebuah suara menggema hingga telinga lian. Suara cempreng yang lian perkirakan memiliki tingkat 7 oktaf itu, pasti milik gadis yang sering ia lihat tapi tidak pernah lian ketahui namanya.

"Eh, si eneng!! Pesen bakso?" tanya kang jono si penjual bakso.

"Iya dong kang!! Mau bakso jumbo" jawab alena yang berdiri didekat kios kang jono.

"Siap!! Ada tambahan yang lain gak?" tanya sipenjual bakso.

"Gak usah pakek toge. Pakek mie kuning aja, sama jangan pakek irisan daun sledrinya. Kasih dikit gak papa jangan banyak banyak. Terus mecinnya jangan kebanyakan. Garemnya juga jangan banyak banyak. Bawang gorengnya jangan pelit-pelit, agak banyakin" jawab alena semangat, sampai bicara cepat seperti itu. Lihatlah kang jono sudah melongo karena ucapan alena.

"Udah deh.. Itu aja!!" lanjut alena menyudahi acara mendektenya.

"Neng buat sendiri ajalah. Saya pusing!!" ujar kang jono sambil menyingkir dari depan grobaknya.

Alena hanya mengangguk dan berjalan kearah grobak untuk memulai meracik baksonya.

Setelah beberapa menit berkutat dengan bumbu racikannya, bakso jumbo ala alena sudah siap untuk disantap.

Dari sebrang kios kang jono, tepatnya di meja paling ujung. Seorang cowok sedang menatap alena dari mulai alena datang hingga aksinya meracik semangkok bakso yang ia dengar jumbo, tak pernah mengalihkan pandangannya.

Dia adalah julian, si cowok cool pindahan dari SMA Pancasila. Padahal sekolah sedang ada latihan untuk seluruh siswanya, tapi julian dan juga alena justru pergi kekantin untuk menuntaskan masalah perut masing-masing. Benar benar cocok.

Hingga alena duduk dimeja dekat kios pun julian tak melepaskan pandangannya. Entah apa yang sedang julian pikirkan sehingga ia masih saja menatap alena.

Sedangkan alena, lihatlah. Dia justru masih asik menikmati bakso jumbonya tanpa menghiraukan sekitarnya. Masih asik dengan makanannya.

Tapi lama-lama alena merasa jika ada yang mengawasinya. Dari arah samping kirinya, posisi orang yang sedang menatapnya. Dengan cepat alena segera menolehkan kepalanya agar ia tau siapa yang mengawasinya. Dan benar, disana, dimeja ujung ada sianak baru yang sedang melihat kearahnya dengan tatapan datar tak berekspresi.

Alis sebelah kanan alena terangkat, menandakan kebingungan yang ia rasakan. Untuk apa dia menatap kearahnya seperti itu. Begitulah kata hati alena yang sibuk bermonolog dalam diam.

Akhirnya karena lelah menoleh, dan juga agak sedikit salah tingkah, alena putuskan untuk kembali menatap mangkok bakso yang hanya tersisa kuahnya sedikit. Alena menyeruputnya hingga tandas habis tak tersisa.

Dengan gerakan cepat ia kembali kekedai kang jono, untuk membayar dan mengembalikan mangkuk yang tadi alena gunakan.

"Makasih ya kang!! Karena bakso kang jojo aku jadi kenyang sekarang" ucap alena setelah membayar bakso jumbonya.

Ketika Bad boy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang