PROLOG

113 4 7
                                    

Jadi,jika menunggu itu berat
Bagaimana dengan menunggu
tanpa kepastian?

~~

Arral Elsyah Fannya. Tengah duduk di kursi pojok kelas XI IPA 3 kesayangannya,dan yang dia lakukan jika bosan,menatap jendela dengan awan putih langit biru laut dan perumahan di bawahnya terlihat indah. Bosan. Sekali lagi kata itu muncul di otaknya. Pelajaran biologi membuatnya muak.

"Elsyah..!" Bentak pak Wahid dengan mata melotot menatap Elsyah yang tegang.

"Iya pak." Jawab Elsyah masih gugup.

"Apa yang kamu lakukan?!"

"Melihat bapak,dan duduk di kursi." Semua siswa di kelas tertawa,tapi pak Wahid malah semakin mendekati Elsyah.

"Kamu berani sama saya!" Kali ini di tambah dengan berkacak pinggang.

"Saya?. Saya nggak berani pak. Soalnya saya bukan pahlawan yang berani. Saya hanya pahlawan yang sedang berjuang." Jawabnya dengan cerengas cerenges.

"Curcolllll...." Kata semua penghuni kelas. Tapi ada seseorang yang diam yaitu Damar atau Roman. Damaroman Zoryyie.

"Sudah sudah... Ayo kita lanjutkan pelajaran. Kamu Elsyah,berdiri di tiang bendera sekarang. Keterlaluan." Omel pak Wahid yang cerewet.

"Minggir...rel,tuh si pak kumis ngambek." Kata Elsyah lirih kepada Danasa Aurel.

"Hust....gue bilangin loh."

"Jangan...dah." pamit Elsyah meninggalkan kelas.

Bukan Elsyah namanya jika mengikuti perintah bapak-bapak kumis itu. Dia memilih ke kantin karena perutnya mengaung. Elsyah memesan jus jeruk dan batagor kesukaannya.

"Weh...Weh...Weh...." Seru Aurel di depan Elsyah yang sedang mencomot batagornya.

"Jadi gini Lo. Di suruh berdiri malah duduk di kantin." Lanjut Aurel mengikuti ekspresi pak Wahid tadi.

Elsyah langsung berdiri dari duduknya."nih gue berdiri. Udah kan?." Katanya dan dia kembali duduk.

"Buset,nggak bilang-bilang Lo." Omel Aurel dan dia ikut duduk.

"Lo juga kok bisa disini,"

"Kabur gue. Males. Gue bilangnya ke kamar mandi niatnya juga kesini. Hehe." Terang Aurel dengan muka watadosnya.

"Ternyata pikiran kita sama nyet." Senyum Elsyah.

"Haha,,sejoli dah."

"Nggak dih. Muka gue masih jauh diatas rata-rata muka Lo. Haha."

Tuk

Aurel menjitak kepala Elsyah."sialan." Umpat Aurel. Ia segera memesan makanan.

"Gimana?" Tanya yang nggak masuk akal dari Aurel sambil mengunyah baksonya.

"Gimana apanya?" Elsyah terlihat bingung.

"Huft. Makanya doi nggak peka Lo aja juga nggak peka." Gerutu Aurel.

"Ohhhh....kagak tau dah,muak gue. Dia ngejauh deh kayaknya."

"Sok tau. Siapa bilang?"

"Gue barusan."

"Punya bukti?" Tanya Aurel memasukan bakso terakhir ke mulutnya.

"Dia ngejauh,nggak ada sapa nggak ada cakap nggak ada tatap. Huft capek guenya." Kepala Elsyah tertunduk di meja.

"Ya elah Lo nyerah? Payah dah." Kata Aurel mengaduk aduk esnya.

"Eh curut. Berapa lama gue nungguin? Hah berapa lama Lo tau? 1 tahun. Denger. Saatuuu tahuuunnn." Jawab Elsyah menekan kata satu tahun.

"Iya juga yak. Dia tolol apa bloon ya?" Kesal Aurel.

"Ah elu... Jangan bahas itu lagi Napa capek gue."

"Iya yaudah ayo cabut. Udah mau jam istirahat." Kata Aurel menarik Elsyah yang gontai.

###

Hai hai... Maafkan baru belajar^_^

WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang