Kalau bosan itu bilang, jangan ngilang. Apalagi sampai main api di belakang.
-Aldo Pratama-"Kalau diliat-liat Kak Aldo sama Kak Rhani cocok ya?"
Mata Aurel melotot mendengar perkataan Distia. Ia menoleh ke arah samping, melihat Aldo dan Rhani sedang berjalan bersama memasuki kantin. "Nyari mati kayaknya mereka," batin Aurel.
"Biasa aja kali liatnya," ujar Distia seraya terkekeh kecil. "Mau copot tuh bola mata lo."
Aurel mendengus sebal sedangkan Dini hanya tersenyum simpul.
"Tadi Dhirga nyariin lo."
"Udah jumpa tadi di roof top."
Dini mengangguk. "Ada masalah?"
Aurel melirik Dini sekilas lalu menggeleng. "Kayaknya nggak ada."
Distia yang merasa terabaikan pun menggebrak meja kantin. "Yaelah gue dikacangin nih ceritanya."
Aurel dan Dini memutar bola mata malas. "Mendingan lo pesenin gue jus jeruk, Dis. Haus nih dari tadi bicara terus," ujar Aurel seraya meletakkan uang dua puluh ribuan di atas meja.
Distia mencibikkan bibir. "Lah kok gue?"
"Jadi siapa lagi?" Aurel menatap Distia tajam. "Gue gitu?"
"Ya udah deh, lo mau nitip apa, Din?"
"Samain aja."
Distia mengangguk. "Oke." Lalu pergi meninggalkan mereka.
Dini menatap Aurel yang sibuk bermain ponsel, lalu tatapannya jatuh ke arah leher Aurel atau lebih tepatnya ke arah kalung yang di pakai Aurel. "Punya siapa?" tanya Dini seraya menunjuk kalung yang Aurel pakai. "Gue kok kayak pernah liat sebelumnya."
Aurel mengerutkan keningnya. "Ini?" tanyanya sembari memainkan bandul kalung berbentuk segitiga itu. "Punya cowok gue."
"Dhirga?"
Aurel mengangguk. "Ya iyalah jadi siapa lagi."
"Ya ampun seseknya napas gue, udah pada bau ketek lagi di sana," dumel Distia seraya mengambil kaca yang di pegang Dini. "Untung aja Kak Aldo pakai parfum lima botol jadi bau keteknya tergantiin deh sama wangi tubuhnya Kak Aldo."
Aurel dan Dini menatap aneh Distia yang kelihatan ngos-ngosan. "Mana jusnya? tanya Aurel tidak sabaran karena ia sudah begitu haus. "Lo nggak jadi pesen?"
Distia menggeleng. "Jus jeruknya udah abis diborong sama Kak Aldo." Distia mengambil tisu di atas meja lalu mengelap keringat yang bercucuran di dahinya. "Panas banget anjay!"
Dini mengambil tisu bekas keringat Distia lalu menggumpalnya dan melemparkannya ke dalam tong sampah yang ada di dekat mereka. "Emang Bi Surti cuma jual jus jeruk?"
"Kan Aurel cuma suka jus jeruk," jawab Distia kesal.
Aurel memasukkan ponselnya ke dalam saku, lalu berdiri. "Gue mau bolos bareng Dhirga," ujar Aurel seraya berjalan keluar kantin. Meninggalkan kedua temannya yang menatapnya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Fiance [ON GOING]
Fiksi RemajaANAK KECIL DILARANG MENDEKAT! [Update Tergantung Mood] Ketika cinta harus memilih. Cover by : @Bbyblue3fv ©2019