Episode 2

7.2K 903 1K
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul lima pagi, Oikawa sudah mulai membuka warungnya. Ia menggantung bungkus micin, merapikan telur, minyak goreng, dan garam di meja, lalu mensortir sayuran yang sudah mulai layu dan sisa dagangan kemarin yang tidak laku. Kemudian, pemuda yang biasa dipanggil Mas Oik itu membawa sayur-sayur layu itu ke dalam rumahnya, untuk dibuat pupuk kompos nantinya.

Ceilah, Oikawa rajin banget, bikin pupuk kompos pake sisa dagangan.

Sambil menunggu pemasok sayuran, ia pun menyapu halaman warungnya sambil menyanyi-nyanyi.

"Kesana kemari membawa alamat, jeng! Jeng!
Namun yang kutemui bukan dirinya, jeng! Jeng!
Sayang~ yang kuterima~ alamat palsu~"

TIN! TIN!!

Lagi asyik menyanyi, tahu-tahu sebuah klakson mobil menghancurkan konser tunggalnya.

"Woi Mas Oik! Pagi-pagi udah konser aja!" seru Hanamaki, si pemasok sayuran sambil menghentikan mobil pick up-nya persis di depan Oikawa yang sedang menyapu.

"MAKKI! LO MAU BUNUH GUE?!" jerit Oikawa histeris.

"Maunya sih gitu. Tapi nanti siapa yang bantu jualin sayuran gue," kata Hanamaki sambil tertawa. Oikawa langsung memukul kepala Hanamaki dengan sapu lidinya.

"Jadi, lo mau ambil berapa?" tanya Hanamaki sambil mengelus kepalanya.

"Kayak biasa aja, Mak," jawab Oikawa seadanya.

Hanamaki mengangguk, lalu turun dari mobil pick up-nya. Pemuda berambut pink gagal itu pun mengambil beberapa jenis sayuran serta tahu tempe dari bagian belakang pick up-nya.

"Kasih yang masih segar ya. Nanti pelanggan gue kabur kalo gue jualin yang jelek," ujar Oikawa sambil menonton kegiatan Hanamaki. Gak ada minat sama sekali dalam diri Oikawa untuk membantu Hanamaki.

"Gue tahu! Sayur gue kan high quality semua," sahut Hanamaki tanpa menoleh.

"Tomatnya yang bulat sempurna ya."

"Iya."

"Sawinya juga, jangan yang bolong ya."

"Iya."

"Kolnya jangan sampe robek."

"Iya."

"Bawangnya juga, jangan sampe ada yang tunasnya udah tumbuh ya!"

"BERISIK LO! SINI PILIH SENDIRI!" Hanamaki kesal, lalu melempar sebutir tomat persis ke wajah Oikawa.

"Mager ah!" seru Oikawa sambil memungut tomat yang dilempar Hanamaki. Lumayan, gratis. Walau udah penyok karena benturan ke wajahnya dan tanah, setidaknya ia bisa memberikan tomat itu pada para pedagang jajanan yang sering nongkrong di warungnya.

Ingin rasanya Hanamaki menyumpal mulut Oikawa pakai segenggam cabe setan. Tapi ia urungkan. Rugi. Harga cabe lagi mahal.

"Yaudah, ini mau ditaruh dimana?" tanya Hanamaki setelah selesai dengan urusannya.

Kami, Para PedagangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang