Episode 4

4.9K 752 599
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Noya mencoret-coret berbagai rumus di buku tulisnya, mencari jawaban dari sebuah soal matematika yang sedang dikerjakannya. Noya memang sudah lulus SMA tahun ini, tetapi ia tidak melanjutkan kuliah dan memutuskan untuk jadi pedagang susu karena keterbatasan biaya. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia sangat ingin melanjutkan kuliah.

Maka dari itu, ia berjualan agar uang hasil jualannya itu ia gunakan untuk mendaftar kuliah. Selain itu, ia juga rajin belajar agar bisa dapat beasiswa nantinya. Padahal, pas SMA bisa dibilang nilainya selalu pas-pasan.

Tapi, tak ada sesuatu yang tidak mungkin, kan?

"BANG YUU!!!!!"

Sebuah suara cempreng memanggil nama depannya. Tak lama, sosok anak laki-laki kecil masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa, Kou? Ganggu Abang lagi belajar aja," sahut Noya bete.

Sementara Kousuke Sakunami, sang adik, hanya tertawa kecil. "Udah jam enam lewat 15 bang, anterin aku sekolah ya."

"Biasanya juga berangkat sendiri, kan?"

"Sesekali nggak apa-apa kan?" sahut ibu Noya yang tiba-tiba saja muncul dibalik pintu kamarnya. "Lagian, jam segini kan belum ada yang mau jajan. Jadi daripada kamu gabut nunggu pembeli, mending nganter adik kamu dulu."

Kalau ibunya sudah menyuruh, Noya tak bisa mengelak. "Iya deh bu. Kou, sana pake sepatu dulu."

Kousuke tersenyum riang, lalu berlari keluar kamar. Noya pun mengambil kunci motor bututnya, lalu menyusul sang adik keluar kamar.

---<>--

Usai mengantar adiknya yang masih TK, Noya segera mandi dan bersiap-siap untuk mencari nafkah di SD Karasuno. Entah untuk apa, ia memasukan buku kumpulan soal, buku tulis, dan alat tulisnya ke dalam ranselnya yang sudah banyak jahitan itu.

"Mak, Yuu kerja dulu ya," pamit Noya sambil mencium tangan ibunya.

"Hati-hati, nak."

Noya hanya mengangguk, lalu menjalankan sepeda uniknya menuju pabrik susu untuk mengambil stok.

Sementara itu, di SD Karasuno.

Iwaizumi yang baru datang, dikejutkan oleh Kuroo yang sepertinya sedang bertengkar dengan dua orang di tempat jualan mereka. Selain gerobak telur gulungnya Kuroo yang terparkir, ada juga gerobak cilor dan cilok yang terparkir disana.

"Gue udah lama jualan disini! Jadi, kalo lo lo pada mau jualan disini, kudu izin dulu sama gue!" bentak Kuroo pada dua orang itu.

"Lho, gak bisa gitu, dong! Emangnya lapak ini punya nenek moyang lo!" sahut si orang satu.

"Ini kan tempat jualan umum. Siapapun boleh jualan disini, termasuk kita, si penjual baru!" tambah si orang dua.

Iwaizumi segera memarkir gerobaknya, lalu menghampiri tiiga orang yang sedang berkelahi pagi-pagi itu. "Ada apaan nih?"

Kami, Para PedagangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang