"Kami para pedagang, berusaha mencari rejeki dengan jalan yang halal dan tidak meminta-minta!"
Bagaimana kehidupan para pedagang es selendang mayang, es cendol, susu murni, dan telur gulung di SD Karasuno ya? Apakah mereka saling iri ketika salah sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tsukki! Ayo berangat sekolah!" panggil Yamaguchi pada anak bungsunya. Sementara Tsukki alias Tsukishima, sang anak, masih asyik menonton kartun dinosaurus di tv sambil makan mi lidi.
"Tsukki!!!" panggil Yamaguchi lagi.
"Papa berisik!" sahut Tsukishima cuek. "Lagian, masih jam setengah tujuh pa. Belum masuk."
"Lho, justru karena udah jam setengah tujuh! Nanti papa kehabisan jengkol di warungnya Mas Oik!"
Tsukishima hampir tersedak mi lidinya mendengar ucapan sang ayah.
---<>---
"Eh, Mas Yams, tumben datengnya agak siang," sapa Oikawa ketika melihat Yamaguchi datang sambil menggandeng Tsukishima.
"Iya nih, tadi Tsukki agak susah diajak berangkat," jelas Yamaguchi seadanya. "Jengkolnya masih ada Mas?"
"Masih kok. Mau berapa?"
"Sepuluh ribu aja Mas."
Oikawa mengangguk, lalu menyiapkan pesanan Yamaguchi.
"Tsukki, kamu sekolah sana," ujar Yamaguchi pada anaknya.
"Nanti aja, pas bel udah bunyi."
"Kok gitu?"
"Abis temenku bodoh semua, nanti aku ketularan bodohnya mereka kalau lama-lama deket mereka," jawab Tsukishima dengan wajah tanpa dosa.
"Hus, Tsukki gak boleh ngomonng gitu!"
"Kenyataannya gitu kok pa."
Yamaguchi hanya bisa tepuk jidat mendengar ucapan anaknya. Kayaknya, dulu pas hamil Tsukishima, istrinya keseringan ngidam makanan asin. Makanya anaknya jadi salty begini.
"Mau beli apa lagi Mas Yams?" tanya Oikawa, melerai perdebatan bapak dan anak tersebut.
"Micin serenceng dong Mas," malah Tsukishima yang jawab.
"Buat apa?" tanya Yamaguchi heran.
"Buat digadoin lah."
Gubrak.
Yamaguchi dan Oikawa jatuh bersamaan.
---<>---
Hari itu, murid kelas dua SD Karasuno sedang belajar tentang lawan kata. Dengan Suga sebagai guru pengampu.
"Nah anak-anak, jadi antonim itu adalah lawan kata. Misalnya, lawannya panas itu dingin," jelas Suga. "Sampai sini ngerti?"
"Ngerti pak!" sahut murid-murid bersamaan.
"Kalau ngerti, sekarang bapak test ya. Tiap bapak tanya, sebut lawan katanya ya. Tsukishima, lawannya luas apa?"