[AWAL RASA]

419 17 0
                                    

Pagi minggu terasa sangat sejuk. Yusuf selalu bangun lebih awal. Dalam hatinya tak henti mengucap Dzikir. Setiap aktivitas yang dijalaninya, Yusuf selalu menyertakan Allah SWT.

Setelah sholat subuh ia membaca al-quran hingga mentari pagi sudah terlihat. Di hari itu ia kembali melakukan kegiatan kegemarannya yaitu lari pagi menuju taman kota. Biasanya ada Iko yang menemani, namun untuk saat itu, Yusuf terlihat hanya sendirian. Sendiri bukan hal sepi baginya, karena hatinya tak pernah sunyi, tak pernah sunyi dengan hal yang ia yakini, yakni sang pencipta dengan kebesaran-Nya yang selalu ada di tiap langkah hamba-Nya.

"Ko." Yusuf memanggil Iko melalui handphonenya, "buruan susul gue, mumpung belum jauh nih, tadi gue teriak di depan jendela kamar lu tapi ga ada jawaban."

"Maaf Suf, gue lagi sibuk banget nih." Jawab Iko dengan suara yang masih penuh kantuk.

"Sibuk tidur maksudnya?"

Tut... tut... tut

Panggilan diputus oleh Iko.

Keringat yang mulai menetes menjadi penyemangat untuk terus berlari, bersama awan cerah saat itu nampak menambah kekuatan berolahraganya. Suara langkah kaki yang sambung-menyambung. Pagi dengan berbagai keindahan serta pemandangan kota yang membuat suasana terasa begitu ringan.
Dari kejauhan, Yusuf melihat Gee tengah duduk di sebuah bangku taman kota. Sedikit enggan untuk menghampiri, namun Gee sudah terlebih dahulu melihat ke arahnya.

"Yusufff." Gee melambaikan tangan dan membuat Yusuf mulai berlari ke arahnya.

"Assalamualaikum, Gee." Ucap Yusuf saat dirinya sudah bersama dengan Gee.

"Waalaikumsalam." Jawab Gee dengan senyuman dan membuat Yusuf tak berani menatapnya.

"Sendirian aja, Suf?" tanya Gee.

Yusuf menganggukkan kepalanya dengan sedikit senyuman berusaha untuk bisa menatap Gee, "kamu juga, ya?"

"Iya, baru selesai lari. Lumayan keringatnya."

"Ini minum dulu." Yusuf menyerahkan sebotol air mineral kepada Gee.

"Makasih Yusuf. Tadi aku lupa bawa air minum," mata Gee selalu berhasil membuat Yusuf merasa ada hal yang menggetarkan.

"Iyaa, sama-sama. Silakan diminum, Gee."

Gee pun meneguk air mineral beberapa kali kemudian menyerahkan botol minum yang masih berisi itu kepada Yusuf, "kamu mau minum juga?"

"Buat kamu aja, Gee. Aku udah kok tadi."

"Makasiiiihh deh. Kemarin burger sekarang air minum, baik banget sih kamu," suara Gee penuh dengan canda.

"Itu tandanya Allah kasih kamu rezeki lewat burger dan air minum."

"Alhamdulillah, Iya, Suf."

"Tiap minggu aku ke sini. Kok baru liat kamu hari ini, ya?" tanya Yusuf yang kemudian duduk di samping Gee.

"Aku sering kok ke sini. Tiap minggu pagi juga. Emmm kan kita baru kenal. Ya bisa aja sebelumnya kita pernah berpapasan tapi ga sadar."

"Iyaa juga, sih." sahut Yusuf yang mulai memandang langit.

"Di sini seru ya. Banyak banget orangnya. Ada anak kecil sampai tadi aku ada liat ada kakek-kakek. Semuanya kumpul untuk olahraga." Gee memerhatikan sekitarnya.

"Iya. Tempat ini menyenangkan."

"Aku betah, Suf."

"Di sini emang kota kecil tapi indah dan terasa nyaman, Gee."

Fii Amanillah (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang