Tok...tok...tok
Suara pintu kamar Yusuf diketuk oleh seseorang. Terik matahari yang sangat panas siang itu betul-betul menghadirkan suasana gerah. Yusuf yang masih terbaring lemah tak mampu membukakan pintu kamar hingga pada akhirnya seseorang memasuki kamarnya. Suara langkah kaki terdengar begitu dekat dengan telinga Yusuf. Yusuf dapat merasakan kehadiran seseorang yang sedang duduk di sampingnya.
Elusan lembut pada bagian kepala membuat Yusuf membuka matanya secara perlahan, "mmmm, Ibu."
"Hei, kamu masih sakit?" tanya seseorang yang ternyata adalah ibunya.
"Udah ga papa, lumayan membaik."
"Lain kali kalau main basket itu harus hati-hati dan jaga diri, jangan sampai kayak gini lagi, ibu ga tega lihat badan kamu sakit-sakit." Ucap ibunya dengan khawatir.
"Ga masalah kok, Bu. Namanya juga permainan." Yusuf kembali tersenyum.
"Iya Ibu tau, tapi lain kali kamu harus lebih hati-hati."
"Iyaa ibunya Yusuf yang cantiiiiik." Puji Yusuf kepada ibunya.
"Mmmm kamu ini. Lalu gimana, Suf? Menang tandingnya?"
Yusuf menggelengkan kepala.
"Pantesan, jadi sakit dan lemah kayak gini."
"Bu, kita harus berprasangka baik. Allah ngasih sakit karena Dia menghapus dosa-dosa yang ada di diri hamba-Nya. Ga kenapa-kenapa kok, jadiin pengalaman aja dan ambil hikmahnya, setiap yang terjadi di diri kita itu adalah jalan yang harus kita terima. Mungkin untuk pertandingan tahun ini tim Yusuf harus menerima kekalahan."
Ibu Yusuf pun mulai tersenyum, "kamu persis sekali seperti Ayah kamu, paling bisa buat hati ibu tenang."
"Pantes aja Ibu sayang sama Ayah."
"Karena Ayah kamu selalu membuat ibu merasa jadi perempuan yang berharga, dengan ketulusannya dan cinta sucinya, menikahi ibu karena Allah." Ibu Yusuf kembali tersenyum, "semoga kamu bisa menemukan seorang perempuan yang juga memiliki keinginan meningkatkan ibadah bersama-sama untuk menggapai surga-Nya."
"Aamiiinn, makasih, Bu. Atas doanya."
"Assalamualaikum..." Iko tiba dan mendekati pintu kamar Yusuf.
"Waalaikumsalam." Jawab Yusuf dan ibunya secara bersamaan.
"Ehhh ada Iko, masuk, masuk." Sambut Ibu Yusuf dengan lembut.
"Makasiih, Bu. Maaf nih Iko ganggu."
"Ah engga kok. Gimana kabar kamu, Ibu, Ayah dan Adik-adik kamu, Ko?" tanya ibu Yusuf.
"Alhamdulillah baik. Ayah lagi kerja ke luar kota, Ibu ada kok di rumah sama Adik-adik."
"Alhamdulillah, Ibu seneng dengernya, ya udah kalian lanjut ya ngobrolnya, Ibu mau masak dulu." Ibu Yusuf meninggalkan keduanya di dalam kamar.
"Suf, tau ga tadi gue abis ketemu siapa?" Iko segera duduk di atas tempat tidur Yusuf.
"Siapa emangnya?"
"Sama Gee, dan lu tau ga dia ngomong apaan?"
"Mana gue tau lah!! Emangnya gue kamera tersembunyinya Gee!"
"Dia ngajak gue ketemu orangtuanya, Suf. Ya ampun parah kan, Suf."
"Ya bagus dong itu, Ko."
"Bagus apanya? Gue emang jadiin Gee perempuan terakhir. Tapi gue masih perlu waktu, gue belum siap untuk menikah sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fii Amanillah (Telah Terbit)
SpiritualGee, gadis kelahiran Jakarta itu adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya. Orangtuanya melarang keras dirinya berpacaran, namun ia melakukan itu secara diam-diam. Hingga pada akhirnya semua telah hancur, begitu juga dengan hatinya. Itula...