8

529 73 29
                                    

Semakin sore, lorong kelas semakin gelap. Meski lampu sudah dinyalakan, tetap saja ini memberikan kesan seram. Aku masih dalam posisi duduk dengan memeluk lutut dan menunduk untuk menutupi wajahku.

Jujur, aku jarang menangis. Aku tidak pernah cengeng sejak sekolah dasar. Mungkin karena dari dulu aku tomboi, makanya tidak heran jika aku tidak pernah berlebihan terhadap sesuatu.

Tapi apa ini? Kenapa aku lemah? Kenapa hanya perkara sahabat dan cinta, aku tak sanggup berdiri untuk pulang? Aku tidak mempedulikan ponselku. Padahal aku sudah di sekolah selama 2 jam lamanya. Tapi aku masih dalam posisi yang sama. Aku belum sanggup. Aku bahkan tidak tahu apa ada orang lain lewat atau tidak.

"Apa kau Alexa Grace?" Sebuah suara tiba-tiba terdengar di kedua telingaku. Aku yang menunduk pun langsung mendongak keatas.

Seorang laki-laki berparas kalem, badan proposional, dan surai rambut terbelah dua. Sepertinya dia seorang siswa disini.

"I-iya," jawabku datar. "Siapa kau?"

"Aku temannya Johnny."

Lirikanku langsung kearah sepatuku saat mendengar kata 'Johnny'. Aku tidak mau mendengarnya saat ini. Tapi sudah terlanjur terucap dari mulutnya.

"Mau apa kau?" Tanyaku.

"Ia menyuruhku untuk mengantarmu pulang," ucapnya dingin.

Alisku mengernyit. Aku bingung. Kenapa dia bisa tahu jika aku belum pulang?

Aku segera mengambil totebag di sampingku dan bangkit dari posisi dudukku. Aku menahan diri dengan tembok agar tidak lemas.

"Aku... Bisa... Pulang sendiri. Katakan padanya jika aku tidak mau," tolakku halus.

"Johnny memaksaku. Jika kau menolak, aku terancam tidak dibayar."

Tunggu dulu. Dibayar? Dia ini sebenarnya temannya atau suruhannya Johnny? Pernyataan itu membuatku menghentikan langkahku untuk belok kearah lorong utama.

*****

"Namamu siapa?" Tanyaku. Aku tidak mau keheningan yang dingin ini mematikan suasana dalam mobil.

"Zeus. Dalton Zeus."

Namanya seperti Dewa, tapi kelakuan seperti Dewi. Betapa tenangnya orang ini.

"Berapa lama kau berteman dengan Johnny?"

"Tiga tahun mungkin?" Ucap Zeus sambil fokus menyetir.

Aku mengangguk-baru tahu ternyata Johnny punya teman seperti dirinya.

"Oh iya. Bagaimana kau bisa mengenal Johnny?"

"Panjang ceritanya. Aku... Tidak tahu harus memulai dari mana."

Pertanyaan itu membuat dadaku sesak. Nafasku ditahan beserta mulutku. Ingin ku jelaskan semuanya. Tapi karena kejadian tadi, membuatku sulit untuk mengatakannya. Mataku sembab dan membesar, seperti ditonjok.

"Tidak masalah jika kau tak ingin mengatakannya. Aku mengerti privasimu. Maaf sudah membuatmu tidak nyaman."

"Tidak apa-apa. Aku.... Butuh waktu untuk menenangkan diri," ucapku pelan bernada letih.

Pemandangan malam dan gemerlap lampu terasa bunar di mataku. Air di mataku terus menggenang dan meluncur ke pipiku. Beruntungnya, Zeus tidak menyadari itu.

The Last Melody {Johnny Seo}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang