"Kamu memang sinis. Tapi, justru bikin kamu makin manis."
Sebelumnya Atan tidak pernah merasa semenyesal ini. Namun, karena bertemu Adora kemarin akhirnya Atan tau bagaimana rasanya menyesali sesuatu.
Mulai dari pagi hari ia sudah kembali bertemu gadis itu. Atan yakin Adora bukan murid yang sering datang awal ke sekolah.
"Tau nggak? Adora datang jam setengah tujuh loh tadi. Cepet, kan?" Adora mengikuti langkah lebar dan cepat Atan. "Atan kok jalannya cepet banget, sih? PR Atan ada yang belum siap, ya?"
Seketika cowok itu menghentikan langkahnya. Tersinggung karena ucapan Adora barusan.
"Gue nggak pernah nggak siapin PR sekali pun. Kalo itu lo gue nggak kaget," balasnya.
Adora tertawa pelan lalu menepuk tangan sekali. "Atan tau aja Adora sering nggak siapin PR."
Dahi cowok itu mengerut heran. Itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Kenapa cewek itu bercerita sambil tertawa?
Atan kembali melanjutkan langkahnya dan kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Tak menghiraukan teriakan Adora yang menyuruhnya berjalan lebih pelan. Bahkan napas gadis itu sudah tak beraturan.
Adora berhenti berlari mengejar Atan. Sambil berkacak pinggang ia menatap punggung cowok itu sembari tersenyum kecil.
"Eh bentar dong," teriak Adora pada cowok yang lewat di sebelahnya. Adora tau cowok itu terus meliriknya sejak tadi.
"Tau Atan nggak?"
"Tau. Kenapa?"
Adora menepuk bahu cowok itu membuat jantung cowok itu berdetak cepat.
"Tau kelasnya dimana?"
"Di-dia kelas t-tiga IPA satu," jawab cowok itu grogi karena Adora memegang bahunya.
"Oke. Makasih, ganteng. Dah!"
Tentu saja Adora dengan sengaja membuat cowok itu semakin grogi dengan panggilan 'ganteng' darinya.
Adora tersenyum lebar dan kali ini berjalan lebih santai. Tak lupa melempar senyum manis pada semua kaum adam yang meliriknya. Sebenarnya ia sengaja. Karena ia suka melihat mereka mengagumi dirinya.
"Adora!"
Adora malas menghentikan langkahnya. Sengaja ia tetap berjalan tanpa mau menoleh sedikit pun membuat si pemanggil merasa geram.
"Kalo gue panggil berhenti dong!"
Adora menepis tangan orang itu yang berada di bahunya dengan pelan. "Eh Rey. Ada apa?" tanyanya dengan senyum kecil.
"Gue panggil kenapa lo nggak berenti, sih?" Kesal cowok bernama Reynand itu.
"Loh, kan yang butuh itu Rey. Kenapa Adora harus berhenti? Rey, dong, yang ngejar Adora," balas gadis itu dengan wajah kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Secret Admirer
Teen FictionJudul sebelumnya Adora & Atan [TERBIT SEKALI DALAM SEMINGGU] Ini bukan kisah manis seperti milik Dylan dan Milea. Bukan cerita terbaik layaknya Nathan dan Salma. Tapi, ini kisahku. Adora Dominica dan Atan Ridmelo N. Jujur saja, bahkan sampai sekaran...