"Berusaha baik-baik saja lebih baik daripada mengemis belas kasih dari orang."
Adora memasuki rumahnya dengan lesu. Tak pernah sekalipun ia merasa semangat untuk menginjakkan kakinya di sana. Ia mengabaikan tubuhnya yang basah terkena hujan saat tadi berlari ke parkiran di sekolah.
Entah kenapa tiba-tiba saja hujan turun dengan deras dan ia sama sekali tidak membawa payung dan sebangsanya.
Jadilah ia menerobos hujan itu.
Seorang wanita berumur empat puluh enam tahun berjalan cepat menghampiri Adora.
"Aduh, Adora, kenapa kamu hujan-hujanan?" cemas wanita itu.
Mata Adora memanas dan ia menjatuhkan keningnya di bahu wanita itu. "Bu En, Adora basah," rengek gadis itu, mulai terisak.
Wanita yang biasa dipanggil Endah atau Bu En itu memeluk Adora dan mengelus rambut gadis itu lembut.
Ia tau alasan gadis itu menangis bukan karena kehujanan. Ia menuntun tubuh Adora memasuki kamarnya.
"Kamu mandi dulu, ya. Ibu udah siapin air hangat buat kamu, nanti langsung ke dapur, kita makan sama-sama."
Adora mengangguk patuh dan menerima handuk yang disodorkan oleh Bu En.
Bu En adalah pengasuh Adora sejak gadis itu baru dilahirkan. Bahkan sekarang ia merangkap sebagai pembantu juga sejak pembantu di rumah itu memilih berhenti sebulan yang lalu.
Adora sudah lebih segar setelah mandi. Rambutnya masih setengah basah dan handuknya juga masih menggantung di bahunya.
"Bu, kita mau makan apa?"
"Ibu buat bakso. Nih ada cendol juga. Aman nih, homemade," jawab Bu En sambil tersenyum.
Adora terkikik geli kemudian menarik kursi. "Bu, makan sambil nonton, yuk?" Adora sudah akan membawa mangkuk bakso saat Bu En berkata, "nggak boleh, kalo makan ya makan aja, nggak boleh ngomong, apalagi nonton."
Adora mengerucutkan bibirnya lucu dan kembali duduk di sana. Bu En tersenyum kecil, beliau mengusap rambut gadis itu.
"Nggak baik, Nak, makan sambil nonton gitu. Karena pasti nanti kamu bicara atau ketawa. Kalo kesedak gimana?"
"Tapi, kalo sama Mama boleh aja, kok," cetus Adora mengaduk baksonya.
"Iya, iya. Kita makan di sini. Adora nggak mau Bu En marah," lirih Adora menunduk. Ia menyerah karena wanita itu hanya tersenyum tanpa membalas ucapannya.
Mereka akhirnya makan dalam diam. Adora sedikit jenuh dengan keadaan ini. Ia sudah terbiasa makan sambil bermain ponsel atau menonton.
Sejak kecil Adora tidak terlalu ditekan mengikuti aturan oleh orang tuanya. Membuat dia menjadi gadis yang pembangkang.
"Bu, Mama sama Papa pulang nggak tadi?" tanya Adora saat ia sudah selesai makan. Dan Adora masih harus bersabar karena wanita yang sudah seperti orang tua kandungnya itu belum selesai makan.
"Tadi Tuan ada pulang sebentar, cuma mandi habis itu pergi lagi. Ada nanyain Adora juga," sahut Bu En setelahnya.
"Kalo Mama?" Bu En menggeleng.
Harusnya Adora tidak usah bertanya.
🐹🐹🐹
Atan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Dirinya dapat bernapas lega karena sang Mama sedang tidak ada di rumah untuk beberapa hari.
Tiara memilih liburan dengan teman arisannya, entak kemana Atan pun tak peduli, yang jelas sekarang ia bahagia.
Durhaka? Tapi, Atan memang merasa bahagia.
Ia bersiul kecil sambil mengumpulkan buku-buku ke dalam box lalu meletakkannya sembarangan ke dalam perpustakaan pribadinya. Tak lupa ia juga mengunci ruangan itu.
"Akhirnya," desah Atan tersenyum lepas. Ia meraih ponselnya kemudian membanting tubuh ke atas kasur.
Digesernya layar ponselnya dan tersenyum saat melihat kontak baru yang ada di ponselnya itu.
Zeline L.
Nama itu tersemat di sana saat mereka bertukar nomor sepulang sekolah tadi. Ternyata Zeline kelas XI IPS satu, yang artinya gadis itu termasuk murid pintar, walaupun itu di kalangan murid IPS.
Atan belum tau bagaimana kepribadian gadis itu, tapi ia yakin perlahan ia akan tau. Karena perasaannya mengatakan hubungan mereka akan berlanjut.
Namun, Atan dilema karena ia bingung dengan perasaannya. Sepertinya ia menyukai Zeline, tapi tak sedikitpun terselip keinginan untuk menjadikan gadis itu sebagai pacarnya.
Ia merinding tatkala memikirkan bisa jadi ia tidak normal.
"Aw!" Atan menjatuhkan ponselnya ke wajahnya saat benda pipih itu bergetar. Ia membeliak membaca nama di sana.
"Halo," sapa Atan setelah sebelumnya berdehem. Berusaha terdengar biasa saja.
Atan terus mendengarkan seseorang di seberang sana berbicara. "Oke. Sebentar lagi gue ke sana, ya," jawab Atan setelah orang itu selesai berbicara.
Panggilan diputuskan dan dengan secepat kilat ia berlari menuju lemari dan mencari baju yang akan ia pakai. Apalagi yang paling menyenangkan dibanding ini? Saat Tiara tak ada di rumah, ia tidak perlu terus membaca buku, dan seorang gadis cantik mengajaknya bertemu.
Walaupun ia berdalih bahwa alasan mereka bertemu karena urusan sekolah.
🐹🐹🐹
HARAP MENINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN :)
Follow ig RP 👇👇
Atan => atanrdmlo
Adora => dominicaadora
Reynand => azelreynand
Zeline => @lzelineIg saye @noniaf :))
Sebelumnya dipublish tanggal 5 April 2019.
Naf
Aceh, 7 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Secret Admirer
JugendliteraturJudul sebelumnya Adora & Atan [TERBIT SEKALI DALAM SEMINGGU] Ini bukan kisah manis seperti milik Dylan dan Milea. Bukan cerita terbaik layaknya Nathan dan Salma. Tapi, ini kisahku. Adora Dominica dan Atan Ridmelo N. Jujur saja, bahkan sampai sekaran...