Disebuah teras rumah, tampak seorang anak perempuan yang sangat manis sedang duduk di pangkuan lelaki yang sudah menginjak kepala 3 namun masih terlihat muda dan juga gagah. "Papa.. Aku mau etemu Adhan.. Huaaa."
"Sayangnya papa, jangan nangis dong. Nanti kalo udah besar, boleh deh ketemu Adhan," bujuk lelaki itu yang masih menggunakan baju lorengnya.
"Kenapa ga sekalang aja.. Huaaa," tangis anak perempuan itu makin menjadi karena tidak diizinkan bertemu dengan seseorang yang sedari tadi disebut namanya, Adhan.
"Adhan nya pergi ke luar kota sayang, jauh sekali."
"Tapi aku lindu Adhan. Adhan enapa pelgi sesudah hali itu pah.. Hiks.. Hiks.."
"Adhan gak pergi lama kok, nanti Adhan balik lagi. Nanti kita ketemu Adhan kalau anak papa udah selesai sekolah. Makanya sekolah yang bener dulu ya sayang," anak perempuan yang sedari tadi menangis sudah mulai tampak tenang.
***
"Adek.. Bangun dek,"
"Huwaaaa," teriak Sherly yang baru bangun dan bantalnya sudah basah karena air matanya.
"Adek kenapa? Mimpi buruk?"
'mimpi itu lagi' batin Sherly. "Enggak kok mah. Adek telat ya? duh gimana nih. Sherly mandi dulu ya,"
Sherly Auristela POV
Seusai mandi dan memakai baju serta snelli ditanganku, aku sempat terdiam dan masih memikirkan mimpi itu. Kenapa mimpi itu datang kembali? Setelah aku mencoba berhenti mencari Adhan, kenapa mimpi itu malah menghampiriku? Bahkan aku tak mengingat banyak wajahnya. Dimana Adhan itu, aku sudah mencoba melupakanmu tapi pikiran itu selalu terputar di otakku seperti kaset rusak. Apakah kau mengingatku yang tak ingat dengan wajahmu?
Ah sudahlah aku gak boleh banyak pikiran, seminggu lagi pernikahanku dan aku tak mau merusaknya. Hari ini mungkin hari terakhir ku bekerja sebelum aku mengambil cuti. Karena akan banyak acara seminggu sebelum akad, aku harus menjalankan tradisi yang turun menurun. Malam ini juga aku mulai dipingit dan tak boleh keluar rumah apalagi bertemu mas Raka.
Pagi ini aku diantar oleh Sertu Amar karena mas Raka yang sibuk dengan beberapa tugasnya.
"Sherly.." panggil teman temanku dengan manjanya. Yap, aku sudah di rumah sakit dan tidak terasa perjalanan dari rumah kesini karena aku masih melamun dan sibuk dengan pikiran pikiranku.
"Eh lo besok udah cuti ya? Yahh sepi dong gak ada lo." ujar Nadine yang sepertinya akan kehilangan salah satu sahabatnya seminggu ini. Aku kan memang ngangenin hehe.
"Ti ati nanti kalian kangen berat sama gue.. Haha,"
"Idih ngarep," canda Iva sambil memasang raut menyebalkan dan dibalas tawa oleh kami semua.
"Gimana para bridesmaid ku, baju yang aku kirim suka gak?"
"Suka.. Bagus banget Sher," balas Nesya dan juga Safira yang tampak senang dengan baju yang dikirim mama dan bunda. Pilihan mereka memang tak pernah salah.
Code blue.. Code blue..
Baru saja duduk di kursi ruang koass, alarm itu sudah memanggil diriku. Stase interna memang paling the best deh. Memang tidak aneh jika para koass di stase ini hampir semuanya memiliki kantung mata yang wah~fantastic.
Karena kali ini piket bagian kami-aku dan sahabat sahabatku- jadi kami lah yang bertanggung jawab dengan bangsal. Kami berlari menuju ICU secepat angin. Sudah tampak beberapa dokter senior yang mengelilingi brangkar pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notre Destin ✔️
Fiction générale"Rasa ini tetap sama seperti saat dahulu, tak ada yang berubah. Layaknya bintang yang tak pernah jauh dari bulan " -Kapten Raka Rafardhan Bratadikara . . . Sherly Auristela Adhitama, gadis berparas cantik dan cerdas. Ia dijodohkan oleh kedua orang t...