Raka terbangun ketika pipinya di tepuk tepuk oleh seseorang. "Masss bangun."
Raka mengerjap ngerjapkan matanya, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah istrinya dengan rambut terurai dan masih mengucek ngucek matanya. Memang tidak bisa ia pungkiri bahwa istrinya ini sangat cantik, apalagi muka bare face nya yang terlihat cantik natural.
Raka melihat jam yang ada di atas nakasnya, ternyata sudah jam setengah lima. "Sholat yuk," ajaknya.
"Mas raka ambil wudhu duluan, Sherly siapin sajadah dulu,"
Setelah mereka berdua menjalankan ibadah wajibnya, mereka pun bersiap-siap dengan seragam masing-masing. Raka dengan seragam pdu nya dan juga Sherly dengan jas putih di tangannya.
"Aku cuman masak telor ceplok, gak papa ya? Nanti aku belajar masak lagi deh sama mama atau bunda."
"Iya gak papa, kamu gak harus belajar cepet, yang gampang gampang aja dulu," ucap Raka sambil menyendok nasinya.
Seusai sarapan, Sherly langsung menaruh piring dan juga mencucinya. Sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan mamanya kalau makan langsung dicuci biar gak numpuk, walaupun di rumah ada yang membantu tetap saja kalau kita bisa melakukannya sendiri kenapa tidak.
Sherly mengeringkan tangannya dengan handuk. Saat ia berbalik badan, ia dibuat terkejut karena Raka yang tiba tiba berdiri di depannya.
"Ih ngagetin, ada apa?" tanya Sherly sambil mengelus dadanya
"Ini," ucap Raka sambil menyodorkan sebuah kartu di tangannya
"Apa ini?"
"Kartu debit saya. Karena kamu sudah jadi istri saya, jadi kamu berhak atas kartu itu. Ingat gunain baik baik."
"Ta-"
Mulai sekarang kita biasakan sama posisi kita, ingat saya suami kamu, kamu nggak sendiri lagi, okey?
Perkataan Raka tadi malam mengingatkan Sherly kembali agar tidak membantah perkataan suaminya.
"Em, Iya nanti aku bakal gunain baik baik," jawab Sherly dengan senyuman di bibirnya.
***
Sherly Auristela POV
Setelah mobil mas Raka menjauhi lobby rumah sakit, aku pun berjalan masuk menuju departemen penyakit dalam. Sedih bercampur senang karena seminggu lagi koass ku sudah selesai.
Banyak sekali kenangan di rumah sakit ini, mulai dari diriku di hari pertama koass namun terlambat sehingga aku dihukum untuk piket seminggu full, lalu aku yang panik kala menangani pasien kecelakaan lalu lintas sedangkan para dokter senior semuanya sedang ada operasi, dan juga hal yang paling berkesan ketika aku pertama kali menjadi asisten operasi.
Ada satu kasus yang masih membekas sampai sekarang. Ketika ada pria paruh baya dan juga anaknya masuk UGD dalam keadaan tangan dan pelipisnya yang berdarah. Saat itu aku menangani anaknya yang cukup parah dan berakhir di meja operasi, bapak itu menitipkan pesan agar aku merawat anaknya dengan baik.
Akhirnya operasi itu berjalan dengan lancar, namun saat aku keluar dari ruang OK dengan masih menggunakan baju scrub, teman temanku datang dan mengatakan kalau bapak tadi terkena serangan jantung. Aku langsung saja berlarian menuju kamar bapak itu dan melakukan RJP berkali-kali "Bertahan pak, anak bapak sudah selamat," ucapku di sela sela RJP hingga akhirnya rekan ku bilang "Udah sher, kita udah RJP daritadi." Sedih memang ketika kita harus mengabarkan kematian pasien pada keluarga pasien. Pokoknya banyak sekali suka dan duka nya selama koass.
Tapi terlepas dari itu semua aku bersyukur karena sudah bisa melewati hampir enam tahun ini dan perjuanganku tinggal sedikit lagi.
Minggu depan aku akan ujian stase, dan koass ku pun selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notre Destin ✔️
Fiksi Umum"Rasa ini tetap sama seperti saat dahulu, tak ada yang berubah. Layaknya bintang yang tak pernah jauh dari bulan " -Kapten Raka Rafardhan Bratadikara . . . Sherly Auristela Adhitama, gadis berparas cantik dan cerdas. Ia dijodohkan oleh kedua orang t...