Prolog

2.1K 234 29
                                    

"MATI KAU!!" Seru Arthit sambil melayangkan sebuah upper cut yang mengenai dagu Kongpop. Kongpop jatuh tersungkur ke tanah, ada cairan merah yang mengalir di ujung bibirnya.

"Sialan kau Arthit." Arthit berdiri tegak di hadapan Kongpop. Semua ejekan sudah hilang karena kesangaran Arthit hari ini. Arthit sang ketua geng dari Kukuri mempunyai wajah yang imut dan manis seperti perempuan. Kulitnya putih, belum lagi badannya yang ramping.

"Asshole, sini." Kata Arthit menunjukkan jari tengahnya ke Kongpop. Kongpop melihat celah karena Arthit terlalu percaya diri bahwa ia bisa mengalahkannya.

BRUKK... Sebuah tendangan mengenai tulang kering Arthit dan membuat Arthit jatuh. Kongpop tak menyia-yiakan kesempatan ini dia langsung menerkam tubuh Arthit dan memberikan satu atau dua pukulan di pipinya yang chubby itu.

"Sekarang, kita lihat siapa pemenangnya ?" Kata Kongpop tersenyum licik. Baru Kongpop mau melayangkan pukulan ketiga terdengar suara raungan mobil polisi.

"Berhenti!!" Kata Pak polisi yang datang kesiangan melerai perkelahian antar geng. Kelompok Arthit dan Kongpop kompak lari ke seluruh penjuru arah.

"Pertarungan ini belum selesai!!" Kata Kongpop lalu ia pergi menghindari polisi. Begitu juga dengan Arthit yang bangkit lalu melarikan diri.

Dan kisah mereka telah di mulai....

***

"Cinta hmphh...." kata Arthit menyemburkan mie bakso yang ada di dalam mulutnya ke Toota.

"ARGH!!! ARTHIT!!" Teriak Toota histeris. Wajahnya yang full make up sekarang di tambah riasan mie bakso dari Arthit.

"Maaf... maaf..." Arthit segera mengambil tissu membantu membersihkan wajah Toota. Toota menepak tangan Arthit yang mengusap wajahnya terlalu kuat. Nanti make upnya luntur.

"Lagian kenapa kau tiba-tiba bicara tentang cinta ?" Tanya Arthit bingung. Walau pun sudah berumur 18 tahun tapi Arthit tak percaya akan cinta. Darah mudanya lebih bergejolak pada pertarungan.

"Aku beneran jatuh cinta." Kata Toota menyakinkan Arthit dengan meletakan tangan di dada kiri. "Wajahnya tampan, macho dan lagi dia sangat sexy." Mata Toota bersinar membicarakan orang tersebut.

"Siapa dia ?" Tanya Arthit. Sebenarnya sih Arthit gak penasaran. Toota temannya ini memang gampang jatuh cinta. Terutama jatuh cinta kepada para pria brengsek.

Toota tak seimut Arthit, lebih kearah pria yang kemayu. Toota memang gay tapi bukan berarti banyak orang berhak untuk mengolok sahabatnya ini. Bagi Arthit, apapun jenis Toota. Ia tetap sahabat baiknya walau sering merepotkan.

"Kongpop." Arthit menyemburkna mie baksonya sekali lagi. Kongpop ? Toota jatuh cinta sama Kongpop ? Apa sudah gila temannya ini ?

"ARTHIT!!!!" Teriak Toota naik 7 oktaf. Toota baru selesai membersihkan wajahnya dan memakai make up. Sekarang ia harus mengulang rutinitas 5 menit yang lalu.

"Maaf... maaf... tapi kenapa Kongpop ?" Tanya Arthit setelah minum segelas air putih.

"Tidak tahu. Pokoknya begitu melihatnya hatiku merasakan 'cesss'. Berdesir begitu."

"Jangan Kongpop, Toota. Kau tahu ia itu musuh besarku. " Toota mengangguk paham. Dia juga tahu siapa saja yang menjadi musuh Arthit.

"Hatiku sudah terpanah Arthit. Aku tak bisa memilih dengan siapa aku jatuh cinta."

"Omong kosong."

"Kau tak percaya akan cinta Arthit ?"

"Cinta ? Jika dia sejenis makanan, mungkin aku mau. Ayolah hidup ini masih banyak yang perlu diurusi selain hal cinta yang omong kosong itu." Toota menarik nafas dalam-dalam. Memang susah berbicara dengan Arthit soal cinta.

12. Arthit The CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang