Chapter 7

1.1K 212 16
                                    

Hari ke 10

Seseorang menghampiri toko bunga yang baru saja di buka. Pemuda itu tersenyum cemerlang seiring dengan sinar cerah di pagi hari.

"Pagi bibi..." sapa pemuda itu ramah.

"O.. Nong Kong, kamu datang pagi sekali, apa terjadi sesuatu sama Arthit ?" Tanya mae Arthit.

"Tidak bi, tidak terjadi apa-apa dengan Arthit. Aku kesini hanya mengambil buku yang pernah Arthit pinjam." Jawab Kongpop.

"Buku ? Arthit pinjam ? Sejak kapan anak itu belajar ?" Kata Mae bertanya bingung. Ia kenal anaknya itu malas belajar.

"Masuk saja Kong, bibi juga tak tahu buku yang mana yang ia pinjam. Kau naik ke lantai 2, kamarnya di sebelah kiri." Kata Mae Arthit mempersilahkan Kongpop masuk.

"Terima kasih bibi." Kongpop pergi sesuai petunjuk Mae. Sesampainya di sana, Kongpop tersenyum geli melihat hiasan pintu yang tertempel di pintu.

Pemilik : Orang ganteng
Tamu : Yang jelek tak boleh masuk.

"Karena aku ganteng, jadi aku boleh masuk." Kata Kongpop monolog sendiri lalu membuka pintu.

Arthit yang sedang tertidur, tak menyadari bahwa seseorang telah memasuki ruang privasinya. Kongpop menutup pintu dengan pelan hingga hanya menghasilkan suara yang pelan. Lalu berjalan jingjit mendekati Arthit.

"Morning Sunshine..." kata Kongpop berbisik di teinga Arthir. Spontan Arthit terlonjak bangun dan terkejut melihat Kongpop ada di kamarnya.

"Kenapa kau ada disini ? Bagaimana kau masuk ? Keluar sekarang !!" Bentak Arthit.

"Tidak bisa, aku sudah dapat ijin dari bibi." Kata Kongpop dengan nada seperti anak kecil menertawakan Arthit yang makin melotot marah.

"Hahaha...." Tawa Kongpop pecah. Jika Arthit jadi gunung berapi, mungkin saat ini laharnya sudah keluar menghanguskan Kongpop.

"Okay, bukan waktunya bercanda. Aku ingin kau ikut aku menemui seseorang." Kata Kongpop yang sekarang dengan wajah serius.

"Tidak mau! Kenapa aku harus menurutimu !"

"Ooo... begitu. Kalau gitu saat aku jaga nanti, aku akan membuka seluruh pakaianmu. Jangan tanya apa yang akan ku lakukan nanti." Kongpop menyeringai. Arthit pasti kalah.

"KAU! KAU! BAJINGAN! AKAN KU BERITAHU IBUKU AGAR MENGUSIRMU!! " teriak Arthit marah sampai 7 oktaf.

"Hmm... gimana caranya kau memberitahu bibi ? Hanya aku yang bisa melihat dan mendengarmu." Kongpop pura-pura berpikir.

"Argh!!! Okay, mau kemana ?" Kata Arthit geram. Jika ia bisa menyentuh, ia pasti akan membuat Kongpop babak belur sekarang juga.

"Ikuti aku." Kongpop pergi dan Arthit mengikuti dari belakang dengan berbagai macam ekspresi.

Kongpop menyapa mae Arthit dan mengucapkan selamat tinggal.

***

"Ini dimana ?" Tanya Arthit yang sudah mengikutinya 1 jam yang lalu. Kongpop memarkirkan mobilnya di depan sebuah restaurant.

"Ikuti saja aku." Kata Kongpop, Arthit melonjak bersembunyi di belakang Kongpop ketika melihar ada hantu tak berkepala.

Hantu takut sama hantu ? Sungguh hal yang lucu.

"Tetap di belakangku. Dia tak akan bisa menyentuhmu." Bisik Kongpop masuk ke dalam restaurant dimana Arthit masih menempel dan mengigil di belakangnya. Itu mungkin hantu ratusan tahun, auranya sungguh menakutkan.

Pelayan menyambut kedatangan Kongpop dan membawanya ke ruangan yang telah ia pesan. Dia duduk dan meminta Arthit untuk duduk di sampingnya.

"Mau makan ?" Tanya Kongpop. Arthti menatap seperti Kongpop orang paling bodoh, bagaimana roh bisa memakan makanan manusia.

"Jika aku memberikan padamu, kau bisa mencicipi rasanya saja. Bukan secara fisik." Jelas Kongpop. Maklum Arthit masih newbie jadi roh, jadi ia tak tahu kalau bisa makan.

"Tidak.." Arthit menolak karena gengsi.

"Okay, aku pesan dulu." Kongpop memesan berbagai jenis makanan padahal ia hanya seorang diri, sungguh boros!

"Ditunggu 15 menit Khun." Kongpop mengangguk mengiyakan.

"Kau kesini cuma mengajakku menontonmu makan ?" Tanya Arthit kesal. Kan dia juga ingin makan tapi gengsi.

"Hahaha... sebagian untukmu. Kau pasti rindu rasa makanan. Dan lagipula aku menunggu seorang tamu." Jelas Kongpop. Baru Arthit ingin bertanya siapa namun seseorang sudah membuka pintu itu. Tanpa perlu bertanya, Arthit tahu siapa yang di tunggu Kongpop.

"Maaf aku telat Kong." Sapa seorang wanita cantik yang berbalut gaun berwarna kuning, dengan anting-anting panjang menghiasi kedua telinganya.

"Aku juga baru datang May. Silahkan duduk." May tersenyum malu-malu, sang pujaan ada di hadapannya.

Arthit melirik Kongpop namun Kongpop hanya menepuk-nepuk lantai di sampingnya sebagai tanda agar Arthit diam.

"Mau pesan apa May ?" Tanya Kongpop ramah.

"Kau sudah pesan ?" Kongpop mengangguk. " Berarti aku tak usah memesan lagi. Aku akan makan apa yang kamu pesan saja." May ingin image yang baik di mata Kongpop.

Kongpop tertawa kecil. "Begitukah ? Aku rasa lebih baik kau memesan makanan kesukaanmu, mungkin ini terakhir kalinya kau bisa makan di restaurant mewah." May mengenyit mendengar kalimat bagian akhir itu.

"Apa maksudmu Kong?" Tanya May yang sudah membuang topeng wajah 'Baik'.

"May, aku tahu kau menyuruh seseorang untuk mencelakai Arthit." Arthit terkejut, ia tak menyangka bahwa May dalang atas kecelakaannya.

"Kau tak boleh menuduh seseorang tanpa bukti Kong."

"Jika rekaman suara dan ada saksi, bukankah itu bukti yang cukup May." Kata Kongpop sinis.

"Rekaman suara apa ?" May tak mau kalah, ia juga tak yakin Kongpop hanya mengertaknya.

"Rahasia. Hanya kita akan bertemu di pengadilan."

"Baik, kita akan bertemu di pengadilan. Kau tak bisa mengertakku. Walaupun aku suka padamu tapi kau tak bisa melakukan apa yang kau mau padaku." May bangkit dan pergi dengan membanting pintu.

"Dia ? Dalangnya ? Kau sungguh punya buktinya ?" Tanya Arthit bertubi-tubi. Apa motif May mencelakakannya.

"Biar aku yang urus semuanya. Kau hanya perlu bertemy dengan seseorang."

"Siapa ? Orang yang maksud iru bukan May ?" Tanya Arthit makin bingung.

"Tentu saja bukan, itu hanya menu pembuka saja untukmu. Setelah ini kita masuk ke menu utamanya." Makin Kongpop bicara , makin ia bingung.

Tak lama, seseorang pria paruh baya membuka pintu itu lagi. Kali ini Arthit benar-benar terkejut melihat siaoa yang datang.

"Kau sudah lama Kong ?" Tanya pria itu.

"Aku baru sebentar Pho." Jawab Kongpop. Mr. Suthiluck itu duduk di hadapan mereka.

"Sebenarnya apa yang kau mau bicarakan hingga mengajak Pho makan disini tanpa sepengetahuan ibumu." Mr. Suthiluck bingung, sejak kapan Kongpop jadi bersikap rahasia begini.

"Pho, Arthit ada di sampingku."

12. Arthit The CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang