Chapter 6

1.2K 213 30
                                    

Seseorang yang bukan manusia duduk gelisah di tatap oleh manusia lainnya. Mereka duduk di  sofa bersebelahan. Tentu saja yang bukan manusia itu merasa sangat risih dan canggung.

"Ke.. ke... kenapa menatapku ?" Tanya Arthit canggung. Ia bingung kalau ditatap dengan intens begini, terlebih lagi sama musuh besarnya.

"Sejak kapan kau berkeliaran menjadi roh ?" Tanya Kongpop langsung ke intinya.

"Itu bukan urusanmu!" Kata Arthit jutek.

"Katakan!"

"Tidak mau."

"Yakin ?"

"Iya."

"Arthit..." Kongpop menghela nafas, Arthit membuang muka tak mau menatapnya. "Jika kau tak mau bicara, kau lihat tubuhmu yang terbaring di sana itu." Kata Kongpop dengan nada mengancam.

"Kau! Kau! Si mesum! Mau apa hah!" Arthit sedikit panik mendengar ancaman Kongpop. Ia tak bisa membalasnya, sebagai roh ia tak bisa menyentuh benda atau makhluk hidup. Kalau begini, bagaimana mau memukulnya ?

"Mungkin ciuman di bibir tidak cukup, aku belum mencoba di telinga, di leher, membuat tanda di dadamu sepertinya menarik." Kongpop mneyeringai melihat wajah pucat Arthit yang bertambah pucat.

"JANGAN COBA-COBA, AKU TAK MAU DI SENTUH SAMA ORANG MESUM SEPERTI DIRIMU!!" Arthit melotot marah, ia akan mengutuk Kongpop menikah dengan hantu wanita seram itu jika ia berani melakukan hal tak senonoh pada tubuhnya yang terbaring tak berdaya.

"Hahaha... siapa yang kau ancam ? Kalau aku mau sentuh, kau bisa apa ? Menyentuhku saja tak bisa." Wajah Arthit yang sedang kesal sungguh terlihat imut.

"Jadi.. kau mau bekerjasama atau tidak ? Ini pilihan terakhir. Selebihnya aku tak akan segan-segan." Ancam Kongpop kedua kalinya. Arthit melirik Kongpop sebal, sungguh ia tak suka menjadi lemah dan tak berdaya.

"Seminggu yang lalu.." akhirnya Arthit menjawab meski enggan.

"Ceritakan padaku detailnya, dan jangan berani menyembunyikan hal sekecil apa pun itu."

Arthit mengigit bibirnya kesal, manusia arogan ini berani memerintahnya. Dengan tatapan mata yang hampir panas seperti air mendidih, ia menceritakan semua pada Kongpop termasuk si cupid bodoh itu dan si iblis dua tanduk. Reaksi Kongpop hanya manggut-manggut.

"Kau tinggal dimana selama ini ?" Tanya Kongpop, kali ini nada suaranya melembut.

"RUMAH!"

"Tinggal di rumahku saja."

"NO WAY!"

"Terserah kalau begitu. Waktumu tinggal seminggu, aku harus bertindak cepat." Kata Kongpop berbicara sendiri.

Ada hal yang ingin di tanyakan oleh Arthit namun ia ragu mengemukakannya. Ia hanya melirik dan membuang muka, lalu melirik lagi dan membuang muka lagi.

"Ada apa ?" Tanya Kongpop yang menyadari sikap aneh Arthit.

"Itu... itu...."

"Itu apa ?"

"Haha... kau tahu temanku Toota, ia suka padamu." Sebenarnya yang ingin ditanyakan Arthit bukan ini.

"Lalu ?"

"Kau harus mempertimbangkan perasaanya." Kenapa kau menyukaiku ?

"Jika aku mempertimbangkan perasaannya, apa kau akan mempertimbangkan perasaanku ?" Tanya Kongpop menatap mata Arthit dalam-dalam. Arthit terkejut, meski ia sudah tahu tapi ketika diucapkan langsung berhadapan seperti ini tetap saja membuat dirinya terkejut.

"Kenapa ?" Cicit Arthit dengan suara teramat pelan.

"Ada alasan di balik itu semua." Jawab Kongpop.

"Apa ?" Tanya Arthit penasaran. Apa soal pria itu ?

"Kau akan mengetahuinya jika sudah waktunya." Kata Kongpop lembut.

***

Kongpop pergi dengan sepeda motornya menuju ke arah sebuah pemakaman. Setelah memarkirkan motornya, ia berjalan mendaki bukit sedikit demi sedikit hingga tiba di suatu kuburan yang terukir dengan nama Tong Rojnapat.

"Daddy, aku datang." Kata Kongpop sambil menyerahkan seikat bunga melati di bawah baru nisan.

Kongpop menunggu dan sekelebat bayangan putih muncul di hadapannya. Lambat laun membentuk tubuh seseorang. Kongpop tersenyum melihat siapa yang datang.

"Kong..." jawab bayangan putih itu.

"Daddy..."

"Apa kabarmu Kong ? Kau sehat ? Ibu dan adikmu sehat ?"

"Aku sehat. Mae dan Chan juga sehat. Daddy, aku ada pertanyaan."

"Ini tentang Arthit ?" Kongpop mengangguk.

"Aku ingin mengembalikan roh Arthit ke tubuhnya, namun menurut cerita dari Arthit jika ia ingin kembali hidup, ia harus menyelesaikan sebuah tugas dalam dua minggu. Apa tugasnya ?"

"Tidak tak memberitahumu apa tugasnya ?" Kongpop mengeleng. Jika Arthit sudah dalam mode keras kepala, susah untuk mengorek informasi darinya. Itu yang membuat Kongpop kerepotan.

"Hahahaha... dasar anak nakal!" Pria itu tertawa terbahak-bahak, mungkin jika ia masih hidup perutnya akan melilit akibat tertawa seperti ini.

"Dad!!" Kongpop merajuk.

"Maaf, hanya saja ini terlalu lucu."

"DAD!"

"Baiklah, tidak tertawa lagi. Ia mendapat tugas untuk membuatmu merasakan jatuh cinta. Tapi sebenarnya bukan itu, aku ingin dia membuka hati tentang cinta dan kasih sayang. Walau di permukaan ia tak peduli namun di hatinya merindukan kebahagiaan. Selama ini ia sudah menderita berdua dengan ibunya. Jika ia merasakan kehangatan cinta dan kasih sayang, aku berharap jika saatnya tiba ia bisa menerima semuanya."

"Tapi kenapa hanya 2 minggu ? Itu terlalu sempit untuk memecahkan batu di hatinya."

"Kong, dia adalah roh yang pergi dari tubuhnya karena kecelakaan. Ikatan antara tubuh dan roh semakin menipis. Aku tak ingin ia menjadi roh jahat setelah 14 hari sejak berpisah dari tubuhnya. Aku harus membawa ia balik ke alamku sebelum hal buruk terjadi."

"Aku mengerti." Kata Kongpop lemah.

"Berusahalah, kebahagiaan keluarga Rojnapat ada di tanganmu Kong."

"Aku tahu. Aku akan berusaha. Thanks Dad, I miss you so much." Kata Kongpop pamit pergi.

"Kong..." panggil pria itu menahan Kongpop pergi. " berhati-hatilah dengan wanita di dekatmu."

"I know Dad." Teriak Kongpop lalu melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan.

"I love you, my son." Pria ity menatap kepergian Kongpop dengan mata penuh kerinduan. Ia tak bisa berada di sisi mereka namun ia selalu berharap kebahagian menyertai keluarga kecilnya dulu.

Seseorang muncul dari belakang pria itu dan mengagetkannya. "P'Pick, siapa anak muda itu ? Kenapa penampilanmu berbeda, tak ada tanduk." Tanya seseorang yang mengenakan jubah putih dengan sayap kecil di belakangnya.

"Itu anakku." Jawab Pick bangga.

"Apa! Aku berpacaran dengan seorang yang sudah mempunyai anak." Rome syok, selama ini ia mengira status Pick single.

"Bukan hanya satu, aku mempunyai dua anak. Di masa depan, kau harus membantuku menjaga mereka, karena mereka anak-anakmu juga. Bukankah kau calon istriku ?" Kata Pick mengacak rambut Rome yang masih bengong lalu pergi meninggalkannya.

"Ini namanya beli 1 dapat 3. P'Pick tunggu aku!!"

12. Arthit The CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang