Chapter 4

1.2K 213 20
                                    

Arthit berjalan melihat-lihat sekeliling di tempat yang persegi panjang ini. Kamar ini tergolong rapi, terlalu rapi menurut Arthit. Selimut dan bantal sudah tertata rapi di atas kasur, buku-buku berjajar rapi di rak gantung serta banyak stick memo di dinding.

Ada foto seorang anak dengan seorang pria dan wanita dewasa. Ia menatap foto itu dengan serius. Foto itu adalah foto keluarga yang bahagia.

Itu pria yang mengaku sebagai ayahnya tapi kenapa Kongpop memanggil pria itu ayah ?

FLASHBACK

"Pho..." seru Kongpop menghampiri seorang pria yang Arthit lihat kemarin malam di rumahnya.

"Kong.. kau baru pulang. Mae mu mencarimu." Kata pria itu mengusap sayang kepala Kongpop.

"Maaf Pho, Kong ada urusan tadi." Ucap Kongpop tersenyum. Arthit melihat jelas ada aura kasih sayang di antara mereka.

"Jangan pulang terlalu malam, Mae mu khawatir."

"Baik Pho."

"Ayo masuk, diluar anginnya kencang."

Jadi pria itu meninggalkan ibuku demi keluarga Kongpop ?? Tak bisa di maafkan!!.

Arthit mengikuti mereka masuk ke dalam. Tak akan ada yang tahu, toh sekarang wujudnya sebagai hantu.

FLASHBACK OFF

Arthit mengikuti Kongpop dari belakang dan ikut masuk ke kamar Kongpop ( Sekarang jd penguntit nih 😂😂😂 ). Sekarang ia sedang terduduk di kasur dan memikirkan  cara untuk mengetahui siapa yang disukai oleh Kongpop dan apa alasan Kongpop mencoba melindunginya seperti itu. Terlalu banyak misteri yang datang tiba-tiba hingga kepala Arthit pusing.

"Orang bodoh tetaplah orang bodoh." Rome muncul mendadak di hadapannya.

"SIALAN KAU!! Kau tahu rumah ini kenapa tak mau memberitahuku ?" Kata Arthit emosi.

"Itu namanya usaha. Kalau terlalu gampang itu tidak menarik lagi. Coba kau pikir kalau kau bermain game yang terlalu easy. Bukankah itu tak menarik." Rome sambil berekspersi menyebalkan.

"Itu game. Bukan hidupku."

"Anggap aja hidupmu sebagai sebuah permainan game."

"Misinya terlalu absurd."

"Tidak kok. Kau pemain dan Kongpop karakter utama. Bukankah wajar kalau karakter utama jatuh cinta seperti di drama Korea ?"

"Aku suka drama Thailand bukan Korea." Kata Arthit kesal melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya... ya... drama Thailand maupun drama Korea intinya sama. Yaitu pemeran utama pasti akan jatuh cinta. Cinta adalah intinya. Kau mengerti tidak sih ? Tapi aku ragu, kau kan hantu perjaka hahahahha...." ledek Rome lalu kemudian menghilang untuk menghindari pukulan dari Arthit.

"CUPID SIALAN!!!"

Tanpa Arthit sadari, pintu kamar mandi sudah terbuka. Menampilkan sosok Kongpop yang habis mandi. Rambut basah dengan air yang masih menetes ke wajahnya, perut yang mempunyai otot.. ehm... menganggumkan. Six pack loh ini six pack. Arthit melirik perutnya sendiri yang two pack.

Gak beda jauh ah...

Arthit memperhatikan Kongpop dari atas sampai bawah. Ia tak akan berasa malu karena Kongpop tak bisa melihatnya.

Kongpop berjalan membuka lemari pakaiannya dan mengambil satu baju dan boxer. Ia melepas handuk di pinggangnya dan memakai boxer dan bajunya dengan santai. Agak lama untuk ukuran orang memakai baju. Menurut Arthit.

Kongpop berjalan dan merebahkan dirinya di tempat tidur setelah Arthit menyingkir. Ia memejamkan matanya.

Daripada melihat ia tidur, lebih baik aku pulang. Besok aku akan kemari lagi untuk menyelidikinya.

Arthit mau melewati dinding yang menembus ke halaman tapi kamar Kongpop lantai dua. Ia juga tak yakin bisa terbang atau tidak. Karena baru 2 hari jadi hantu, ia lebih baik pakai cara normal yaitu keluar dari pintu dan menuruni tangga.

"Jangan pergi..." suara pelan yang mengusik telinga Arthit.

Apa Kongpop bisa melihatku ?

Sedetik kemudian Arthit mengelengkan kepala dan menertawakan dirinya. Tak mungkin Kongpop dapat melihat dirinya.

"Arthit...."

Arthit membalik badan dan melihat Kongpop tetap di posisi yang sama. Matanya juga masih terpejam. Arthit bocah yang selalu kalah dengan rasa penasarannya, ia mendekati Kongpop dan menyelidiki, Kongpop bisa melihatnya atau tidak.

Setelah beberapa langkah, ia tiba di samping tempat tidur Kongpop dan menatap Kongpop dengan serius. Menajamkan penglihatannya. Jika mata Arthit ada lasernya mungkin wajah Kongpop akan bolong saat ini karena tatapan Arthit. Ia juga mengoyangkan kelima jarinya namun tak ada reaksi dari Kongpop. Sengaja membuat suara batuk namun tak ada reaksi juga.

Hanya perasaanku saja.

Arthit berbalik badan dan ingin pergi.

"Kembalilah Arthit..."

Arthit sekali lagi membalikkan badannya. Ia melihat Kongpop berbicara dengan mata terpejam.

"Jangan pergi... kembalilah.."

"Kenapa aku harus kembali ? Kau itu musuhku!! Walaupun aku kembali itu tak ada hubungannya denganmu." Jawab Arthit, tak peduli Kongpop mendengar atau tidak.

Setelah menunggu satu menit tak ada jawaban.

Pulang, jernihkan otakku. Besok baru menyelidikinya kembali.

Arthit melangkahkan lagi kakinya menuju pintu. Ia sedang bersiap menembus tembok namun sebuah suara membuat bulu kuduknya merinding.

"Karena aku menyukaimu Arthit..."

Arthit berbalik dan melihat Kongpop sedang duduk dan menatap lurus ke arahnya. Bagaikan bertemu dengan hantu, Arthit kabur dengan seribu langkah.

***

"Bagaimana dia ?" Tanya seorang yang cukup tampan tapi menyeramkan. Ia mempunyai dua tanduk di kepalanya.

"Seperti biasa, bodoh akut." Jawab seorang yang imut dengan berpakaian jubah putih seperti dewa Yunani. Ada rangkaian mahkota bunga di sekeliling kepalanya.

"Hahaha... sepertinya tugas ini akan lama."

"P'Pick, kenapa kau menugaskan dia menggantikanku ?" Protes Rome. Ia bukan Cupid abal-abal, cukup banyak sepasang sejoli yang sudah ia persatukan.

"Anggap saja untuk membantuku membalas budi."

"Membalas budi ?" Tanya Rome bingung. Penguasa neraka tahu juga tentang membalas budi ?

Pick menjitak kepala kekasihnya itu. Walau Rome tak bersuara tapi Pick bisa mendengar isi hatinya.

"Penguasa neraka ìtu pekerjaanku. Bukan berarti aku ini jahat. Aku tahu mana yang benar, mana yang salah. Tapi ada kalanya aku tak tahu apa itu benar atau salah."

"Kenapa begitu ?" Tanya Rome penasaran.

"Ada hal yang aku tak mengerti apa yang kulakukan ini benar atau salah."

"Maksudnya ?" Pick mengeleng menjawab pertanyaan Rome.

"Jadi apa yang kau lakukan P'Pick ?" Rome mencoba mengganti versi pertanyaannya.

"Saat memilihmu menjadi kekasihku."

"P'PICK!!!" Rome menendang Pick lalu pergi menghilang. Pick tertawa, ia sendiri juga bingung kenapa bisa tertarik pada cupid satu itu.

Pick memandang langit malam dengan bulan yang menerangi gelapnya langit.

"Ini hadiahku untukmu..."

12. Arthit The CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang