Chapter 8

1.1K 195 10
                                    

"Arthit... dimana Arthit ?" Tanya Pho panik. Ia tak melihat siapa pun di ruangan itu selain Kongpop.

"Dia duduk di sebelahku. Pho tak bisa melihat karena ia dalam wujud roh." Jelas Kongpop yang membuat wajah Arthit berekspresi 'apa yang kau katakan'.

"Roh ? Maksudnya apa Kong ?" Tanya Pho makin bingung dan panik.

"Dia kecelakaan. Ada orang yang sengaja mencelakakan dia tapi aku sudah mengurusnya. Jadi pho tak usah khawatir." Kongpop menoleh ke Arthit " Arthit dia ayahmu."

Arthit terkejut sampai tak bisa berkata-kata.

"Kong... kau.. kau tahu.." kata Pho ragu-ragu.

"Tentu saja aku tahu, paman." Kongpop menekankan panggilan paman. Kongpop mempelajari perubahan wajah baik dari pria di hadapannya maupun pria di sampingnya.

"Sebenarnya aku bisa melihat roh, paman adalah penyelamat daddy pada saat kecelakaan itu namun aku tahu paman selalu bersama ayahku sebagai roh. Sampai daddy meninggal dan merelakan tubuhnya untuk paman. " jelas Kongpop. Nama asli paman itu adalah Tong Rojnapat. Selama ini ia berkeliaran menjadi roh mengikuti Pick Suthiluck. Sampai saat terakhir Pick yang hampir meninggal karena sakit, Pick merelakan tubuhnya untuk Tong seutuhnya. Tapi sejak masuk ke dalam tubuh Pick, Tong menjadi lupa akan masa lalunya. Ia baru mendapatkan ingatannya akhir-akhir ini.

"Benarkah ? Aku hanya ingat sekilas. Istriku Nam dan anakku Arthit. Tapi aku tak tahu yang lainnya." Jelas Tong.

"Arthit, ayahmu meninggalkanmu dan bibi bukan karena keinginannya tapi karena keadaan. Cintanya kepada keluargamu begitu besar, hingga ia dapat mengingatmu dan bibi." Kata Kongpop beralih melihat wajah Arthit yang masih kaku dan tak percaya.

"Aku... aku...." Arthit bingung, tak tahu harus berkata apa. Ia tak terbiasa dengan keadaan ini, di satu sisi ia merindukan sosok seorang ayah namun di sisi lain ia tak mudah percaya.

"Arthit ada di sampingmu Kong." Kongpop mengangguk. " Apa kau bersedia menjadi perantara antara dia dan aku ?"

"Tentu saja." Kongpop tersenyum cerah. Sesuai janji sama Daddynya ia akan membantu mengembalikan kebahagiaan keluarga Rojnapat.

"Arthit... maafkan pho. Maafkan pho yang menjadi tak berdaya. Tak bisa menjaga kau yang masih kecil dengan ibumu. Pho tak berguna, pho bukan pilar kalian namun pho mohon beri pho kesempatan kedua." Tong mengatakan dengan bibir bergetar, perasaannya campur aduk. Hatinya sakit jika mengingat istri dan anaknya berjuang sendiri namun ia juga bersyukur bahwa ia masih bisa bertemu dengan mereka lagi walau dengan wujud yang berbeda.

"Be.. benarkah kau pho ?" Tanya Arthit, ia sudah lupa sosok pho dalam ingatannya. Bahkan di rumah tak ada satu pun foto ayahnya.

Kongpop menyampaikan perkataan Arthit.

"Benar." Tong mengangguk.

"Aku belum percaya. Mana buktinya "

"Ada sebuah puisi yang aku persembahkan untukmu.

Rasa dingin salju.
Rasa takut kegelapan.
Rasa kesepian sang rembulan.
Hanya matahari yang memberi kehangatan.

Apa kau ingat puisi ini ?" Tanya Tong. Sewaktu Arthit lahir, Tong memberikan puisi ini sebagai tanda kelahiran anaknya, tulisan itu di kaligrafi dan di pasang menjadi hiasan dinding ruang tamu.

"Itu.. kata-kata di hiasan ruang tamu." Kata Arthit mengingatnya, dulu Arthit hampir saja memecahkan hiasan itu karena bermain bola di ruangan. Ia dimarahi ibunya selama 2 jam dan di beri nasihat bahwa hiasan itu adalah benda berharga, tanda kelahirannya.

"Dia ayahmu Arthit." Kata Kongpop mencoba menghapus keraguan Arthit.

"Jadi.. jadi.. pho tak meninggalkan kami demi wanita lain hu... hu... jadi pho tak selingkuh..." kata Arthit terbata-bata seseungukkan.

"Secara fisik pho adalah Pick Suthiluck dimana pho harus menjaga keluarganya. Tapi secara jiwa pho adalah bagian keluarga Rojnapat. Dimana pho juga berkewajiban menjaga kalian." Jelas Tong dengan penuh kasih sayang. " pho menyayangimu Arthit dan pho juga menyayangimu Kong."

"Lalu.. harus bagaimana ?" Sekarang Arthit bingung, ia paham kesusahan ayahnya. Di mata dunia dia adalah kepala keluarga Suthiluck namun di hatinya ia adalah kepala keluarga Rojnapat.

"Itu hal yang mudah." Kata Kongpop yang membuat kedua orang lainnya terkejut. " kita tinggal bersama saja."

"Ehhhh ???"

"What????"

"Kita bisa bicara pada mae dan bibi. Walau kisah ini agak istimewa namun aku yakin hati mereka akan menerimanya."

"Kau yakin Kong ?"

"Iya."

"Lalu Arthit ?"

"Bagaimana pendapatmu Arthit ?"

"Kita coba saja." Ia tak mau ibunya sendirian. Walau aneh, setidaknya ia tahu ada yang menjaga ibunya jika ia tak bisa kembali.

"Kalau begitu, mari kita pergi memberitahu mereka." Kata Tong merasa cemas namun bersemangat. Ia tak perlu hidup dalam kepalsuan lagi.

"Tapi ini buruk bagiku." Kata Kongpop sedih.

"Kenapa / kenapa ?" Tanya mereka berbarengan.

"Apa nanti kalian mengijinkan aku menikahi Arthit ? " tanya Kongpop gelisah.

Arthit : !#$$&÷*×@*

Tong Rojnapat : (○.○)

12. Arthit The CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang