Chapter 5

1.2K 220 26
                                    

Arthit merasa gelisah dua hari terakhir ini. Sejak pengakuan Kongpop entah ia sadar atau tidak, tapi sejak itu Arthit tak berani menemui Kongpop. Ia takut, jika Kongpop bisa melihatnya, ia harus bagaimana ? Jika Kongpop hanya mengigau, ia juga tak tahu harus bagaimana ?

Kondisi hati Arthit seperti bermain trampolin, ia menganggap dirinya berada di kaki gunung berapi yang siap memuntahkan laharnya atau ia ada di dasar laut yang gelap dan dalam membuatnya susah bernafas.

Kenapa kau menyukaiku !!

Dari seribu kemungkinan, Arthit belum mendapatkan jawaban kenapa Kongpop menyukainya.

Hari ini genap hari ketujuh, sudah seminggu ia hidup sebagai roh yang tak tentu arah.

Ia senang karena tugasnya mendapatkan titik terang tapi kenapa harus ia yang menjadi objeknya ?

Aku tak menyukaimu... kau musuh terbesarku.

***

Arthit mengikuti mae yang pergi membawa rantang makanan, ia tak tahu mae akan pergi kemana. Ia memilih pergi bersama mae daripada memikirkan si Kongpop sialan itu!.

Mae memakai baju yang apik, kelelahan tampak sekali di wajahnya yang cantik, walau ada kerutan di kedua mata dan dahinya, tetap saja Mae paling cantik.

Arthit selalu berdiri di samping mae , entah itu saat berjalan atau pun saat duduk di bus. Bahkan ia mengeluarkan aura dingin untuk mengusir orang yang ingin duduk di kursi yang ia duduki. Bahkan ada orang yang bilanf kursi di samping mae berhantu.

Arthit menatap bingung, ini adalah rumah sakit. Plangnya saja sudah jelas dengan kata tebal warna biru 'RUMAH SAKIT'. Mae masuk ke dalam, walau bingung ia tetap setia mengikutinya.

Siapa yang sakit ? Atau apa ibuku sakit ? Arthit menjadi khawatir. Ia berdoa semoga mae hanya menjenguk orang bukan memeriksakan penyakit dirinya.

"Selamat siang, bagaimana keadaanmu ?" Sapa seorang suster yang sepertinya akrab dengan mae.

"Siang suster, keadaanku seperti biasa." Jawab Mae pelan.

"Menjaga orang sakit memang perlu, namun menjaga kesehatan diri sendiri juga penting. Ini perjuangan yang panjang, jangan sampai ibu jatuh sakit. Nanti siapa yang akan menjaganya." Kata suster itu memberi nasihat. Mae tersenyum, ia menghargai nasihat dari suster ini.

"Terima kasih. Namun aku tak sendiri, ada seseorang yang membantuku merawatnya."

"Oo.. begitu. Apa si pemuda tampan itu ?" Kata suster, karea akhir-akhir ini di suster station heboh karena kedatangan pria tampan.

"Benar. Dia memang sangat tampan. Lebih tampan dari anakku. Hahaha..."

Siapa yang lebih tampan dari aku ? Mae kau membela orang luar bukan anakmu sendiri.

"Jangan bilang begitu, nanti dia sakit hati mendengarnya." Suster itu berkata mengingatkan tapi ia juga tertawa.

"Anakku manis bukan tampan." Kata Mae bangga.

*faceplam 🤦‍♂️🤦‍♂️.

Setelah mereka tertawa dan Arthit cemberut, akhirnya suster itu mengundurkan diri.

Kerja, sana kerja. Jangan bergosip.

Arthit masih mengikuti Mae sampai tiba di ruangan 0062. Mae membuka pintu, tampak seorang pemuda yang dibahas mereka sebagai orang yang tampan tapi Arthit malah muak melihatnya dan ingin muntah.

"Selamat siang bi." Sapa Kongpop yang membantu mengambil rantang dari tangan mae.

Sok sopan! Ular berbisa!

"Siang nak Kong. Apa kau sudah makan siang ? Aku membawa ini untukmu." Mae membelai lembut kepala Kongpop. Arthit membuat gerakan muntah.

"Terima kasih bi. Maaf merepotkanmu."

"Tak apa. Kami juga sudah menyusahkanmu. Aku benar-benar terbantu saat kau menawarkan diri untuk menjaganya."

Menjaga ? Siapa yang sakit ?

Arthit menoleh, ingin tahu siapa  orang yang mereka jaga. Apa yang di pikirannya berbeda dengan kenyataan. Mae dan si.. pip... menjaganya. Orang yang terbaring itu adalah aku.

Aku masih hidup ?

Benar ?

Ini sungguhan ?

Tapi kenapa aku di bawa ke nereka ?

"Dasar iblis bertanduk, aku ini masih hidup malah di sidang."

Selagi Arthit masih asik dengan kutukan-kutukannya sendiri, tak di pungkiri ia senang mengetahui ia masih hidup tapi ia juga sedih, karena ia terbaring koma dan menyusahkan mae.

"Berjuanglah..." suara itu mengagetkan Arthit, ia berbalik dan mendapatkan Kongpop menatapnya. Bodohnya dia, Kongpop melihat tubuhnya yang di belakang dia. Arthit mengetuk kepalanya sendiri dan mengeleng bodoh.

"Jangan di ketuk, nanti sakit." Spontan, Arthit mundur beberapa langkah, matanya membesar, mulutnya terbuka dan badannya menjadi kaku saking terkejutnya.

"Hahaha... tutup mulutmu. Jelek sekali." Arthit memejamkan matanya berkali-kali. Ini bukan halusinasi kan ?

Arthit melihat sekeliling dan tak ada mae disana.

"Bibi pergi bertemu dokter." Kongpop menjawab rasa penasaran Arthit. " Kenapa kau tak bicara ? Kata kutukannya sudah habis ?"

"Kau.. kau... bisa melihatku ?"

"En..."

"Arthit..." panggil Kongpop bergerak maju. Arthit semakin mundur membuat Kongpop menghentikan langkahnya.

"Aku senang kau kembali. Walau sekarang hanya berbentuk roh, Apa kau tahu bagaimana caranya ?" Tanya Kongpop. Ia akan mencari berbagai macam cara agar Arthit kembali hidup.

Aku tahu. Tapi aku tak akan bilang. Mana mungkin aku bilang, caranya adalah agar kau jatuh cinta.

"Hmmm..." Kongpop mengerak-gerakkan jari telujuk di dagunya dan berpikir. " cara ini boleh di coba."

"Cara apa ?"

"Dongeng putri tidur."

Arthit menatap kosong, mencerna apa yang di maksud Kongpop. Selagi Arthit bengong, Kongpop sudah berdiri di samping tubuhnya.

"Kiss the prince." Kongpop mencium bibir Arthit.

!$$*÷£@&^@&&!*(

KONGPOP SIALAN !!! ORANG MESUM !!!

12. Arthit The CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang