"Haru-san."
"Haru-sama."
"Haru-kun."
"Haru-niichan."
"..."
"M-muri! Aku tidak bisa menelpon Haru-san dengan panggilan seperti itu!"
Gadis bersurai hijau yang bernama Momosaki Hina itu tengah menggelengkan kepalanya, menutupi wajahnya yang sudah senada dengan kepiting rebus menggunakan bantal.
Berulang kali, Hina mengulang-ngulang panggilan apa yang cocok untuk Haru. Biasanya ia memanggilnya dengan akhiran '-san'. Tapi kali ini berbeda.
Tahun telah berganti...
Umur mereka telah bertambah...
Terlebih lagi, mereka juga makin dekat dari hari ke hari.
Bukankah harus ada perkembangan mengenai hubungan mereka? Tidak hanya berhenti di hubungan kakak adik zone 'kan?
Helaan nafas pasrah Hina keluarkan, tak tahan lagi dengan keadaan menyiksa ini. Ia melirik pada gadis bersurai kuning yang menginap di kamarnya. Tak lain merupakan partner-nya.
Biasanya kalau melihat keadaannya yang seperti ini, pasti si kuning itu akan mengomel atau tidak memberikan saran.
Hanya saja, Hina tidak ingin mengganggu tidur lelap gadis itu. Barangkali saja ia sedang memimpikan pemuda berkelahiran bulan yang sama dengannya 'kan?
Drrt drrt...
Iris Hina bergulir pada sumber getaran yang tak lain berada di dekatnya. Ia mengerjapkan matanya ketika mendapati nama familiar yang selalu membuat dadanya berdegup kencang.
Dengan cepat, ia menjawabnya.
"Moshi-moshi, Hina-chan?" sahut suara di seberang sana, tentu saja siapa lagi kalau bukan Haru.
"H-ha'i, Haru-san?"
Sial, walau tidak bertatapan seperti ini, ia masih tidak bisa saja mengatur detak jantungnya yang mulai cepat. Apalagi suaranya yang gelagapan. Hina merutuki dirinya, sungguh.
Haru tertawa renyah, mendengar suara gugup gadis itu.
"Belum tidur yah? Tidak baik lho, apalagi kau masih dalam masa pertumbuhan."
Hina hanya merenggut kesal, tidak terima dengan perkataan Haru yang seakan tidak langsung mengatakan bahwa dirinya masih 'kecil'.
"Haru-san, aku sudah bukan anak kecil lagi...."
Kekehan pelan menjadi balasan bagi gadis itu, "Aku tau kok. Ah, sedang apa?" Haru berbasa-basi.
"Hanya..."
Hina menggantungkan perkataannya lalu menatap langit, "Ehm, bukan apa-apa. Haru-san sendiri, sedang apa?"
Bukannya menjawab, Hina malah bertanya. Membuat Haru yang notabene sedang berada di dekat jendela, menengadah, menatap langit.
"Sedang berharap kalau bintang jatuh akan turun dan membuat harapan Hina-chan menjadi nyata, haha."
Saat itu, iris Hina tak sengaja mendapati bintang jatuh, membuat wajahnya memerah.
"J-jadi... aku boleh memanggil Haru-san dengan suffiks '-kun'?"
"Eh?"
Yah, siapa sangka perkataan pria berkacamata itu menjadi kenyataan dan juga menjadi harapan bagi gadis berkelahiran maret itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Upon a Star ↠Tsukiuta [✓]
Fanfiction"Ah, bintang jatuh!" Sebuah bintang jatuh terlihat di angkasa, membuat para insan yang melihatnya di bawah atap beralaskan langit, ingin segera memanjatkan harapan. Apakah keinginan yang mereka ingin agar terkabulkan? [Tsukiuta Men x Women] Art © Ji...