[Shimotsuki Shun x Tendouin Tsubaki]

94 12 1
                                    

"Hajime-sama itu punyaku."

"Tidak, Hajime itu punyaku."

"Siapa bilang? Itu hanya khayalanmu saja. Hajime-sama itu punyaku." Tsubaki ngotot.

"Fufufu, punyaku. Lagipula itu juga bukannya khayalanmu, Tsubaki-himesama?" Shun juga tak mau kalah.

"Tidak. Punyaku."

Kedua albino itu bertengkar, memperebutkan sesuatu yang bahkan bukan milik mereka sama sekali.

Jengah yang lain melihat tingkah perwakilan November itu. Sudahlah, mereka berdua sama saja, sama-sama wibu Hajime, jadi penonton hanya bisa mencoba memaklumi mereka.

Cukup lama mereka bertengkar. Salah satu alasan yang lain kenapa para member tidak ingin memisahkan mereka...

Takut kena santet---

"Baiklah. Kita hentikan saja pertengkaran bodoh ini." Tsubaki yang pertama kali menyahut, entah karena ia merasa risih atau lelah. Siapa yang tau.

Shun hanya menanggapinya dengan senyum, "Fufufu~ baiklah~"

Mereka berdua terdiam, adegan langka memang. Berkutat dengan pikiran masing-masing, lalu sebuah ide terlintas di kepala Shun. Tau sendiri bukan, bahwa di pria putih itu idenya tidak waras semua.

Senyum lebar terpampang jelas di wajahnya, membuat siapapun yang melihatnya semakin curiga--was-was dengan seringaian aneh itu.

Tolong, Shun senyum biasa saja sudah mencurigakan apalagi senyum seperti ini.

"Malam ini, mari kita menghitung bintang jatuh, Tsubaki-himesama. Siapa yang paling banyak hingga hujan meteornya berakhir, dialah yang menang. Setuju?"

Mendengar ide brilian--menurut Tsubaki--itu, senyum puas tercetak di wajah gadis November itu.

"Boleh juga."

Dan berdasarkan kedua kata itu, mereka memutuskan untuk berada di atap sembari ditemani dengan secangkir teh layaknya mengadakan perjamuan di bawah langit berbintang.

Mereka menunggu agar hujan meteor segera tiba.

Tak butuh waktu lama, senyum miring disunggingkan oleh Tsubaki. Tangannya menunjuk ke udara, terarah pada suatu benda langit yang bersinar.

"Satu."

"Fufufu, di belakangmu ada tiga."

Yah, sembari berhitung ; memohon agar lebih dekat dengan Hajime dan sepertinya dalam pertandingan ini dibumbui oleh sihir. Toh, keduanya sama-sama memiliki keterkaitan dengan dunia bukan manusia itu.

Yang melihat mereka berdua hanya bisa menghela nafas sembari berujar, "Harapan permohonan saja mengenai Hajime, dasar wibu memang."

Hm, tapi siapa sangka sesama wibu akan sedekat ini hanya soal meminta pada bintang?

Wish Upon a Star ↠Tsukiuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang