Ku beri tahu sedikit tentangku.
Aku itu hanya gadis sederhana yang tidak pernah memakai perias wajah atau bedak sekali pun. Mempunyai wajah yang biasa-biasa saja dan rambut hitam bergelombang yang cukup panjang.
Tidak ada yang istimewa dariku.
Tapi aku sekarang mengerti mengapa gadis yang terkesan tidak mempunyai apa-apa sepertiku malah seakan diperebutkan oleh dua pria tampan.
Aku mengerti tentang Jimin. Aku mengerti tentang siapa diriku.
Dan Jimin bukanlah sesorang yang aneh, melainkan buas.
•••••
Kami bertiga sedang dalam perjalanan menuju rumah Jimin. Taehyung sempat marah karena dia yang harus menyetir dan aku serta Jimin malah bersantai di kursi belakang.
Di tengah perjalanan itu juga, aku tidak henti-hentinya diberi rayuan oleh Pria Jeruk di sampingku. Seiring rayuan itu terlontar dari bibir ranum Jimin, sebanyak itu pula Taehyung berdecak tak suka. Mengomel dengan bahasa yang tidak ku mengerti.
"Nanti mau makan apa, Seul? Biar aku yang masak." Ucap Jimin yang bersandar di bahuku. Awalnya aku marah karena kepalanya itu bertumpu di bahuku tanpa permisi. Tapi, ya mau bagaimana lagi? Jimin tetaplah manusia dengan kepala sekeras batu.
"Jangan mau, Seul. Dia pasti menaruh racun di makananmu."
Jimin yang duduk tepat di belakang Taehyung pun langsung mendaratkan kepalan tangannya di kepala Taehyung dengan penuh tenaga.
"Mana mungkin aku meracuni calon istriku sendiri, huh?"
Rayuanmu itu basi, Jim.
"Bicara saja sana sama anjing peliharaan bibi Nam."
Aku hanya menggeleng pasrah. Sudah kenyang aku dengan rayuan mereka. Kadang aku bertanya, berapa banyak stok rayuan yang mereka punya?
"Kau kenapa diam saja, Seul? Lelah?" Tanya Taehyung di sela-sela kegiatan menyetirnya.
"Aku tak apa."
Susana terasa semakin jenuh dengan berpuluh rayuan yang Jimin pula Taehyung lontarkan. Aku teringat akan pemberian Taehyung tadi sore. Ku ambil bungkusan permen yang ada di kantongku dan memasukkannya ke dalam mulut setelah bungkusnya terbuka.
Rasa manis khas permen dan kopi menyeruak di seluruh rongga mulutku. Namun, tidak hanya rasa manis saja yang ku rasakan. Ada rasa lain dan itu cukup terasa aneh di mulutku.
Biarlah, yang penting permen ini enak.
"Kau mau?" Tawarku pada Jimin yang masih asik bertumpu pada bahuku.
Jimin melirik bungkusan permen yang ku genggam lalu menggeleng lemah. "Tidak suka kopi."
Setelahnya, yang ku lakukan hanya menyingkirkan bungkus permen itu dari hadapan Jimin dan diam.
Tak lama berselang, kami sampai di sebuah mansion tua dekat pinggiran Seoul. Jimin tinggal di sini?
Jimin dan Taehyung turun lebih dulu, melihatku yang setia berdiam diri di kursi penumpang.
"Kenapa, Seul? Ayo masuk, udara semakin dingin di luar."
Aku menoleh. "Ini rumahmu?"
Pria Jeruk dan temannya itu mengangguk serentak. Sebenarnya aku masih tidak yakin dengan hal itu. Apa iya, pria setampan Jimin tinggal di tempat tua seperti ini?
"Ayo." Jimin menarik tanganku. Mau tidak mau aku harus bangkit dari dudukku dan melangkah ke luar mobil.
Taehyung bertugas menutup pintu mobil, Jimin menggandeng tanganku. Membawaku masuk ke dalam mansion tua miliknya.
Hal pertama yang ku tangkap dalam obsidianku adalah sofa usang berwarna abu. Beberapa pernya sudah mencuat keluar.
Tangan Jimin berpindah posisi, yang tadinya ada di pergelangan tanganku, sekarang malah asik melingkar di pinggangku.
Aku cukup tidak mengerti dengan situasi saat ini. Aku ingin protes padanya, tapi mulutku seakan menolak permintaan otakku.
"Selamat datang di rumah barumu, Ahn Yeseul."
Jimin melangkah mendekat, ia tepat berada di depanku. Kepalanya semakin merunduk menyamakan milikku.
"Jangan merayu lagi, Jim. Aku sudah lapar." Itu Taehyung. Aku tidak tahu apa yang sekarang tengah dilakukan Si Surai Cokelat itu di belakangku. Kepalaku tak kuasa untuk menoleh sedikit pun.
Jimin terkekeh, masih menatapku dengan seringaiannya yang penuh makna. "Sabar, Tae. Jangan buat Yeseul takut."
Ku dengar Taehyung berdecih, lalu yang selanjutnya terjadi adalah tangan Jimin yang terlepas dari pinggangku. Aku terjatuh karenanya, tubuhku sudah tidak dapat ku kontrol lagi. Apa yang sebenarnya tengah terjadi di sini?
"Kau sudah terlalu lama bermain dengannya, Jimin, dan aku sudah tidak kuasa menahannya lebih lama lagi."
Ku tatap dua pria yang menjulang di hadapanku. "K-kenapa?" Suaraku terdengar lirih, hampir hilang entah karena apa.
Taehyung maju, merundukkan tubuhnya lalu mengusap rambutku dengan senyum manis yang terpatri di bibirnya. "Biar ku beri satu rahasia tentangku dan Jimin,"
Aku melirik Jimin, yang ia lakukan hanya tersenyum lebar sampai deretan giginya itu terlihat.
Kembali ku tatap Taehyung yang setia pada posisinya. Ia mendekat, menaruh belah bibirnya tepat di samping telingaku. Ia berbisik lirih, "aku adalah harimau, dan Jimin lah hyenanya."<>
•••••
Mereka sejenis? Ngga kok 😂
Tuh kata Tae mereka beda spesies. Yang satu anjing hutan, yang satu lagi kucing besar hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
BETOVEREN | √ |
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Betoveren; Pesona Ahn Yeseul telah jatuh ke dalam jurang pesona yang Jimin punya dan ia tak dapat bebas dari hal itu.