BAB 18 (busan, kehilangan kamu)

351 42 2
                                    

Aorta, save me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aorta, save me
.

.

.

Busan, missing you


"eonni, kenapa kamu akan ikut berpartisipasi menjadi relawan disana?!. Bagaimana denganku!??"

Irene mengemasi semua barang dan kebutuhan untuk persiapan menjadi relawan di sebuah acara amal daerah busan. Yerin yang terus mengomel karena dia di tinggalkan oleh gurunya, merasa bahwa dirinya akan  gagal karena pembimbing study nya yang berbeda.

"yerin, sampai kapan kamu akan bergantung kepadaku. Mulai sekarang kamu akan ku serahkan kepada pengampu lain. Ssem hanya beberapa bulan disana. Tidak lebih dari setahun"

"Tapi kenapa tiba - tiba ssem?. Apa alasanmu untuk menjadi relawan disana?"  yerin yang terus protes kepada gurunya, sedangkan irene hanya diam tidak membalas perkataan muridnya tersebut.

"Sesekali melakukan perbuatan yang baik apa salahnya sih yer?"

"tidak ada yang salah sih ssem. Tetapi kamu pergi terlalu mendadak"

Irene bangkit dari ranjang nya. Dia berdiri ikut menghampiri tempat yerin duduk di sebuah sofa kecil antara ranjang irene dengan meja komputer.

"yerinah... Kamu sudah hebat tanpa bimbingan dari eonni, asah kemampuan mu dengan sungguh - sungguh. Mengerti?"

"Tapi dokter Yang hyun suk sangat galak"

"galak tidak nya seseorang berpengaruh untuk mengasah kemampuan. Tunggu sampai eonni kembali ya" yerin hanya bisa mendesah perlahan dengan keputusan gurunya itu, irene yang sebenarnya hanya ingin pergi menjernih kan fikiran dan
Mengingat masa lalunya di busan, dengan tinggal di rumah ayahnya dulu.

Begitu pun dengan pria malang , kesepian yang kalah dari permainan. Meskipun begitu mino berusaha bangkit dari keterpurukan rasa cinta nya itu. Dia harus mulai bangkit , meskipun fikirnya masih selalu teringat akan imagine irene. Dia mulai mengalami halusinasi. Seakan ada seorang hantu cantik dengan pakaian putih sedang berlari - lari mengelilingi rumah nya itu. Dan puncak bayangan itu terlihat, ketika di dapur. Dia bisa melihatnya dengan jelas, kaki kecil tanpa celana dengan berpakaian kaos kebesaran milik mino. Rambut di sanggul ke atas seperti yang mino sangat suka. Mino mendesah lagi dengan lelahnya karena hal itu sangat mengganggu .

"Berhenti lah mengganggu ku!" ucap mino sambil berteriak. Mino yang sedang duduk menatap layar tv besar nya , juga tak luput dari gangguan imagine dari irene. View itu berubah menjadi padang rumput  lagi,  ruangan ini menjadi lembah dengan  warna - warni nya bunga mengelilingi dia yang sedang duduk. Suara gemericik air juga membuat damai. Irene tersenyum ke arah mino dengan cantik. Mino hanya terlihat shock dengan apa yang terjadi pada dirinya.

"Jebal!. Pergilah!! Hushh hushhh. Apakah aku harus menyebar garam ke arah mu?. Auhhhh!" ucap nya mengerutu. Ruangan itu berubah lagi. Mino bangkit dari duduknya sambil mengerakan tanganya kedepan dan belakang.

Kehangatan malam yang dulu bersama dengan irene, sekarang di gantikan oleh coffe yang ada pada tangan nya. Dia sedang berdiri di antara lorong - lorong kaca yang bisa melihat pemandangan di luar dengan sedikit salju turun seperti kapas terbang terbawa oleh angin. Sambil menyeruput coffenya, mino berjalan ke arah piano putih. Lagi - lagi imagine irene datang  dengan senyum khas yang ia miliki.

"Setidaknya pakai lah baju bagus rena. Hampir 5 bulan kamu tinggal disini dan bayangan mu belum bisa keluar. Apakah itu benar kamu?". Mino mendekati piano itu serta ingin menggapai bayangan irene. Namun  tiba - tiba itu menghilang begitu saja pergi dengan sangat cepatnya.

"Aku sudah gila ternyata!" ucap mino. Matanya masih melihat dan menatap piano putih yang kosong tersebut. Meninggalkan begitu banyak alasan kenapa dia tidak bisa melupakanya , Dia terdiam dan menyeringit dengan sebuah senyuman kecut. Mengambil handphone dari sakunya . Mencoba menelfon seseorang.

"Hyeong!. Kirimi aku nomor dokter mu"

"Kenapa? Apa banyak fikiran akhir - akhir ini?"

"Aku takut aku gila!"

"Waeyo?! Wae geure?" ucap seseorang yang sedang di telfon oleh mino.

"Aku merasa ada seorang sosok yang membeci diriku. Dia selalu bergantayangan di rumahku dengan kaos putih tanpa celana"

"TuuuuuT"  panggilan pun terputus.  raut wajah kesalnya muncul, Mino langsung meletakan americano yang ia pegang di atas meja dan bergegas menuju ke lantai atas. Di depan kamar irene, dia menutup mata dengan sangat lama dengan perasaan yang was-was dia membuka pintu itu berharap semua ini hanya sebatas mimpi. Saat dia melihat tidak ada seseorang disana. Mino masih berdiri membeku, dan sadar bahwa seseorang itu benar - benar telah hilang.

     ©©©

|Bertemu, tapi terlalu ragu|

Pada pagi hari, dengan langkah kaki berat. Seorang wanita menunggu bus dengan wajah merah akibat dingin. Syal yang tebal menutupi sebagian wajah nya. Dan saat dia bernafas , uap itu akan timbul kembali lagi ke udara. Ditempat yang sama, Seorang pria sedang  duduk di dalam stasiun kereta. Tas hitam yang ia peluk serta headphone melingkar di leher. Tidak mempunyai teman berkomunikasi , dia seperti robot yang berbicara dengan alat kotak di dalam genggaman tangan nya. Si wanita masuk bus dan turun di exit nomor 5, Masuk lagi ke dalam lorong menuruni anak tangga, dan si pria berdiri ketika KTX arah busan tiba dihadapan mereka. Dua sejoli itu masuk hampir bersamaan di pintu yang berbeda. Terlihat tempat si wanita sangat penuh. Dia berjalan ke arah si pria yang duduk di tempatnya sendiri. Si wanita juga masih mencari tempat duduknya. Dengan koper besar di tangan kiri dan membawa tas di lengan kanan, masih berusaha menerobos untuk bebas berjalan di antara orang - orang. Dia melewati mereka dan sampai lah dia berhenti di depan si pria  yang duduk sendirian. Mata nya saling bertemu, mereka tahu satu sama lain. Kedua sejoli itu adalah mino dan irene. Irene merasa bahwa waktu itu berhenti, kereta api ini telah berubah menjadi taman bunga. Mino juga melihat irene dengan ekspresi biasa karena berfikir itu adalah imagine bagian dari khayalan nya. Irene dengan susah payah mengatur ekspresi nya agar tidak menangis. Mereka hanya duduk satu batas blok yang memisahkan kedua pasangan menyedihkan itu. Ketika irene berjalan , tas panjang yang ia pakai jatuh terkulai pada lengan milik mino. Mino merasakan itu, Ekspresinya berubah . Dia bisa merasakanya Berfikir sejenak bahwa itu nyata . Mencoba untuk tenang, mino tetap diam dan tidak berkata apapun,  itu membuat irene nampak terluka. Nafas yang terengah - engah serta isakan yang dia tahan, irene hanya bisa duduk sambil melirik mino dari belakang Secara diam - diam. Mino masih tetap acuh menutup mata serta memakai headphone nya lagi. Irene mendesah pelan, berbalik dengan cepat ke arah depan menutup wajah nya yang hampir menangis karena pertemuan singkat tersebut. Sejak 1 minggu mereka berpisah. Dan 2 jam mereka dipertemukan di tempat yang sama. Saat kereta berhenti , irene dengan semua yang telah ia siapkan , termasuk mental serta kata - kata, ingin menemuinya terlebih dahulu untuk mengajak dia berbicara. Namun mino dengan cepat dan tergesa - gesa pergi meninggalkan  handphonenya yang terjepit di antara bangku tempat ia duduk. Irene terlambat , dia hanya bisa mengambil handphone itu dengan sedikit bergetar pada tanganya. Irene menatap handphone bermerek iphone x itu. Dia tidak tahu bahwa ada harta yang tersimpan pada handphone tersebut.

Bersambung.

Perfect partnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang