BAB 23 (Mino, kamu jahat!)

463 52 19
                                    

Aku berlari di belakang mino yang terlebih dahulu meninggalkanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berlari di belakang mino yang terlebih dahulu meninggalkanku. Di sana keadaan jinwoo sangat mengenaskan karena luka yang ia terima. Mino bergetar dan berteriak kepada salah seorang pekerja untuk menelfon ambulans. Tetapi aku sadar luka di leher dan perut mungkin sangat parah karena jinwoo terlihat tidak bernafas. Mino hanya melihat jinwoo dengan bingung, tanganya bergetar terus menerus dengan sedikit bahu yang turun naik karena nafas yang tidak teratur. Aku menyuruh dia untuk duduk dan membantu.

"minoya, duduk lah di samping jinwoo dan tutup luka pada leher dengan lembut, jagan di tekan. Itu bukan di pembuluh darah. Jinwoo harus bisa bernafas dulu saat ini" ucapku dengan nada lembut agar mino tidak panik. Aku melirik salah satu ahjussi dan meminta tolong kepadanya untuk mencari alat pertolongan pertama di bagian medis.

"Mungkin terjadi kerusakan di liver atau jantung karena benturan trauma jadi aku harus melakukan pertolongan pertama terlebih dahulu"  ucap ku sambil membuka kotak perlatan pertolongan pertama. Aku memeriksa denyut nadinya dan  ternyata masih normal. Aku pun membuka baju jinwoo untuk memeriksa luka yang mungkin terjadi. Dan saat aku membuka, semua terkesiap karena adanya potongan besi serta sedikit serpihan beton yang kecil, menancap di perut milik jinwoo. Aku segera mengangkat kepala miliknya agar lebih mendongak, dan meniupkan udara ke mulut jinwoo. Aku kemudian mendekatkan telinga ke wajah jinWoo.
"Jinwoo mungkin akan mengalami cardioplegia  (penghentian sementara aktivitas jantung, sebelum operasi jantung) karena kekurangan udara, minoya. Sangat penting untuk memeriksa pernafasannya. Berikan nafas buatan dan periksa apakah dada masih naik. Harus selalu diperiksa apakah jinwoo masih terus bernafas"

"maksudmu aku yang harus memberi nafas buatan?" jawab mino dengan keras. Aku menjadi sedikit bingung dan hanya diam sambil melihat peralatan medis. Aku mendengarkan pernafasanya dengan stetoskop yang kunjung masih belum bisa keluar. Tak ada respon dari paru-paru kanan. Kemungkinannya ini adalah tension pneumothorax (merupakan kondisi di mana udara yang terkumpul pada rongga pleura tidak dapat keluar, tetapi udara dari dinding dada dan paru-paru terus masuk ke rongga tersebut, sehingga akan menekan bukan hanya paru-paru, melainkan juga jantung).

Aku memberikan CPR per 3 detik, dan memastikan dadanya selalu naik. Aku melihat lagi kotak pertolongan itu , namun masalah terjadi karena tidak ada scapel atau pipa dan juga needle. Aku melihat bolpoin yang ada pada saku mino dan memintanya. Kemudian aku juga meminta cutter kepada para pekerja. Aku menyirami semua dengan alcohol begitu pun tangan dan perut milik jinwoo dan segera membuka nya di sebalah luka tersebut.
Dengan mantap, aku menusuk dan membelah ke sekitar dua tulang rusuk dekat dengan perut bagian bawah milik jinWoo dengan cutter dan memasukkan bolpen yang sudah aku hilangkan isinya ke dalamnya. Mino masih gemetar dan bertanya apa yang sedang aku lakukan , dia ingin menghentikan ku dan aku menepis tanganya. " please, diam lah kali ini no" ucapku kepadanya . Aku  menjelaskan kalau saat ini aku sedang membuka paru-paru kanan sehingga jin Woo dapat kembali bernafas.

Aku memasukkan bolpen itu lebih dalam, membuat darah muncrat ke bajuku. Semua terkejut kaget, namun kemudian menghela nafas lega karena dada jin Woo bergerak naik turun lagi. Jin Woo sudah bisa bernafas lagi.
Akhirnya petugas medis datang dan aku langsung meminta alat intubasi . Akhirnya aku melakukan proses intubasi . Setelah alat intubasi terpasang, aku memeriksa perut jin Woo. Sepertinya ada pendarahan hebat di perut. Aku menyuruh petugas medis untuk meremas infus lebih keras dan beralih untuk menemukan pembuluh darah utama. Akhirnya aku memasukan selang injeksi dan chest tube di sela tulang iga kelima di antara garis aksilaris anterior serta midaksilaris. Aku mengecek lagi denyut nadinya serta pernafasanya. Semua orang dengan lega membawa jinwoo ke dalam mobil ambulans. Aku melihat mino yang duduk terkulai lemas sambil menenangkan tubuhnya akan rasa takut. Dia menstabilkan nafasnya yang naik turun tidak karuan. Aku menghampiri dia dan menatap nya agar merasa tenang. Tanganya masih memegang sapu tangan ku yang kotor berlumur dengan darah. Aku memegang tanganya , melihat ke dalam mata cokelat miliknya. Jiwa yang terguncang hal yang seharusnya terjadi padanya. mungkin jika aku tidak bertemu dengan dia, mino adalah seseorang yang akan terkena musibah itu.

Perfect partnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang