FILE : I

12.2K 1.3K 56
                                    

Suhu ruangan yang tadinya dingin, kini menjadi hangat karena sang bulan perlahan digantikan mentari untuk menyinari bumi. Pada waktu pergantian itu—Yeo Nameun memandangi pemuda asing berbaring lemas di atas sofa minimalis miliknya. Rasa cemas kini muncul lantaran pemuda itu tak sadarkan diri dari semalam.

"Apa dia mati? Suhunya sangat dingin." Nameun memegang kening laki-laki itu untuk mengecek suhu tubuh.

Dingin sekali! Nameun kaget, tubuh orang ini sedingin es.

"Darah." laki-laki itu yang berucap. Dia mengigau. Nameun yang mendengarnya tent saja bingung.

Ketika pemuda itu membuka matanya menampakkan iris merah pekat, Nameun mengambil langkah mudur. Ia kaget melihat iris merah yang mengerikan itu.

"S-siapa kau?" Tanyanya dengan takut.

Pemuda itu bangkit, membuat Nameun merespon menjauh, namun sayang, ia malah tersungkur karena tersandung meja kecil di dekatnya.

"Aku butuh darah." Ucapnya, menampakkan gigi taringnya.

Nameun ketakutan melihatnya. Giginya sangat tajam, ditambah mata merah itu, itu artinya orang ini vampir?!

"Tolong jangan gigit aku. A-aku tak mau mati sekarang!"

"Aku butuh darah sekarang, darah apa pun itu." Kata pemuda itu. Pengucapannya hampir tak terdengar karena tenggorokannya kering.

"A-kan aku cari. Tunggu di sini!"

Tanpa pikir panjang Nameun pergi keluar dari rumahnya, mencari makhluk apa pun yang memiliki darah yang cukup untuk pemuda itu, sampai-sampai tak peduli kalau sekarang ia tidak beralas kaki.

"Anak muda!"

Merasa terpanggil, Nameun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakangnya. Tak jauh dari tempatnya, ada seorang pria tua berdiri gagah dengan iris abu-abu yang cukup menarik atensinya.

"Ahjussi memanggil ku?" Tanya Nameun. (Paman)

"Ya. Aku hanya ingin bilang, apa kau tidak kesakitan berjalan tanpa alas kaki?"

Nameun tersentak, matanya pun melihat kedua pasang kakinya yang sudah kotor. 

"Aku terlalu terburu-buru, jadi aku lupa mengunakannya." Jawabnya. Tersenyum malu.

"Apa itu sangat penting? Apa hal penting itu adalah ini?" Pria tua itu mengeluarkan semacam kantong plastik segel bening yang menampakkan cairan berwarna merah pekat.

"Apa itu?"

"Ambil ini, dan kembali lah kerumah mu segera." Pria itu berjalan mendekati Nameun, kemudian memberikan benda aneh itu kegenggamnya. "Aku pergi. Berhati-hatilah denganya." Dan pria itu pergi.

"Tunggu!" Teriak Nameun. Tentu pria itu tak menggubris dan terlebih dari itu, kenapa bisa pria itu berjalan dengan kecepatan seperti itu?

Aneh....

Bulu kuduk Nameun seketika berdiri. Ia bisa menyimpulkan bahwa pria tadi bukan manusia biasa.

†††

Tepat saat Nameun menginjakkan kaki di rumahnya, ia merasakan hawa dingin menyelimuti seluruh ruangan. Suasan rumahnya menjadi mencekam, ditambah lagi ada pemuda asing itu.

Walau Nameun sudah mati ketakutan sekarang, Nameun tetap memberanikan diri untuk mendekat pemuda itu yang kini sedang duduk di lantai dengan punggung menyender ke meja kecil yang ada di ruangan.

"Apa ini yang kau butuhkan?" Nameun memberikan kantong yang berisi cairan merah ke hadapan orang itu.

Pemuda itu mengambilnya dengan kasar, dan dengan segera membuat lobang kecil di kantong itu, kemudian meminumnya sampai tak ada satu tetes pun tersisa. Pada saat itu kukunya yang tadi panjang dan tajam tiba-tiba menyusut. Tak hanya itu, gigi taringnya yang memanjang, perlahan memendek dan menjadi tumpul seperti pohon yang baru saja di tebang. Saat ini wujud pemuda itu tidak seseram sebelumnya.

You're My Angel, My KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang